Bab 11 : Teror

14 4 3
                                    

Perlu tubuh dan jiwa yang kuat untuk menjadi orang yang layak menjadi yang berkuasa.

Lima jiwa menguatkan satu yang tersisa.

Lima tubuh untuk menjadi wadah bagi pengawal.

Kebangkitan sang Raja Kegelapan hanyalah awal.

Lima hari pengorbanan atau tidak sama sekali.

Alya membaca kalimat-kalimat yang tertulis di manuskrip itu, yaitu tentang simbol pentagram dan ritual sihir hitam.

"Jadi seperti itu... Profesor John mengambil enam orang untuk berinteraksi dengan Artefak Garnet. Kemudian para pengikut Raja Kegelapan akan mulai menyerang dengan merasuk ke orang-orang dan berusaha mengalahkan pemilik pecahan Garnet untuk membuktikan diri bahwa mereka pantas untuk menjadi pengawal Raja Kegelapan di masa depan. Dan semuanya harus dilakukan dalam lima hari," ujar Alya sambil memberikan manuskrip itu kepada T.

"Target dari ritual itu adalah orang yang pernah berinteraksi langsung dengan pecahan Garnet, terlebih yang memiliki simbol pentagram seperti kita. Kita bisa saja mati sewaktu-waktu. Apa ada cara untuk mencegahnya?" tanya T.

Alya kemudian menunjuk sebuah paragraf. "Jika ritual tidak selesai dalam lima hari, maka ritualnya akan gagal. Tidak ada cara lain."

T mendesah sambil menutup mukanya, melihat ini adalah hal yang sulit. Kebingungan juga nampak di wajah Lail dan pamannya, Eric. Mereka ingin tidak percaya pada apa yang baru saja mereka dengar, tetapi fenomena makhluk ghaib memang ada dan sihir hitam juga ada. Mereka tidak menyangka kalau Profesor John yang dianggap pahlawan di El Quassar malah dalang di balik banyaknya kasus makhluk-makhluk ghaib itu.

"Jika kalian punya bukti yang kuat, bisa saja membuat Professor John ditangkap dan tidak sempat melakukan ritual itu. Lagi pula dia baru mendapatkan tiga orang dari kalian, 'kan?" cetus Eric.

"Kami melihat tubuh Garfield yang terbunuh di ruang rahasianya. Apa itu bisa jadi bukti?"

"Tentu, T. itu bukti yang kuat. Masih tersisa satu hari sejak kematian Niel dan Raymond. Kalian masih memiliki kesempatan," ujar Eric.

Yang dikatakan Eric benar. Korban yang sudah jatuh adalah Niel, Raymond, dan Garfield. Mereka semua memiliki lambang pentagram di dada kiri. Sudah pasti mereka adalah tumbal dari ritual pemanggilan Raja Kegelapan. Dua orang yang tersisa adalah T dan Alya, yang sama-sama memiliki simbol pentagram. Berusaha untuk tetap hidup sampai hari esok adalah satu-satunya cara untuk menghentikan ini.

"Kalian tetap di sini. Aku akan memeriksa rumah itu setelah mendapatkan izin dari atasan," ujar Eric. Laki-laki itu berdiri dan pergi dari ruangan itu untuk menelepon.

T membuka manuskrip itu untuk mencari cara untuk kembali ke dunianya yang sebelumnya. T yakin kalau pasti ada cara yang tersembunyi di sana. Tangannya terus membolak-balik halaman buku itu dan matanya berulang kali membaca huruf-huruf aneh itu. Entah kenapa T bisa membacanya, mungkin karena tubuhnya merupakan asli dari dunia ini sehingga dia bisa melakukan hal itu.

T menemukan fakta bahwa cara untuk kembali ke dunia aslinya adalah dengan cara membebaskan tubuh di dalam batu Garnet itu, dan bisa dilakukan ketika dia mengalahkan Raja Kegelapan.

"Ifrit..." gumam T sambil melotot. "Aku harus membunuhnya?"

Pada saat itu istri Eric masuk ke dalam ruangan, melipat dada sambil memandang sinis kepada ketiga anak muda itu.

"Ada apa ini, Lail? Kenapa sampai suamiku repot begini?" tanya Irie ketus. Tante Lail ini memang terkenal sangat protektif dengan keluarganya. Tidak heran dia menjadi sedikit dingin ketika Lail membawa masalah ke rumahnya.

"Tante Irie... maaf aku datang tiba-tiba. Namun ada hal penting yang harus kami sampaikan kepada paman Eric," balas Lail sedikit menundukkan kepalanya. Alisnya terangkat sambil menatap ke tantenya yang terlihat tidak nyaman itu.

"Kau ini... seharusnya telepon terlebih dahulu!" Irie kini bertolak pinggang.

"Sudah Irie, tidak perlu memarahi mereka. Ini juga merupakan hal yang tidak mungkin mereka urus sendiri." Eric menepuk pundak Irie sembari mengelusnya beberapa kali. "Ketika nyawa mereka dalam bahaya, apa mungkin seorang pelayan masyarakat sepertiku akan membiarkannya?"

"Itu... memang benar. Namun, bukankah kalian adalah Exorcist dari El Quassar itu? Yang bekerja bersama Profesor John? Mempertaruhkan nyawa itu pekerjaan kalian, 'kan?" sambung Irie.

"Kami sudah berhenti jadi Exorcist. Kami tidak memiliki kemampuan itu lagi. Bahkan Profesor John mungkin akan menghabisi kami," ujar Alya gamblang.

Irie mengerutkan alis nya, dia tampak heran dengan perkataan Alya. "Tunggu... Professor John adalah orang yang berjasa dalam melakukan Exorcist. Bahkan beliau banyak dihargai oleh orang-orang. Sebagian besar menganggapnya sebagai pahlawan. Apa kalian melakukan kejahatan sampai diburu olehnya?" Irie bertanya secara menohok. Kemudian dia melirik ke manuskrip yang dipegang oleh T. "Oh... jadi itu sebabnya..."

"Huh? Tidak, Tante Irie. Ini bukan seperti yang Tante pikirkan," T mencoba untuk menyangkal pikiran buruk dari wanita itu.

"Terserah kalian saja, tetapi aku tidak mau ikut menanggung akibat dari ulah kalian." Irie melipir sambil terus melirik kepada mereka.

"Maaf, Irie memang sensitif terhadap hal yang merepotkan," ucap Eric sembari senyum. "Lalu untuk pemeriksaan ke rumah Profesor John, kita tidak bisa melakukannya. Tidak cukup bukti untuk melakukan hal itu. Jika saja kalian mengambil gambar atau video, mungkin kita bisa melakukan pemeriksaan."

"Sial!" umpat T sambil memukul pahanya sendiri.

"Bersabarlah T, setidaknya untuk saat ini kau dan Alya selamat. Profesor John tidak akan menemukan kalian sementara jika kalian di sini," hibur Lail. "Benar, 'kan, Alya?" Lail menoleh kepada Alya. Namun, gadis bertubuh kecil itu terlihat menunduk dari tadi. Pandangannya kosong, dan dia mulai terkekeh.

"Alya?" Lail memanggilnya lagi dengan rasa khawatir.

T mencurigai ada yang tidak beres. Dia pun memfokuskan pandangannya pada ubun-ubun Alya. Aura kelam dan bercampur warna merah berkumpul di sekitar tubuh Alya. Tanda kalau dia mendapatkan hawa jahat.

"Semuanya, mundur!" sergah T sambil memegang kedua pundak Alya. "Alya! Sadar! Jangan biarkan makhluk itu masuk!"

T panik karena ini adalah tanda-tanda awal masuknya makhluk ghaib ke dalam tubuh Alya.

Alya mengangkat kepalanya pelan. T bisa melihat mata gadis itu terbuka lebar dengan senyum seringai memperlihatkan giginya. Kedua tangannya tiba-tiba memegang leher T.

"Lama tidak jumpa, teman. Sudah 3 hari sejak aku keluar dari tubuhmu," ucap Alya dengan suara yang berat dan berganda. Seperti suara dua orang.

T terbelalak mendengarnya. "Si anjing hitam..."

Alya kemudian mendorong tubuh T menggunakan kakinya. Tubuh pemuda itu sampai terpental dan menghantam lantai dengan keras. Manuskripnya pun terlempar ke ujung ruangan.

"Si besar berbulu berhasil membunuh dua orang bertanda, tetapi dia sendiri mati. Kini giliranku untuk membuktikan diri kalau aku pantas menjadi pengawal Raja Ifrit." Alya tertawa terbahak-bahak sambil memandang remeh semua orang di ruangan itu.

T Knows The Horror [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang