"Alya! Sadarlah!" teriak Lail sambil ingin menghampiri Alya, tetapi tubuhnya ditahan oleh Eric. Irie juga datang ke tempat itu dan ikut menahan Lail yang histeris.
"Dia sedang kerasukan! Kau tidak bisa menanganinya, Lail!" cegah Eric.
"T! Kau pernah menjadi Exorcist, 'kan? Cepat bereskan ini!" perintah Irie.
T perlahan-lahan bangkit, meski tubuhnya bergetar setelah terkena tendangan itu. Tenaga yang dikeluarkan oleh Alya sungguh tidak manusiawi.
Ngomong sih emang gampang! batin T. Jujur T tidak tahu bagaimana cara para Exorcist melakukan Exorcism di dunia ini, tetapi Alya perlu untuk di sadarkan.
"Ugh!" T kembali merasakan sakit di dada kirinya. Dia memegang tanda pentagram dan merasakan darah mengalir. "Brengsek... ternyata begini cara Profesor John membunuh Garfield."
"T! Aku akan membantu!" Eric melangkah, tetapi langsing dicegah oleh T.
"Mundur! Bawa Tante Irie dan Lail keluar dari sini! Aku yang akan mengurusnya!" seru T sambil gemetaran.
"Tapi--"
"Kumohon keluar! Aku dan Alya lah yang dia incar!" tegas T.
Akhirnya mereka bertiga keluar dari ruangan itu, tetapi Lail tetap berontak dan berteriak-teriak. Irie dan Eric mencoba membuatnya tenang, tetapi dia bahkan ingin berlari menyusul Alya.
"Lail! Tenanglah! T akan membuat Alya sadar kembali!"
"Apa tante tidak tahu? Semua Exorcist hanya bisa menggunakannya saat malam hari! T dan Alya dalam bahaya!"
***
T memfokuskan diri dengan melihat aura di sekitarnya, lalu dia mengidentifikasi kalau seluruh ruangan telah dikuasai oleh aura kelam, hanya Alya yang memiliki aura merah di sekitar tubuhnya.
Bagaimana... bagaimana aku mengatasi anjing hitam itu? T berpikir keras. Dia sekarang hanyalah manusia biasa, bukan lagi Exorcist. T tentu tidak memiliki artefak atau apa pun untuk menyadarkan Alya.
Alya mengambil sebuah vas bunga lalu melemparkannya ke T. T menghindarinya dengan melakukan roll ke samping. Setelah itu Alya mengejarnya dan mencoba untuk mencakarnya. T mencoba menahannya menggunakan kedua tangannya. Namun, meski pun sudah menahannya dengan kedua tangannya, tangan T masih mendapatkan luka cakaran. Bahkan darah menetes dari luka tersebut. Kemudian Alya menendang T sangat keras, hingga T merasakan tekanan yang sangat berat di ulu hatinya.
"Hoekkk!" T sampai muntah sambil jatuh terlutut.
Kekuatannya melebihi manusia normal! batin T. dia mendapati tubuhnya gemetaran.
Alya berjalan mendekati T, kemudian dia mencekik anak laki-laki itu menggunakan satu tangan, lalu dia mengangkat tubuh T. kekuatan yang tidak normal bagi seorang gadis bertubuh kecil.
T kesulitan bernapas. Dia ingin terbatuk, tetapi tekanan di lehernya sangat kuat, menahan laju udara untuk keluar maupun masuk. Dalam keadaan itu, dia tiba-tiba bisa melihat si anjing hitam berdiri di samping Alya. Mulutnya meringis sambil tertawa lepas. Pandangan T mulai kabur. Kesadarannya bisa-bisa hilang kalau terus begini.
"Jangan pernah sendiri lagi! Kau harus percaya pada--"
Suara lembut seorang wanita terdengar lagi. Suara ini persis sama dengan suara yang dia dengar saat T dicekik oleh Ifrit.
"Jangan pernah sendiri lagi! Kau harus percaya pada Allah!"
"Kau memiliki kelebihan, Malik!"
"Jika kau dekat dengan Allah, kau akan selalu ditolong!"
"Jangan takut!"
Di kesadarannya yang hampir hilang, T mengingat kalau itu adalah perkataan ibunya, saat dia masih menjadi Malik.
Ibu? Kenapa aku mengingatnya sekarang?
Dalam bayangan T, dia masih ingat saat dia diajak ibunya menuju sekolah agama.
"Malik, kau bilang bisa melihat aura, 'kan? Ingatlah itu adalah kemampuan yang Allah titipkan kepadamu. Kau harus menggunakanya untuk membantu orang--"
Huh? Ingatan ini... saat aku SMP, 'kan? T mencoba mengingat-ingat bayangan kejadian itu, tetapi semuanya hanya datang sekelebat-sekelebat.
"Kau memiliki sensitivitas, Malik. Makhluk tak kasat mata akan mudah terlihat olehmu--" sekarang terdengar suara seorang laki-laki. T mencoba mengingat-ingat suara laki-laki itu.
Oh... Syeikh... aku pernah belajar darinya dahulu... sebelum kabur dari rumah...
Kali ini T bisa mengingat lebih jelas kejadian itu. Dia sedang duduk di hadapan seseorang yang memakai jubah putih dan memakai sorban. Saat itu T masih di sekolah menengah. Dia masih mengikuti perintah orang tuanya untuk belajar pada seorang syeikh.
"Sensitif? Lalu apa ada sesuatu yang khusus ketika aku menjadi orang yang sensitif pada makhluk ghaib?" Malik bertanya dengan mengangkat alisnya.
"Ha ha ha... tentu! Suatu saat jika kau diganggu oleh salah satu dari mereka, maka ingatlah kalau kau ingat Allah, kau akan selalu selamat-- inga--lah-- baca-- surat---" Bayangan masa lalu itu seperti putus-putus, tetapi ingat kalau itu adalah hal penting. Suatu teknik jika dia diganggu oleh bangsa jin.
Kesadaran T sudah hampir hilang, dia merasakan pusing yang amat sangat, bahkan matanya sudah mulai terpejam. Namun, tiba-tiba Lail kembali masuk ke ruangan dan dengan sekeras yang dia bisa, dia menabrak tubuh Alya, sehingga tubuh T terlepas dari cekikan.
"Ohokk! Ohokk!" T terbatuk-batuk sambil berusaha bernapas dengan normal.
Alya terlihat marah dan menggeram. Dengan cepat dia mengambil kaki Lail dan melempar tubuh langsing gadis itu ke arah jendela kaca. Lail mendapatkan luka di kepala dan di beberapa bagian tubuhnya karena pecahan kaca. Gadis itu berteriak kesakitan. Beberapa saat kemudian Eric masuk ke ruangan itu dan melihat keponakannya berdarah-darah.
"Makhluk sialan!" Eric mengambil sebuah pistol revolver yang ada di pinggangnya dan menarik pelatuknya. Kemudian dia membidik Alya.
T ingin berteriak untuk mencegah Eric menggunakan senjata, tetapi dia tidak bisa menghentikan batuk yang terus membuat kepalanya sakit.
Tidak diduga, Alya meloncat dan bergerak cepat dengan pola yang acak.
Dor! Dor! Dor! Eric menembakkan pistol itu sebanyak tiga kali, tetapi gerakan Alya terlalu cepat sehingga bisa menghindari semuanya. Kemudian Alya menerjang tubuh Eric sampai terjatuh. Lalu, dengan menggunakan giginya, Alya menggigit lengan kiri Eric sangat keras, kemudian dia merobek kulit lengan itu lalu meloncat mundur.
"AAAAAAAARGH...!!!" Eric menjerit kesakitan sambil menggeliat. Darahnya bermuncratan ke lantai.
"Hei!" panggil T yang sekarang sudah bisa berbicara. Alya menoleh, sisa kulit yang berlumuran darah masih dia gigit. Air liur wanita itu menetes banyak ke lantai.
"GRRRRRRRR" erang Alya seperti hewan yang marah.
T mengambil tanah kering bekas dari vas yang pecah yang tadi. Sambil terus menatap tajam Alya, dia menggosok kedua telapak tangannya dan juga wajahnya menggunakan debu itu.
"Syeikh pernah berkata, surat al baqarah, ibrahim, tiga qul, semuanya bisa digunakan untuk melawan makhluk laknat sepertimu. Bersiaplah, aku akan menyerahkan semua hidupku pada Allah!" seru T dengan lantang.
KAMU SEDANG MEMBACA
T Knows The Horror [END]
FantasyMohammed Avdol Malik masuk ke portal dunia lain setelah menerima sebuah kalung perak bermata Garnet dari seorang Profesor Arkeologi, Slam O'Neill. Tidak disangka jiwa Malik masuk ke dalam tubuh seorang pria bernama T. Tidak hanya itu, dunia baru ini...