Bab 1

78 4 5
                                    

"Rein, jangan lupa bawa payung",

"iya maa..", sambil berlari menerobos hujan yang kebetulan masih belum bisa dibilang hujan melainkan gerimis. Reinata berlari menuju halte bus yang ada di depan gang rumah. Jaraknya tidak jauh, hanya beberapa meter untuk sampai kesana.

Pukul 6 tepat, Reinata sudah sampai disekolah. Reinata bersekolah di SMA MALAKA yang cukup terkenal di daerah Jakarta Pusat. Karna ini musim hujan, Reinata tiba dikelas dengan seragam basah dan rok penuh cipratan air jalan. "Rein..ih lo gimana sih bukan pake payung malah hujan-hujanan udah tau mau sekolah" ,ujar salah satu teman sekelasnya. Reinata tersenyum, dan mengelak "tadi pas berangkat belum hujan, jadi gue gak bawa payung, gue pikir gak jadi hujan" . Padahal ini kesempatan Reinata untuk bisa berbasah-basahan. Kalau dirumah tidak akan mungkin ia bisa seperti ini. Ibu Anne akan menggembok gerbang rumah sehingga tak ada jalan lain untuk Reinata keluar rumah tanpa alasan yang pasti, seperti hujan-hujanan. Kecuali, jika ia memanjat pagar.

"istirahat nanti juga pasti sudah kering", pikirku. Hujan tadi tidak begitu deras, tapi sukses membuat rambutnya basah kuyup seperti habis keramas. Kalau musim hujan seperti ini, Reinata selalu merasa lebih bersemangat. Entah apa yang membuatnya merasa kalau hujan adalah anugrah terindah yang pernah ia rasakan.

Reinata sering kali lupa untuk menyelamatkan benda-benda yang seharusnya penting untuk ia selamatkan dari air hujan. Kadang ia selalu memohon matahari muncul. Kadang Reinata berfikir, matahari adalah malaikat penyelamatnya. Buku pelajarannya sering basah karena ulahnya, pr yang ia kerjakan semalaman suntuk sampai harus menelfon Evelyn untuk membantunya mengisi soal yang tidak ia mengerti. Tapi semua yang ia tulis dengan pulpen luntur seketika karna keegoisannya. Kadang juga, Reinata lupa dengan pergorbanannya sendiri demi kesenangannya, dan sampai saat ini Reinata berusaha untuk mengerti dimana saatnya surga dunianya ia manfaatkan demi kesenangan dunianya. Seperti melindungi buku pr nya dikala musim hujan tiba.

Konyol sekali! Lagi-lagi kejadian ini terulang lagi. "Velynnnn... lo buat 2 gak tugas matematika hari ini? Biasanya lo selalu jaga-jaga kan", sambil menunggu reaksi Evelyn, Reinata berdoa dalam hati kalau Pak Witz tidak hadir dikarenakan pakaian yang ia pakai basah kuyup karena hujan dan akhirnya hujan pun yang membawanya pulang kembali kerumah. "sebentar deh..", sambil merogoh-rogoh tas. Asik.. "eh entar dulu..buat apa lo nanyain buku tugas gue? Bukannya semalem tugas lo udah selesai ya. Kita kan ngerjain sama-sama". Waduh, "i-iya sih, tugas gue emang udah selesai. Tapi, masa iya gue ngumpulin tugas dengan fisik yang seperti ini", sambil menunjukkan buku pr nya yang luntur karena kebasahan. "gue lupa Lyn kalo ada buku ini", dengan wajah memohon supaya Evelyn mau memberikan bukunya pada Reinata. "gak lagi deh, janji", Reinata menunjukkan jari telunjuk & jari tengah secara bersamaan, sehingga membentuk huruf V. Evelyn berdecak kesal. Ya Reinata tau semua ini salahnya. "nih", menyerahkan buku miliknya. "beneran? serius nih Lyn, ikhlas kan bantuin gue??", wajah Reinata berubah senang ketika Evelyn mau memberikan bukunya pada Reinata. Ia yakin Evelyn tak akan tega membiarkannya dihukum berdiri dikoridor dengan 1 kaki dan kedua tangan bersilangan memegang telinga, kemudian dilehernya tergantung papan kecil yang bertuliskan 'SAYA MEMBASAHI BUKU PR SAYA'. Memalukan sekali pastinya. Evelyn sahabat Reinata yang paling baik. Reinata sangat menyayangi Evelyn. "ikhlas Rein", masih memasang muka datar. "yah, yaudah deh. Mending gue berdiri dikoridor, terus diliatin semua anak satu sekolah, terus mereka ngomongin gue dari belakang, ketawain gue dari belakang, dan dan akhirnya nanti, ini bakal jadi berita paling hot anak satu sekolah, terus...", "IKLHLAS KOK REIN, IKHLAS GUE NOLONGIN SAHABAT KAYAK LO. Kalo bukan sahabat, mana mau gue" masih memasang muka datar, tapi kali ini lebih jutek dari yang tadi. Reinata mencubit pipi Evelyn yang chubby, ia hampir saja memeluknya. Untung saja Evelyn menghalanginya. Karna, seragam Reinata masih basah, tak mungkin ia membuat raut wajauhnya lebih buruk dari ini. Terimakasih untuk bantuanmu hari ini Evelyn J

Rain and SunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang