51. Hilang

580 90 40
                                    

🩵🩵🩵🩵

"Ca!" Panggil Dwi setelah masuk melalui pintu rumah. Catur yang masih meniriskan sosis gorengnya itu pun mematikan kompor dan menyusul yang tadi memanggilnya.

"Dalem?" Jawab Catur setelah melihat Dwi sudah berbaring di carpet daerah ruang nonton TV.

"Kamu udah selesai masaknya?" Dwi melihat celemek masih terpasang pada tubuh Catur.

"Tinggal nata meja makan aja ini." Mendengar itu Dwi melihat jam yang masih menunjukkan pukul 7. Artinya masih ada waktu baginya dan Catur untuk berduaan sebelum Kimi turun untuk sarapan di jam 8.

"Bantu Mas Sit up, bisa?" Permintaan itu bukannya dijawab malah membuat alis Catur menyempit dan kepalanya mereng untuk memeriksa keadaan Suaminya yang masih saja telentang.

"Ga biasanya?" Istrinya yang malah balik bertanya membuat Dwi cepat-cepat mencari alasan.

"Rangka sofa udah goyang itu, Mas ga berani pakai jadi beban kaki lagi." Jelas sang suami menunjuk sofa di ruang tengah yang memang selalu digunakan oleh Dwi untuk melakukan sit up saat di rumah.

Mendengar itu Catur pun berlutut sambil mendekat dan memegang kaki Dwi yang di tutupi oleh kaus kaki setelah tadi berlari pagi.

"Di sini pegangnya?" Tanya Catur memastikan jika posisinya sudah benar.

"Didudukin aja boleh ga?" Suaminya malah meminta hal lain karena tidak yakin posisi istrinya akan kuat menahan kaki Dwi jika hanya dengan tangan.

Catur agak malu jika harus menduduki kaki Dwi pun menawarkan posisi lain. "Kalo ditahan pake lutut?"

"Sakit, ntar. Lutut kamu itu tulang." Benar juga jika dipikir lagi.

"Kenapa?" Tanya Dwi karena Catur masih saja menahan kaki Dwi dengan tangan dengan wajah berfikir.

"Caca belakangin Mas, yah?" Tanya Catur sambil berbalik lalu duduk, membuat Dwi gemas sendiri.

Ini mah bukan telat mikir, cuman emang Catur ngeindarin kontak fisik berlebih aja. Dia habis datang bulan kemarin, bisa bahaya kalo lagi masa subur begini dan suaminya bertingkah macam-macam, mana masih pagi.

"Caca!"

"Hmm?" Catur menoleh dan Dwi langsung menarik ujung kakinya kemudian membalik posisi istrinya untuk menghadapnya. Kaki Catur yang bersila diangkat agar telapaknya bertumpu ke lantai dan kaki Dwi masuk diantara kaki Catur.

"Pegang betis Mas kek gini, yah." Perintah Dwi setelah mengambil kedua tangan Catur memeluk betisnya.

Catur masih deg-degan untuk bisa memproses apa yang terjadi.

Setelah posisi Dwi benar untuk Sit-up, pria itu pun meletakkan tangan dibelakang kepala dan mulai menghitung.

"Satu!" Wajah mereka begitu dekat setelah tubuh Dwi bangkit dari posisi baring.

"Satu!" Dwi mengulang ucapannya membuat Catur membenarkan hitungan suaminya itu.

"Du-!"
Chu

Catur kaget karena Dwi malah mencium  saat Catur mengerucutkan bibirnya untuk menghitung angka dua.

"Iih!"
Chu

24.3 Jenselle AUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang