Hai, apa kabar kalian?
Semoga sehat semua ya... Jaga kesehatan kalian karena aku pengen semuanya sehat.
Maaf lama lanjutnya. Banyak kendala.
Selamat membaca 🌹 jangan lupa kasih support kalian buat cerita Saguna.
•••
Saguna mengaduk-aduk latte yang tinggal setengah porsi itu, “Kalau kata gue cepet, lo perjuangin perasaan lo itu sebelum Alana beneran jadian sama Zeru.”
Jarvis yang duduk tidak jauh dari Saguna, menghela napas sembari menatap ke arah minumannya.
“Kayaknya nggak ada harapan buat gue.” Dahi Saguna berkerut mendengar kalimat yang terlontar dari mulut sahabatnya, “Alana kelihatan udah secinta itu sama Zeru, sedangkan gue selama ini cuma dianggap sahabat sekaligus kakak. Kalau gue jujur tentang perasaan ini sama Alana, gue yakin bakal ditolak. Ujung-ujungnya persahabatan gue sama Alana yang hancur. Gue nggak bisa jauh dari cewek itu.”
Menurut Saguna ungkapan Jarvis barusan ada benarnya. Kalau mereka menjadi asing setelah jujur akan lebih melukai hati Jarvis.
“Lo aja gimana? Udah mulai proses move on?” tanya Jarvis membuat Saguna berdecih malas.
Jarvis menahan tawanya agar tidak mengganggu pengunjung lain di Kafe itu. Saguna sendiri tidak yakin apakah dia bisa melupakan Dania ketika dirinya sendiri sangat menyayangi gadis itu.
Lagi asyiknya berbincang ringan tiba-tiba saja panggilan telepon masuk ke handphone Saguna yang tersimpan di saku celana.
“Siapa?” tanya Jarvis saat Saguna sedang memandang ponsel yang sudah di tangan.
“Darel,” jawabnya singkat.
“Oh iya, kok dia nggak kumpul sama kita. Nggak lo ajak?”
“Katanya, tadi lagi sibuk temenin nyokapnya ke pasar.” Saguna menempelkan jari telunjuk ke bibir. Memberi isyarat ke Jarvis agar menutup mulutnya untuk sementara waktu, “halo, Rel! Ada apa?”
[Gue butuh bantuan lo sama Jarvis. Sekarang juga ke pasar yang nggak jauh dari rumah gue!]
Alis Saguna sampai saling menaut karena bingung. Untuk apa Darel menyuruhnya dan Jarvis ke sana. Namun, belum sempat bertanya lagi sambungan telepon itu telah terputus sepihak.
“Kenapa?” tanya Jarvis lagi setelah melihat Saguna menurunkan ponsel dari telinganya.
“Darel suruh kita ke pasar sekarang.”
“Buat apa?”
Saguna mengedikkan bahu, “nggak tau juga, tapi suara tuh bocah kayak panik.”
“Ya udah ayo, berangkat aja!” Jarvis meneguk es kopinya sampai tandas, kemudian ia berdiri lebih dulu dari pada Saguna.
Jarvis dan Saguna mengendarai motor masing-masing menuju pasar yang tidak jauh dari rumah Darel. Kedua pemuda itu memutuskan untuk menepi ketika mendapati Darel sedang berdiri di pinggir jalan.
Saguna membuka kaca helmnya, “Ada apa lo suruh gue sama Jarvis ke sini?”
Jarvis yang ada di belakang Saguna melepaskan helmnya. Menyimak pembicaraan kedua sahabatnya.
“Nyokap gue hilang.”
Jarvis dan Saguna sama-sama terkejut mendengar kabar yang Darel lontarkan.
“Kok bisa? Bukannya pergi sama lo?” tanya Jarvis sedikit mengeraskan suara agar Darel dapat mendengarnya. Di sekitar mereka masih ada kendaraan yang berlalu-lalang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senyum dari Saguna
Ficção Adolescente"Kalau keinginan terbesar lo apa?" "Gue cuma mau membuat semua orang yang gue sayang selalu tersenyum. Jadi alasan untuk mereka bahagia. Gue rasa itu hal paling membahagiakan di dunia." ... Hanya kisah seorang pemuda yang berusaha meninggalkan kena...