Cerita ini hanya berdasarkan imajinasi author, dan author mengambil beberapa hal yang terjadi di kejadian nyata untuk menambah feel pembaca dan author sendiri.
jangan lupa follow tiktok aku 'Hanmiha'.
Happy reading....
*****
Seventeen telah pulang dari jepang, kemarin mereka tampil meriah, dan membawa sekitar 5 piala, daesang salah satunya. Saat ini mereka berada di bandara Incheon yang dipenuhi penggemar, namun tidak seperti biasanya, kali ini jihoon berjalan paling depan, dengan outfit rapi, ia bahkan sempat minta di make up, ia juga tidak memakai masker, seperti sengaja mencolok, agar orang yang ia harapkan dapat langsung melihatnya.
Walau tertutup kacamata hitam, mata sipit jihoon sedari tadi meniti kesetiap sudut, mencari keberadaan seseorang, orang yang mengatakan akan memperjuangkannya, namun jihoon tidak melihatnya dimanapun, bahkan sama sekali tidak ada orang yang terlihat mirip, seketika ia kecewa lagi, jihoon pikir kata kata seungcheol yang ingin membuktikan lewat tindakan itu adalah sekarang, menjemputnya di bandara, namun sepertinya hanya jihoon yang terlalu antusias, ia bahkan melakukan hal yang tidak biasanya ia lakukan.
Kekecewaan jihoon makin menjadi jadi setelah ia berada di mobilnya, tidak ada seungcheol, sama sekali, ia bahkan tidak menelfonnya, atau mengiriminya pesan, jihoon merasa bodoh lagi, bisa bisanya ia percaya kata kata itu, kata kata manis sialan itu.
"jihoona, aku akan turun disini sebentar" pamit manajer yang hanya dibalas anggukan malas oleh jihoon.
Sekitar 5 menit barulah manajer Kembali, melanjutkan perjalanan.
Dan setelah 30 menit, mobil itu berhenti, saat jihoon mengembalikan kesadarannya untuk melihat keluar, ia sudah berada di Sungai han, membuat dahi jihoon sepenuhnya mengernyit, kenapa sang manajer membawa dirinya ke sini?
"kenapa kita kesini hyung? Kau mengerjaiku ya?" jihoon menoleh protes ke kursi depan, ia sudah sangat kesal saat ini, jika benar benar ingin mengerjainya, jihoon pastikan ini sama sekali tidak lucu.
Namun rasa kesal jihoon seketika sirna, digantikan dengan rasa terkejut yang luar biasa, orang yang duduk di kursi sopir, yang ia kira adalah manajernya, ternyata adalah orang yang ia tunggu di bandara tadi, orang yang membuat ia kesal, itu adalah—
--seungcheol.
"kau terlalu sibuk dengan pikiranmu sendiri? sampai tidak sadar kalau aku masuk dan menggantikan manajer hyung?" tanya seungcheol dengan senyuman diwajahnya
Jihoon terdiam, situasi yang tidak ia duga sama sekali, ia bukannya tidak senang bertemu seungcheol, tentu ia senang, tapi jihoon hanya tidak menduga situasi seperti ini, ia tidak menyangka akan bertemu seungcheol seperti ini, dalam situasi ini.
"hey jihoona, kau sekaget itu?" seungcheol memutar tubuhnya kebelakang, mencoba meraih wajah jihoon, sampai akhirnya jihoon menepis tangannya.
"ah—maafkan aku, kau pasti tidak nyaman" seungcheol segera menarik tangannya, walau kemarin ia bilang akan Kembali memperjuangkan jihoon seperti dulu, tetap saja rasanya hatinya sakit saat jihoon memperlakukan ia dengan dingin. Jika dibandingkan dengan dulu saat sebelum mereka pacaran, sebenarnya saat itu lebih sulit, saat itu jihoon lebih dingin dari sekarang, mereka juga sangat sering bertengkar, bahkan terkadang di depan member lain, atau bahkan menyeret bumzu.
Saat itu mereka masih muda, dan perasaan tidak biasa yang keduanya rasakan untuk satu sama lain cukup membuat ego mereka menguasai diri. Yah, banyak yang terjadi diantara mereka saat itu, seungcheol pikir tidak akan ada masalah lagi diantara mereka, paling hanya pertengkaran kecil, itu wajar, namun hal seperti apa kira kira yang membuat hubungan mereka serenggang ini? Seolah olah mereka sudah berakhir?