Part 2

72 12 0
                                    

Disclaimer : I don't own anything

3

Aquamarine Ino berbinar begitu menemukan benda yang telah dicarinya sejak beberapa menit yang lalu. Ino takkan seantusias ini jika saja Tenten-teman kuliahnya tak datang dengan tergesa di suatu siang, hanya untuk memberi tahu bahwa Ia melihat Shikamaru di sebuah toko perhiasan dan Tenten memastikan bahwa Shikmaru membeli sesuatu dari toko tersebut.

Sebenarnya Sakura sudah mewanti-wanti, bahwa bisa saja itu hadiah untuk ibunya tapi Ino tahu bahwa Shikamaru bukan anak sebaik itu, well tentu shikamaru bukan seorang anak durhaka tapi Shikamaru tetap bukan jenis anak yang akan menghadiahkan sesuatu kepada orang tuanya. Lagi pula, dia belum mendapatkan hadiah ulang tahunnya yang ke 20, pria malas itu berkelit, menyalahkan jadwal kuliahnya yang mulai padat.

Dan di sinilah Ino, di kamar Shikamaru. Ino tahu, harusnya Ia menunggu sang pemilik kamar, namun Ia tak bisa menahan rasa penasarannya. Sama halnya ketika benda yang menyerupai-kotak kecil yang diselimuti red velvet- itu telah ditangannya, Ia tak dapat mengontrol jari-jarinya untuk tak membuka kotak tersebut.

Sang aquamarine benar-benar berbinar, memandang sebuah liontin cantik yang tergulung indah di sana, di bagian tengahnya terdapat sebuah bandul kecil bertuliskan dua huruf. Ino mengangkat liontin itu, mengeluarkan dari kotaknya, menatap dengan seksama huruf yang tercetak di sana. Detik selanjutnya, senyum lebar Ino tercipta, pada bandul tertulis huruf S dan I yang dicetak menyambung, kalung itu memang untuknya.

"Ino" sang pemilik kamar tengah berdiri di ambang pintu, mata kelam itu terpusat pada benda yang sedang dipegang Ino "Shika, kau harusnya bilang kalau kau telah menyiapkan hadiah untukku. Aku tetap akan menerimanya walau pun terlambat, shika" terjadi keheningan beberapa detik setelah kalimat itu terucap. Namun, selanjutnya Shikamaru tersenyum, berjalan mendekati Ino.

"Mau kupakekan?" Senyum Ino semakin lebar, berbalik, menyingkarkan helaian pirangnya. Begitu merasa liontin itu sudah sempurna terpasang di lehernya, Ino berbalik menghadap Shikamaru, masih dengan senyum.

"Bagaimana cantik, bukan?"

"... Yah, sangat cantik"

......

.

.

.

Ino menatap nanar makanan di depannya. Ia baru teringat bahwa tubuhnya tak terisi apapun sejak kemarin. Namun, tetap Ia hanya bisa memasukan hingga 5 sendok ke dalam mulutnya. Semua ini benar-benar meraup inginnya hingga tak bersisa.

4

Ino tengah terduduk di sebuah restaurant yang cukup dekat dengan kampusnya, Ia mempunyai janji dengan sahabat nanasnya. Pria itu, entah kenapa akhir-akhir ini sangat susah dihubungi. Ino tahu, jurusan yang diambil Shikamaru memang butuh perhatian yang lebih dibanding dengan jurusannya, tapi bukan berarti pria itu tak bisa lagi menemuinya, bukan.

Ino mendengus, ini sudah lewat 30 menit dari janjinya. Jika Ino mengingat, dalam sebulan ini Ia hanya bertemu shikamaru dua kali itupun secara kebetulan karena mereka mempunyai teman-teman yang sama. Ino tahu mereka telah 21 tahun, Ino sadar tak bisa lagi dengan seenaknya menyuruh pria itu. Mereka sudah dewasa, ditambah Ino dengar Shikamaru juga mulai magang di kantor Ayahnya. Mungkin Shikamaru benar-benar sibuk. Ino membuang nafas kasar.

"Hei, Ino" sebuah suara lembut terdengar, akuamarinenya sedikit terkejut memandang perempuan yang menyapanya "Hei Hinata" sapa Ino balik. Mereka tak begitu akrab, hanya dulu berada di akademik yang sama. Hinata adalah gadis bangsawan, keturunan klan terkemuka di Konoha, ditambah gadis itu cukup pemalu membuatnya berada jauh dari lingkungan Ino.

Fate or DestinyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang