Bab 18 : Kalung Garnet

20 4 7
                                    

Ifrit berlari menggunakan kaki dan tangannya seperti anjing, lalu meloncat untuk menerkam T. Beruntungnya, T mampu menghindarinya. Anak laki-laki itu kemudian melihat sekeliling. Di saat itu dia melihat sebuah rumah warga dengan pintu yang masih terbuka. Tanpa pikir panjang T berlari menuju rumah tersebut.

Ifrit tidak tinggal diam, dia kembali berlari mengejar T dan menerkamnya dari belakang. Keduanya menghantam pintu masuk hingga jebol, jatuh terguling-guling ke dalam rumah tersebut. T buru-buru bangkit, dan dia mengambil sebuah pedang samurai yang dipajang di dinding rumah itu.

"Jangan mendekat! Atau tubuh itu akan terluka!" ancam T sembari mengacungkan pedang itu.

Ifrit kembali berdiri dan melihat ke atas. Dia terkekeh keras. "Lucu! Sangat lucu!"

Aura gelap yang lebih pekat mulai muncul dan menyebar dari tubuh Ifrit. Kepekatan seperti ini membuat T merasa lebih lelah dan juga nafasnya menjadi lebih berat. Ifrit kemudian malah berbalik dan melotot menggunakan mata merahnya kepada T. Menyeringai lebar memperlihatkan gigi-gigi tajam. Tanpa ragu dia berjalan mendekati T.

"Aku bilang jangan mendekat!" bentak T sembari mengacungkan pedang samurainya.

Ifrit kemudian membentangkan tangannya lebar-lebar.

"Coba saja, Malik!" tantang Ifrit. T pun melakukannya, dia mengangkat pedang itu dan menyabetkannya ke tangan kanan Ifrit hingga putus. Darah langsung bermuncratan dari luka yang dia derita. Darah itu memiliki warna kehitaman dan sangat mengganggu : baunya busuk! Seperti bau bangkai. T mendengus beberapa kali ketika bau busuk itu menusuk hidungnya.

"Sudah?" tanya Ifrit sambil memandang T menggunakan tatapan yang malas. Dia kemudian menunduk lalu mengambil potongan tangan itu. Setan itu memandang luka bekas potongan di tangan itu sambil berdiri. "Apa kau tahu kenapa aku menginginkan sebuah tubuh, Malik?"

T tidak menjawabnya, dia masih waspada sambil menghunuskan pedangnya. Namun, si setan bermata merah itu malah dari tadi tertawa mengekeh, seolah meledek T.

"Leluhur dari jin, Iblis, pernah berjanji untuk menyesatkan seluruh anak keturunan Adam, dan pada akhirnya tidak akan ditemukan orang beriman kecuali sedikit. Namun, bangsa kami bersifat ghaib, tidak bisa dilihat oleh manusia. Kami hanya bisa membisiki para manusia. Aku melakukan perjalanan yang sangat jauh sampai ke dunia ini, dunia di mana aku bisa membuat sebuah rencana untuk mendapatkan tubuh fisik. Apa kau tahu apa yang bisa aku lakukan ketika mendapatkan tubuh fisik? Aku bisa membuat sebuah fitnah yang besar!" Ifrit kemudian menempelkan kedua potongan tangannya itu. Seketika tangan itu menyatu kembali seperti sedia kala. T terbelalak melihat sihir hitam di hadapannya. Dia tidak mampu untuk bereaksi apa-apa. Ifrit malah merasa senang ketika mendapati T mulai goyah. "Coba kau pikir, jika aku mengaku sebagai Dewa, apakah para manusia yang tidak berilmu akan mengikutiku? Jawabannya hanya satu : IYA! Dan pada saat itulah, aku menang! Aku menyesatkan banyak manusia! Tidak akan ada manusia yang beriman!"

Ifrit membentangkan tangannya dan tertawa sangat keras. Dia merasa di atas awan, karena di dunia ini tidak ada yang bisa menghentikannya. Tinggal satu langkah lagi dia akan bisa dengan mudah menyebarkan fitnah-fitnah ke seluruh penjuru dunia.

T sangat mengerti ini. Itu adalah cita-cita para setan semenjak dahulu. Pemuda itu segera menunduk untuk mengambil debu supaya bisa melakukan tayamum, karena tayamum bisa menggantikan wudhu. Baru saja T menggenggam debu di salah satu tangannya, Ifrit dengan cepat segera mencekik leher T menggunakan tangan kirinya dan mengangkat tubuh pemuda itu sehingga tubuhnya tergantung.

"Apa kau pikir aku akan membiarkanmu menggunakan Exorcism, hah? Teknik Exorcism milikmu memang payah dan tidak bisa mengalahkanku, tapi tetap saja menyakitkan, terima saja takdirmu dan biarkan aku memperlihatkan kematian orang-orang di panti asuhan itu kepadamu," ucap Ifrit menyeringai.

Tekanan pada leher T sangat kuat, dia tidak bisa bernapas sama sekali. Darah pemuda itu serasa naik ke atas semua dan dia mulai merasa pusing. Dengan sekuat tenaga, T menyabetkan pedangnya berkali-kali ke kepala Ifrit, bahkan sampai kepala itu seperti daging yang dipotong-potong, tetapi dalam sekejap langsung kembali seperti semula. Bahkan Ifrit malah tertawa-tawa melihat keputus-asaan dari wajah T.

Gawat! Aku bisa mati! Mom Lisha dan yang lainnya juga akan berada dalam bahaya! Aku harus mencari cara! batin T. Wajah pemuda itu mulai pucat karena darah yang tidak mengalir ke kepala. Secara umum manusia akan pingsan jika lehernya dikunci lebih dari 10 detik, dan T sudah dicekik selama lima detik. Jika dalam lima detik dia tidak menemukan cara untuk lolos, maka dia bisa dipastikan tidak akan selamat.

Di kesadarannya yang sudah mulai menipis itu, T mengingat sesuatu yang pernah disampaikan oleh Syaikh saat di Maroko. "Jika kau melihat setan, maka ambil batu dan lemparlah dengan menyebut nama Allah..."

T pun mengangkat genggaman debu di tangan satunya. Dia mendekatkan debu itu ke mulut dan membisikinya meski tidak ada suara yang keluar."Bismillah Allahuakbar..."

Dengan sekuat tenaga, T melemparkan debu itu ke wajah Ifrit. Setan itu tiba-tiba terkaget-kaget dan langsung melepaskan cekikannya. Dia buru-buru menutupi wajahnya menggunakan kedua telapak tangannya.

"PANAS! PANAAAAASSS! APA YANG KAU LEMPAR? PANAS SEKALI! AAAAARGH!!!" teriaknya sembari terus mengucek-ngucek wajah dan matanya. Namun, rasa panas yang seperti kulit ditusuk-tusuk menggunakan jarum panas itu masih saja dia rasakan. Dia terus saja menggeliat dan membentur-benturkan wajahnya ke dinding, tetapi hal itu tetap tidak mengurangi rasa sakitnya.

T mengambil napas dalam-dalam. Keadaan ini adalah kesempatannya untuk mengalahkan Ifrit. Dia pun mendekatkan pedang samurai itu ke wajahnya, lalu dia membacakan doa, "Bismillah Allahuakbar!"

Dia berlari kencang lalu menyabetkan pedangnya sekeras mungkin ke dada Ifrit. Sabetan pedang itu berhasil melukai dada Ifrit serta memutuskan rantai kalung Garnet yang dia gunakan, sehingga kalung itu terlepas dari lehernya. Ifrit menjerit sangat keras. Sabetan pedang T terasa seperti lawa yang dituangkan langsung ke dadanya. Dia jatuh dan mulai menggeliat seperti ulat. Badannya gemetaran dan lukanya tidak beregenerasi. Tidak lama kemudian aura berwarna hitam pekat keluar dari tubuh Profesor John dan kembali ke batu Garnet yang tergeletak di atas lantai.

"Ugh!" T mengerang setelah melakukan pertarungan berat tadi. Dia jatuh terlutut sambil mengambil nafas yang sudah mulai habis. Kepalanya sedikit pusing akibat cekikan tadi. T menoleh pada batu garnet yang tergeletak di samping mayat Professor John yang berbau busuk itu.

Pemuda itu mencampakan pedang samurainya dan mengambil kalung indah yang rantainya putus itu. Dilihat secara seksama, gambaran dari tubuh Malik ada di dalam sana, tertidur menunggu untuk dibebaskan. T pun tersenyum, "Akhirnya aku mendapatkan tiket pulang..."

T berdiri dan berniat membanting batu itu, tetapi dia teringat dengan setan yang diutus oleh Ifrit untuk menyerang panti asuhan. Apakah setan itu akan berhenti jika Ifrit sudah kalah?

"Aku harus memastikan mereka aman!" T pun menyimpan kalung itu di dalam saku dan keluar dari rumah itu. Ternyata awan masih terlihat mendung dan terdapat aura mencekam dari arah panti asuhan.

T mengambil debu dan menggosokkannya ke telapak tangan serta wajahnya. Dia melakukan wudhu tayamum, bersiap untuk kembali ke panti asuhan dan menyelamatkan para penghuni di sana. "Tunggu aku, Mom Lisha!"

T Knows The Horror [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang