Nineteen ( End Game )

1K 69 19
                                    

"Aku sudah liat foto yang dikirimkan ibu, kau cantik sekali" Naruto memeluk erat perut wanita itu yang berbaring memunggunginya di atas ranjang besar mereka.

Hari ini dia pulang malam dari rumah sakit, untung Hinata masih terjaga, bahkan Naruto tidak sempat makan malam di rumah dengan wanita itu, lagipula Hinata sepertinya juga menghabiskan waktu seharian ini dengan ibu, pergi kemanapun mereka mau.

Hinata mengelus lengan pria itu di perutnya dengan lembut, di dekap oleh Naruto selalu terasa menenangkan. "Terima kasih, tidak sabar rasanya untuk mengenakan gaun itu kembali di depan mu. Aku juga tidak sabar untuk melihat Naruto-kun mengenakan Tuxedo hitam itu. Pasti akan terlihat tampan sekali" Naruto terkekeh mendengar ucapan wanita itu, dia juga tidak sabar melihat Hinata mengenakan gaun itu di depannya, mengucapkan janji pernikahan dengan Hinata di depan tuhan, di depan seluruh keluarga dan tamu nanti yang datang.

Naruto mengecup belakang kepala wanita itu lama, hanya beberapa jam tidak bertemu, rasanya sudah rindu. "Kemana saja seharian ini dengan ibu ?" Hinata membalikan tubuhnya untuk berhadapan dengan pria itu. Menatap mata birunya yang indah.

"Butik, belanja, ke gereja dan banyak lagi. Pokoknya aku senang sekali hari ini keluar dengan ibu" Wanita itu berucap dengan antusias, senyum manis terpati di wajahnya.

Hinata dulu sering bepergian dengan ibunya, tapi semenjak orang tua wanita itu meninggal, tidak ada yang bisa menemaninya melakukan itu. Jadi saat dengan Kushina, dia kembali merasakan hal itu lagi. Merasa kembali memiliki ibu yang bisa berbagi apapun dan pergi kemanapun berdua.

Naruto tersenyum lembut, mengusap pipi wanita itu dengan punggung tangannya, "Syukur kalau kau senang, ibu juga pasti sangat bahagia. Karena selama ini dia tidak ada teman yang bisa di ajak kemanapnun kecuali ayah" Naruto terkekeh, mengingat bagaimana ibunya sering menggerutu untuk dia bisa beristri segera, atau setidaknya memiliki pasangan yang bisa di bawa menemani Kushina kemana-mana.

Bahkan gilanya, Kushina pernah meminta Naruto untuk menyumbangkan spermanya saja ke orang lain agar di punya cucu, jika putranya itu tidak ingin menikah atau menjalin hubungan dengan perempuan di dunia ini.

"Tidurlah Naru, kau pasti lelah seharian ini" Wanita itu menyisir surai Naruto dengan jemarinya. Hinata tidak ingin membuat pria itu membuang waktu dengan bicara dengannya malam ini seperti biasa, Naruto pasti kelelahan sehabis dari rumah sakit, terlihat dari wajah lelah dan kantung mata pria itu yang mulai menghitam, dia tau kalau pria itu melakukan banyak operasi hari ini, maka dari itu dia pulang lumayan larut.

"Hm, kau juga harus beristirahat sayang, jangan sampai kelelahan dan sakit" Pernikahan akan di adakan sebentar lagi, dan Naruto tidak ingin wanita itu jatuh sakit dengan semua kegiatan yang di lakukannya. Apalagi bekerja di resto pasti sangat melelahkan bagi Hinata dan Naruto paham itu.

Setiap hari pria itu selalu menyiapkan vitamin untuk kekasihnya, dengan bonus Hinata selalu memasakan makanan sehat untuk mereka berdua. Semenjak hidup dengan Hinata, Naruto merasa dia lebih ter-urus, tidak ada lagi makanan yg tidak sehat dan hidup berantakan, wanita itu akan menyediakan semuanya yang dia butuhkan.

Hinata mengangguk mengerti, wanita itu masuk dalam dekapan Naruto, mencari kenyamanan dari pelukan pria itu. Naruto memeluk tubuh wanitanya, mengusap surai panjangnya yang terurai di bahu sampai pinggul.

**************

Siapa yang akan menduga, wanita Jepang yang baru bekerja beberapa bulan disana, juru masal junior yang beberapa waktu lalu mereka tuntun akan menikah secepat ini. Malam itu saat jam tutup resto, terjadi kehebohan karena Hinata memberikan undangan permikahannya yang akan di adakan lusa di salah satu gereja di Stockholm itu.

Am I a Sex Slave ?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang