7 - THE SAFE PLACE

4 0 0
                                    


"Apa kau ada janji dengan orang lain, Hugh?" Tanya Ethan pada Hugh dengan suara pelan.

"Tentu saja tidak". Balas Hugh pelan.

"Baiklah. Pakai dulu baju mu! Biar aku yang membuka pintu". Ethan segera berjalan mendekat ke arah pintu, entah kenapa ia merasa tidak enak hati, ia merasa seakan sesuatu yang buruk akan terjadi. Sementara itu, di sisi lain Hugh sedang kebingungan mencari pakaiannya yang tadi entah ia lempar kemana. Sebelum membuka pintu, Ethan memutuskan untuk melihat ke dalam lubang intip yang kebetulan terdapat pada pintu apartemen Hugh. Betapa terkejutnya Ethan mendapati seorang pria yang ia lihat turun dari pesawat tadi kini berdiri tepat di depan pintu apartemen Hugh. Ethan merasa kebingungan sekaligus ketakutan, entah mengapa ia merasa pria itu sedang mengincar dirinya.

"Hugh, kita harus pergi!" Ethan berlari menghampiri Hugh yang kini sudah memakai baju dan menariknya.

"Ada apa, Ethan?! Kenapa kau tidak membuka pintunya?" Hugh menepis tangan Ethan dan menghentikan langkahnya. Hugh berjalan ke arah pintu hendak membukanya.

"Tidak, Hugh!" Ethan kembali menarik Hugh, menahannya agar tidak membuka pintu. Hugh kebingungan dengan gelagat Ethan yang menurutnya terlihat sangat aneh.

"Pria itu, dia adalah pria yang ku lihat turun dari sebuah pesawat sebelum aku sampai kemari". Lanjut Ethan, kini Hugh mengerti mengapa Ethan tidak ingin membuka pintu.

"Aku yakin, dia datang untukku, Hugh. Kita harus segera per-". Sambung Ethan yang kemudian terhenti oleh suara ketukan keras lagi di pintu.

"Ethan, aku tahu kau di dalam".

"Komohon buka lah".

"Kita perlu berbicara".

Ethan dan Hugh terdiam mendengar sosok pria di balik pintu itu akhirnya berbicara. Tapi, suara itu tidak asing bagi Ethan, ia ingat ia pernah mendengarnya.

"Bagaimana dia bisa tahu namamu?" Tanya Hugh kebingungan berbisik pada Ethan. Ethan hanya terdiam. 

Ethan kini mengingat semuanya, suara itu dan pria itu. Dia adalah pria yang berbicara pada Ethan ketika dirinya tak sadarkan diri beberapa saat lalu. Pria itu yang berada di depan sebuah bangunan berupa kastil dan berlari menghampiri Ethan. Pria itu yang menyuruh Ethan untuk mengingat sebuah kata, Montgomery.

"Akan kujelaskan nanti. Ayolah, Hugh kurasa kita harus segera pergi". Ethan berlari menghampiri sebuah jendela yang tidak jauh dari tempatnya berdiri. Ia membukanya perlahan kemudian memperhatikan keadaan di luar. Dirasa aman, Ethan segera memanjat jendela itu dan merengkuhkan badannya berusaha keluar melewati jendela tersebut.

"Jendela?!" Hugh sontak terkejut melihat apa yang sedang sahabatnya lakukan, yang benar saja mereka harus keluar melalui jendela? Sebenarnya kamar apartemen Hugh berada di lantai pertama yang membuat mereka tidak akan terlalu kesulitan ketika harus keluar melalui jendela.

"Ayolah! Memangnya kau punya pintu keluar lain?!" Tanya Ethan yang kini sudah berhasil keluar melalui jendela tersebut. Benar memang apa yang Ethan katakan, Hugh tidak memiliki akses pintu keluar lain.

"Baiklah!" Mau tidak mau Hugh akhirnya menuruti Ethan, keluar melewati jendela.

"Kemana kita akan pergi, Ethan?!" Tanya Hugh setelah akhirnya kini mereka berdua berada di luar.

"Aku tidak tahu.... Kemana saja dimana dia tidak bisa menemukanku, Hugh". Balas Ethan kemudian mulai melangkahkan kakinya tergesa-gesa meninggalkan tempat mereka berdua berdiri.

"Kenapa kita tidak pergi ke rumahmu saja?!" Tanya Hugh yang mengikuti Ethan dari belakang.

"Kurasa dia akan tahu rumahku". Singkat Ethan semakin mempercepat langkah kakinya.

GENEFREAKSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang