01 - Kesialan - Kesialan yang Berbaris Rapi

3 1 0
                                    

"Bocah malang."

Aku yang sejak tadi sudah merasa kesal melihat bajuku yang basah akibat mobil sialan yang melaju kencang melewati genangan air itu, kini semakin sebal ketika mendengar sahutan seorang kakek-kakek yang tengah duduk di emperan toko tempatku berteduh dengan beralaskan kardus bekas. Kakek tua berambut tipis namun berjanggut cukup lebat itu tengah menatapku iba sembari sesekali menggelengkan kepalanya.

"Apa maksud-" Aku baru saja hendak mengomel namun terhenti ketika kakek itu tiba-tiba memotong pembicaraanku.

"Siapa namamu, anak muda?"

"Mirabel..., Mirabel Althea." Jawabku ketus.

"Oh, Mirabel Aleya." Aku hanya diam, tidak berusaha mengoreksi perkataan kakek tersebut yang salah menyebutkan namaku. Siapa tau ia sengaja melakukannya supaya membuatku kesal. Ha! Aku tidak akan terpancing.

"Namamu bagus," Ucapan kakek itu kemudian berhasil membuatku menoleh kembali menatapnya, "Tapi sayang nasibmu jelek."

Seketika wajahku berubah datar.

Maksudku, aku memang sudah tahu jelas kalau nasibku tidak bagus, tapi kenapa sampai harus diperjelas sih? Memangnya siapa kakek tua ini sampai berhak mengomentari hidupku?!.

Aku kemudian menatap sinis kakek tua yang hanya duduk sejauh satu meter dari tempatku berdiri. Andai saja tidak ada norma yang mewajibkan kita menghormati orang yang lebih tua, sudah ku jambak jenggotnya yang lebat itu.

"Jangan sedih, walaupun nasibmu jelek, tapi kamu punya semangat hidup yang tinggi. Aku bisa melihatnya." Ucapnya kini disertai anggukan mantap, merasa yakin dengan apa yang dikatakannya.

Aku hanya menghela napas, tidak mengacuhkan perkataan kakek tua aneh yang kini sedang melantur kesana-kemari. Tatapanku kemudian beralih menatap jam di tanganku dan langit yang kini perlahan mulai cerah secara bergantian.

"Seperti saat aku muda dulu. Aku biasa-"

"Iya-iya, tapi maaf ya kek, aku harus pergi menjemput uang-uangku. Ceritamu simpan untuk orang lain saja. Aku pergi dulu." Ucapku sembari bergegas menjauh dari tempatku tadi. Aku sempat mendengar sayup-sayup kakek tadi meneriakkan sesuatu yang tak kudengar jelas. Tapi siapa yang peduli?.

Mari kita anggap kakek tadi berkata, Hati-hati di jalan, Mirabel. Jaga dirimu baik-baik.

Oke, terima kasih, kek. Jaga dirimu juga.

Nah, masalah selesai.

*****

Setelah menempuh perjalanan selama dua puluh lima menit dengan berjalan kaki, aku akhirnya sampai di sebuah distrik yang terletak di pinggiran kota Sagara. Distrik yang terkenal dengan nama "Sarang Mafia". Tempat dimana kamu bisa menemukan berbagai jenis orang-orang jahat disini, mulai dari kelas bawah hingga kelas atas sekalipun.

Tanpa menunggu lama, aku kemudian berjalan memasuki sebuah gang sempit yang kotor ditambah bau sampah yang semakin menguar kemana-mana akibat hujan sore tadi. Aku agak mempercepat langkahku kemudian memasuki sebuah bar sekaligus arena judi arcade, dan bisa dipastikan betapa ramainya tempat ini. Dimulai dari suara musik yang menggelegar memenuhi tiap sudut ruangan ditambah dengan aroma alkohol dimana-mana, teriakan orang-orang yang berseru riang mengikuti alunan musik hingga teriakan pasrah uangnya habis untuk bertaruh di mesin slot judi pun tak ketinggalan.

Aku yang tadinya tengah sibuk mencari sosok familiar di antara puluhan wajah di ruangan ini mendadak terhenti ketika merasakan seseorang menepuk bahuku dari belakang.

"Abel si hacker itu ya?"

Waw, sekarang aku punya julukan baru lagi selain bocah malang.

"Ya." Jawabku singkat.

Rumor Has ItTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang