× Baca Deskripsi Terlebih Dahulu ×
Di sini aku pakai treasure ot10. Karena aku mau menghargai mereka yang masih dalam satu grup, tapi tetap ot12 selalu di hati.
Meskipun begitu, di cerita-cerita mendatang aku pasti akan tetap pakai treasure ot12.
Jangan membenci karena itu akan menjadi penyakit hati ~
Oke see you...
Jangan lupa vote untuk menghargai karya penulis!
~ Green Flag ~
_________________________
Saat pagi hari telah tiba menggantikan malam yang tenang dan sunyi, hari dimana aku menjalankan aktivitasku untuk bersekolah seperti biasa, jam dinding menunjukkan pukul tujuh pagi hari dan aku sedang menyantap sarapan pagi yang dibuatkan oleh bibi mauren.
Mungkin untuk anak seusiaku mereka akan merasakan suasana yang hangat dan menyenangkan saat duduk di meja makan menyantap sarapan bersama keluarga tercinta, tapi sayangnya itu berbanding terbalik denganku.
Terlahir menjadi anak tunggal tanpa saudara kandung terasa sangat sepi untukku, tidak ada yang bisa aku ajak bermain, menjadi teman bercerita di rumah dan lainnya. Iri dengan anak-anak yang lain? Bohong jika aku berkata tidak.
Sejak kecil aku di rawat dan diasuh oleh bibi mauren karena orangtuaku yang sibuk dengan pekerjaan mereka, banyak yang bilang bahwa aku tumbuh tanpa kasih sayang dan perhatian dari orang tua. Dan apa yang dikatakan mereka ada benar, aku tidak pernah tau bagaimana rasanya diperhatikan dan di sayangi oleh orangtuaku sendiri.
Sambil mengunyah makanan aku menatap ke arah bibi yang sedang menuangkan air putih ke dalam gelasku, saat kami saling berkontak mata aku pun tersenyum dan berkata, "Terimakasih untuk sarapannya, masakan bibi selalu menjadi favoritku"
Wanita paruh baya itu terlihat senang mendengarnya, dia tersenyum dan berkata, "sama-sama non, makan yang banyak ya biar sehat, ini air putihnya agar tidak keselek"
Aku mengangguk, "oke bi" setelah meneguknya sedikit, aku kembali menghabiskan sisa-sisa makanan di piring.
Sambil mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru rumah, entah kenapa suasananya begitu sunyi dan sepi, padahal hal seperti ini sudah bukan hal baru lagi untukku tapi entah kenapa, rasanya aku sangat jenuh dengan suasana seperti ini.
Aku jarang berkomunikasi dengan orangtuaku, saat mereka ada di rumah kami hanya bertemu di meja makan dan mengobrol singkat mengenai sekolahku saja, selebihnya mereka lebih fokus ke pekerjaan mereka.
"Non yoora" aku yang melamun pun tersadar dan langsung menoleh ke arah bibi.
"Iya bi?" Jawabku, wanita yang sedari kecil merawatku itu tersenyum manis.
"Kenapa melamun seperti itu? Apa non merindukan tuan dan nyonya?"
Lantas aku mendatarkan wajahku, dulu aku selalu merengek dan menangis saat merindukan kehadiran mereka, tapi sekarang rasanya aku sama sekali tidak memperdulikan ada ataupun tidak ada kehadiran mereka berdua.
Apakah itu yang dinamakan rasa kecewa?.
Aku kembali melamun yang membuat bibi terlihat khawatir denganku, dia menyentuh pundakku dan aku refleks kaget saat tangannya menyentuh pundakku.
"Non, baik-baik saja?" Tanyanya, aku bisa melihat tatapan mata khawatirnya yang tidak pernah aku dapatkan dari tatapan mata seorang ibu kandung.
Aku menggeleng dan tersenyum, "aku baik-baik saja, bibi jangan khawatirkan aku"
KAMU SEDANG MEMBACA
Love In A Diary • Yoshinori
FanfictionBagaimana jika si introvert yang harus pindah sekolah karena urusan bisnis orangtuanya bersekolah di salah satu sekolah ternama di seoul lalu bertemu manusia ekstrovert yang diam-diam membuatnya tertarik untuk mengetahui lebih tentang dirinya. Kehe...