Chapter 12
“See What We Can Do!”| 30 Oktober 2020 |
Hotel Skypea terletak di pusat kota. Gedung pencakar langit setinggi dua puluh lantai itu telah ramai dengan mobil yang berlalu lalang. Awak media berbaris rapi di depan lobi hotel untuk turut meramaikan ulang tahun komisaris Uzumaki Label, Namikaze Minato yang kini genap berusia empat puluh delapan tahun.
Hinata turun dari mobil Porche merah bersama sang pewaris Uzumaki. Wanita berusia keemasan itu mengenakan gaun rancangan Uzumaki Label berwarna peach berbahan sifon dan organza dengan lengan pendek berbentuk kupu-kupu; bagian depannya dibiarkan terbuka dengan sentuhan model mirip kipas, sementara bawahnya jatuh menjuntai membentuk lekuk tubuhnya secara sempurna.
Naruto sendiri mengenakan jas hitam dengan kemeja berwarna senada. Rambut pirangnya sengaja disisir ke belakang, mempertegas garis rahangnya yang tegas dan fitur-fiturnya yang maskulin.
Mentransfer senyuman dari kedua mata berbeda warna, tentunya mengundang perhatian media. Berbagai pewarta berebut mengabadikan momen tersebut untuk dijadikan berita hangat besok pagi.
Semuanya akan dimulai malam ini—Hinata membatin. Ulang tahun Minato akan menjadi panggung yang sebenarnya di mana orang-orang yang terlibat dalam kekacauan hidupnya bertemu.
“Oh ... kalian bersama.” Suara Uchiha Sasuke menjadi yang pertama menyambut mereka.
Berada di depan lift bersama sang istri tercinta, wajah Sasuke masih khidmat seperti biasa.
“Halo, Sakura.” Naruto menyapa sepupunya dengan riang, tanpa mengindahkan Sasuke sama sekali. Lengannya yang kokoh, semakin erat manakala jelaga Hitam Sasuke jatuh pada dewinya malam ini.
“Apakah ini Hinata?” Sakura menutup mulutnya sendiri, begitu terkejut dengan perubahan drastis Hinata. Pegawai kantor yang biasanya mengenakan setelan formal, kini terlihat sempurna dengan gaun peach dan rambut bergelombang yang jatuh menutupi punggungnya. “Aku nyaris tidak mengenalimu. Astaga! Kau sangat cantik!”
Hinata tersipu malu, yang jelas hanya akting belaka. Lidahnya yang sudah terbiasa berbohong, berkata dengan merdu. “Pujianmu berlebihan, Sakura-san. Mana mungkin aku lebih cantik dari seseorang yang memiliki paras bunga musim semi?”
Bibirnya melengkung. Sementara ekor matanya tertuju pada obsidian yang juga menatapnya disertai peringatan. Namun, dia tentu tidak akan berhenti sampai sini.
“Sungguh sangat beruntung menjadi pria yang mempersuntingmu. Jika itu aku, aku pasti tidak akan memamerkan keindahan yang aku miliki. Tidakkah Anda setuju, Uchiha-san?”
Sasuke meradang. Dia tidak tahu kalau bersama Uzumaki Naruto, wanita yang dulu hanya tinggal dalam bayang-bayangnya berani menunjukkan diri dengan kedua cakar dan taring yang terbuka.
“Ya, kau benar.” Dia merapatkan giginya. “Keindahan memang tidak untuk ditunjukkan, tapi bukan berarti tidak bisa dipamerkan. Sangat berbeda dengan bunga tulip malam yang tidak memiliki keindahan.”
Hinata tersenyum mafhum, merasa tidak terhina meski Sasuke baru saja menghinanya terang-terangan.
“Tahukan Anda? Meski menjadi satu-satunya yang berbeda dan tidak indah di mata orang lain, tulip malam memiliki daya hidup yang jauh lebih lama. Oleh karena itulah, dia dilambangkan sebagai kekuatan, sehingga cukup kokoh diterpa angin hujan.”
KAMU SEDANG MEMBACA
The Liar and His Dangerous Partner
FanfictionYang wanita itu butuhkan bukanlah cinta, bukan pula pangeran berkuda putih layaknya kisah Cinderella. Melainkan partner setia yang mampu membantunya bersahabat dengan dunia. Wanita itu perlu belajar, bagaimana menginjak dengan benar. "...kau tahu? A...