FOLLOW DULU SEBELUM BACA !!!
⚠️IDE ITU SANGAT MAHAL!⚠️
⚠️DILARANG PLAGIAT!!!⚠️
"Nak, apakah engkau bersedia jika Abi menikahkanmu dengan putra kami ini?" ujar Kiai Fatih serius sambil menatap Khanza sekilas.
DEGH!
'Ya Allah apakah ini episode sel...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
Setelah berhasil membuat Ustadzah Naila kepanasan. Diva semakin yakin bahwa, tidak terimanya Ustadzah Naila dengan keromantisan Gus Zhafi pada Khanza itu adalah sifat cemburu yang menandakan bahwasanya ia mempunyai rasa pada Gus Zhafi.
"Benar kan dugaan Aku, kalau Ustadzah Naila pasti tidak akan terima kalau ada orang yang membicarakan Gus Zhafi sama perempuan lain," ujar Diva pada Davin.
"Khanza juga guru kita. Dan bagaimanapun, jika ada yang mau berbuat jahat sama Ning Khanza Aku akan membelanya," ucap Diva.
"Ya sama. Aku juga pasti akan ikut membela, bahkan membantu sekalipun. Jika Aku masih mampu," balas Davin tak mau kalah.
"Tapi Dav, apa kita gak dosa, kalau kita berbuat seperti ini pada ustadzah Naila? Secara kan ustadzah Naila itu adalah guru Kita," tanya Diva.
"Selama kita membela kebenaran kan, gak ada salahnya. Toh juga yang Kita jaga dan Kita bela adalah Ning Khanza, yang merupakan menantu dari pemilik pondok pesantren Kita." jawab Davin menjelaskan.
"Iya juga sih."
"Ya sudalah. Kita berdoa aja yang terbaik untuk Ning Khanza. Semoga apa yang Kita pikirkan saat ini tidak sampai benar-benar terjadi pada beliau," ujar Davin.
"Iya, Aku pasti berdo'a yang terbaik buat Ning Khanza."
***
Siang ini Gus Zhafi mempunyai jadwal untuk tausiah. Setelah selesai mandi, Gus Zhafi langsung melaksanakan solat berjama'ah bersama istri tercintanya. Setelah itu Gus Zhafi langsung bersiap-siap untuk berangkat tausiah.
"Mas, Kamu gak mau sarapan dulu?" Tanya Khanza.
"Enggak Aku sarapan di jalan saja biar gak terlambat," ujar Gus Zhafi seraya mengambil sorban yang sudah disiapkan oleh Khanza.
"Kamu jangan lupa sarapan, dan jangan sampai telat biar gak sakit," sambungnya.
"Iya Mas."
Khanza mengantar suaminya sampai depan rumah.
"Aku berangkat dulu ya. Kamu hati-hati di rumah. Kalau ada apa-apa langsung telvon Aku," ucap Gus Zhafi mengingatkan.
"Iya Mas, Kamu juga hati-hati."
Khanza mengambil tangan Gus Zhafi, ia menciumnya dengan ta'dzim. Gus Zhafi mengecup lembut Kening Khanza cukup lama.