Namaku... Airene.

6 0 0
                                    

"AIRENEEE!" Wanita paruh baya itu membentak seorang gadis cantik dengan rambut sebatas leher.

"A- ampun mah.. Aire minta m- maaf!!" Airene Tanisya Ankara, dia adalah gadis yang kini di cambuk oleh ibunya sendiri.

"KAMU INI, BISA GA SIH KERJA YANG BENER?!"

"KASIH MAMA UANG, MANA UANG HASIL KAMU MALEM INI?!"

Ctats!

Lagi.

Suara cambukan itu kembali memekakkan telinga Airene, dia tak bisa banyak bergerak. Airene hanya meringkuk dalam jongkok nya sembari melindungi kepalanya. tak mengindahkan beberapa luka yang kini timbul di beberapa bagian tubuhnya– bahkan bau anyir darah tercium di penciuman Airene.

"A- Airene di pecat mah.. m- maafin Aire mah– AKHHH MAAFIN AIRE MAMAH!!" Pekikan Airene terdengar semakin keras disaat lehernya di cekik oleh ibu nya, dirinya di tuntun untuk berdiri dengan cara di cekik.

Cekikan itu semakin menyempit, oksigen tak dapat lagi Airene hirup dengan bebas. Ia hanya berdoa jika kematiannya akan segera datang.

"APA?! KAMU DI PECAT?! HEH–"

Ibu Airene mengguncang leher anaknya, berusaha membuat sadar anaknya yang wajahnya sudah membiru.

"HEH AIRENE!! BANGUN BODOH?!!"

Tak ada lagi suara ampunan dari mulut putrinya, perlahan wanita itu melepaskan cekikan nya. Menatap tubuh Airene yang meluruh dengan mudahnya kelantai.

Mata nya menjuling ke atas, menyisahkan putih nya saja. Lidah putrinya sedikit menjulur. Wanita itu bergetar ketakutan.

"G- gak.. Gak mungkin Aire mati.."

"Hah- HAHAHAHAHAHA ANAKKU MATI DI TANGAN KU SENDIRI?! HAHAHAHH" Wanita itu tertawa keras.

Tetapi beberapa detik kemudian ia kembali ketakutan, tubuhnya menggigil kedinginan, dia bergetar sembari melihat kondisi putrinya yang tertidur di lantai dengan posisi mengenaskan.

"A- Airene m- mati... Di tangan i- ibu nya sendiri.. A- anak ku.."

BRAKK!!

Dia terus bergumam, sampai dobrakan pintu mengejutkan wanita paruh baya itu. Betapa mengejutkannya, segerombolan polisi menodongkan senjata api ke arah dirinya.

"ANGKAT TANGAN!!"

Warga sekitar mungkin melaporkan dirinya, mungkin saja karena teriakan Airene, ditambah dia menghukum anaknya di siang hari. Memudahkan siapapun untuk memergoki nya.

Kini wanita itu hanya bisa menangis, dia mengangkat kedua tangan nya ke atas dengan gemetar.

Tubuhnya masih bergetar, kejadian beberapa menit lalu membuatnya dihantui sendiri, bagaimana ia membunuh anaknya sendiri dengan mencekiknya sangat kuat.

Airene Tanisya Ankara, kisahmu, hanya sampai disini.

–TBC–

Aelah baru juga prolog, udah mati aja Airene.

Eitsss tapi tenang, akan digantikan sebagai EIREN si putri duyung!

HAHH?! PUTRI DUYUNG 😱😱💥‼️

🧜🏻‍♀️🧜🏻‍♀️✨🧜🏻‍♀️🧜🏻‍♀️

Penasaran? Jelaszzhh huwaruss

Ini cerita awal Transmigrasi ku, MAAF AJA AGAK AGAK NIH YA CCIEDERS MWEHEHEHEHE 😋😋😋

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 08 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

EIREN - (TRANSMIGRASI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang