BAB 35 : Kembali ke Olympia

13 1 0
                                    

Hephaestus tersenyum sambil meraih tangannya ke arah kantong serpihan pedang Ringo

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hephaestus tersenyum sambil meraih tangannya ke arah kantong serpihan pedang Ringo. Meskipun begitu, kantong itu seolah-olah enggan untuk berpindah tangan, memberikan kesan bahwa pedangnya tidak boleh disentuh oleh Hephaestus. Ringo menatap semua orang di sekitarnya dengan tegas, wajahnya memberikan isyarat jelas bahwa pedangnya adalah sesuatu yang tidak boleh diakses oleh orang lain.

Arin mendekati Ringo dengan penuh kelembutan, bertanya, "Ada apa, Ringo?" upaya tersebut tampaknya bertujuan untuk meredakan kekhawatiran semua orang di sekitar.

Subani menyadari situasi ini. Ringo tidak diragukan lagi memiliki kepercayaan pada kemampuan Hephaestus, namun serpihan pedang ini merupakan bukti fisik dari perjalanan penuh dendam yang tersirat.

Dengan nada maaf, Ringo menarik kembali kantong serpihan pedang, menutupnya dari pandangan semua orang. Kantong yang tidak memiliki pori berubah warnanya menjadi biru gelap. Dengan mantap, Ringo berjanji, "Aku akan membawa serpihan ini kepada ayah dan kakek."

Subani langsung menyahut, "Itu akan membunuh dirimu sendiri." Ketegangan mulai menggelayuti Perpustakaan, dan hening menyelimuti ruangan. Nama Zeus menjadi topik yang sulit untuk dibicarakan bersama-sama.

Ringo melanjutkan, "Ibuku dalam perbudakan, dan ayah adalah penyebabnya. Ingatan tentang ibuku telah kembali. Ketika Typhoon mati oleh tanganku, aku menjadi bungkam. Typhoon seharusnya tidak dibunuh."

Suara Ringo yang tenang menciptakan rasa khawatir di kalangan yang hadir. Sikapnya yang biasanya optimis hilang, dan terlihat bahwa dia tidak memikirkan masa depan dengan penuh pesimisme.

****

Hephaestus hanya mampu membawa Ringo kembali ke Olympia pada waktu yang sama. Subani menarik tangan Ringo, mengisyaratkan keinginan untuk berbicara secara pribadi dengannya. Hephaestus mengangguk sebagai jawaban atas permintaan tersebut, sementara Phalasia dan Arin saling bertatapan tanpa kata-kata. Mata Arin kemudian melihat Hodomos dan Prinka, dan mereka juga menyadari bahwa para dewa lebih tua ingin berbicara dengan mereka.

Prinka memberi anggukan, diikuti oleh Phalasia. Hodomos berjalan bersama Arin menuju taman yang cukup tersembunyi, dan kepergian mereka tidak menimbulkan ketidaknyamanan di antara yang lain. Arin duduk di salah satu kursi baja panjang, matanya basah oleh air mata yang tidak bisa dia tahan. Melihat Ringo yang begitu lelah membuatnya merasa sangat khawatir.

"Kita tidak bisa membiarkan Ringo pergi ke Olympia sendirian. Aku tidak yakin kebaikan akan menimpanya," kata Arin, mata yang basah menunjukkan ketidakpastian dan kekhawatiran.

Phalasia memberikan penjelasan yang membuat Hodomos setuju, "Aku akan pergi bersamanya. Sebagai ucapan terima kasih karena telah menyelamatkanku, kita tidak bisa meninggalkannya sendirian."

Prinka tersenyum tipis, "Kita telah bersama-sama berjuang di labirin, dan selama itu Ringo berusaha mengingat apa yang hilang darinya. Tentu, aku tidak akan meninggalkannya pergi ke Olympia seorang diri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 12 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Ringo : Catching Fire (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang