Bab 1

3.1K 144 5
                                    

Saat ini sedang berlangsung pembelajaran yang cukup membosankan, apalagi kalau bukan 

'MATEMATIKA'.

Aku rasa bukan cuma aku yang bilang begitu, coba lihat teman sekelasku seperti tertekan dan terkantuk-kantuk. Ngapain juga Pak Narno ngejelasin kaya mendongeng, suaranya kecil lagi kaya lagu pengantar tidur aja.

"Hooaaamm"

DREETTT

Suara gesekan antara kursi dan lantai mengalihkan atensi semua orang

"Pak, saya izin ke WC"

" Iya silahkan"

Ketika sampai di depan pintu keluar Henri membalikkan tubuhnya.

"Selamat belajar hehehee" tanpa mengeluarkan suara ditambah ekspresi mengejek dan langsung pergi.

Gugun dan Zakir yang melihatnya menampilkan ekspresi yang menghibur bagi Henri.

"Sialan kagak ngajak-ngajak"

"Kalo tau si Henri niatnya bolos, seharusnya ikut tadi"

"Awas aja tu anak "

Henri berjalan menyusuri lorong sambil sesekali bersenandung, tampak gembira, ia berniat bolos dengan tidur di UKS.

Hooaaamm

"Ngantuk, tidur ahh"

Ia tidak akan menyangka tepat ketika tertidur ia tak akan bertemu lagi dengan temannya Gugun dan Zakir.

.

.

.

Ditempat berbeda

"EEUUGHH"

Kelopak mata yang tertutup bergetar dan perlahan terbuka menampilkan netra biru cerah.

Kamar, itulah itulah hal pertama yang disimpulkannya.

"Dimana ini? Bukannya tadi aku berada di UKS ya?"

Setelah dilihat lihat ternyata kamar ini bagus juga dan dua kali lipat dari kamarnya.

"?????"

Sekarang apakah ia di culik, tapi masa iya ditempatkan ditempat mewah. Atau jangan-jangan dia sebenarnya anak konglomerat yang hilang dan sekarang baru ditemukan,.

'Harus sujud syukur ini mah' batinnya

"Haisss paling juga ini mimpi, mending tidur lagi"

.

.

.

Suara burung berkicau di samping jendela, cahaya matahari perlahan menyeruak masuk lewat celah-celah gorden tampak menyapa sang pemilik kamar yang masih asih bergelut dibawah selimut tanpa terganggu sedikitpun. 

Tok

Tok

Tok

"Tuan muda apakah anda sudah bangun?"

Tok

Tok

Tok

"Tuan muda"

Ditunggu beberapa saat pun tak ada jawaban

"Permisi tuan muda, saya masuk"

Pintu terbuka dan muncul seorang pria kisaran usia 20 tahun dengan pakaian pelayan

"Tuan muda waktunya bangun" 

Sambil mengoyangkan tangan tuannya dan menyibak gorden sehingga cahaya matahari masuk dan menyilaukan pandangan Henri

Anak Angkat DukeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang