"Reuni kali ini, bakalan seru" Rio berkata sembari meneguk kopi. Davema dan kedua temannya semasa kuliah sedang ngopi di salah satu kafe. Kebiasaan mereka sejak zaman kuliah. Tapi, akhir-akhir ini, mereka sudah jarang melakukannya, kesibukan pekerjaan dan hal lainnya membuat mereka jarang berkumpul.
"Ada apaan emang?" Zayn agaknya penasaran, begitupun Davema. Tapi, Davema memilih diam.
"Dinda bakalan dateng" Rio melirik Davema, "kalian pada belum tau kan??"
Rio terkekeh, "gue tahu dari Liora".
Dada Davema berdebar, mendengar namanya saja, tubuh Davema bereaksi berlebihan. Dari dulu, Dinda memang berhasil membuat Davema bertekuk lutut.
"Kayaknya, bau-bau CLBK nih, hahaha" Zayn mengedipkan sebalah matanya kepada Davema sembari terkekeh geli.
Davema mendengus, sedari dulu, teman-temannya memang selalu mengusili dirinya. Dia sudah kebal.
"Kayak Dinda bakalan mau aja, katanya nih, Dinda itu pantang banget balikan sama masa lalu, gue denger langsung dari mulut Dinda waktu zaman kuliah" ujar Rio.
"Atau, jangan-jangan nih, Dinda udah punya gebetan, pacar, atau bahkan sua...awhhh, sakit ogeb" Zayn melenguh saat Davema menendang tulang kering Zayn.
Davema benar-benar kesal, ia benar-benar ingin menyumpal mulut Zayn dengan sepatunya.
"Saya akan datang, besok malam kan??"
Zayn dan Rio tersenyum cerah, keduanya mengangguk bersamaan.
"Oke"
Zayn dan Rio tahu, Davema masih sangat mencintai Dinda, Davema yang biasanya enggan datang ke acara reuni karena memiliki pengalaman tak mengenakkan, akhirnya kali ini Davema kembali memiliki keberanian untuk datang.
****
Davema berkali-kali melihat dirinya di cermin, memastikan sekali lagi, apakah dirinya sudah rapi. Pasalnya, Dinda itu menyukai laki-laki yang rapi, wangi, dan cool.
"Mau kemana? Kok, rapi banget" Rianti, mama Davema menatap putranya heran, karena, putranya malam ini terlihat tampan.
"Acara reuni ma".
Raut Rianti mendadak mendung, "kamu nggak kenapa-napa kan nak??"
Davema mengangguk, "saya baik-baik saja ma".
"Tapp..."
"Dinda akan datang ma, makannya saya mau datang"
Rianti melebarkan mata, bibirnya bergetar, haru dan bahagia. "Sungguh?" Rianti tersenyum hangat menepuk lengan sang putra, "kalau begitu, datanglah, kalau dia marah dengan kamu, kamu diam, mama harap, kamu bisa membawanya kesini".
Davema mengangguk singkat, lalu keluar dari rumah, memasuki mobilnya yang sudah terparkir di halaman rumah, disiapkan oleh supir pribadi keluarganya. Ia gugup, tapi ia senang.
*****
Davema mengalihkan atensinya saat melihat wanita cantik ah ralat, sangat cantik berjalan mendekati meja yang udah teman-temannya pesan. Rambut Dinda digerai dengan bagian bawah yang dibuat gelombang, dress yang dikenakan benar-benar membentuk lekuk tubuh indahnya.
Wanita itu duduk tidak jauh dari Davema. Gerak geriknya terlihat biasa saja, seolah sebelum ini, mereka tidak memiliki hubungan apa-apa.
Dinda tipikal wanita yang pendiam namun mematikan. Davema masih ingat betul saat pertama kali bertemu dengan wanita itu, raut wajahnya datar dan hanya tersenyum tipis sebagai bentuk formalitas, cuek dan susah didekati.
Tak jarang, banyak yang bilang jika Dinda itu sombong. Tapi, semua itu malah membuat Davema jatuh hati, semua hal yang ada dalam diri wanita itu, Davema menyukainya, bahkan menggilainya.
Bahkan, hingga detik ini. Perasaannya tetaplah sama. Tidak berubah sedikitpun, Dinda tetap menduduki tahta tertinggi di hatinya.
"Duh, si Dinda, baru nongol, lama nggak nongol, sekarang udah makin mentereng aja ni anak" ujar Liora sembari memangku putranya. Yap, Liora sudah memiliki seorang putra dan ia membawa ikut serta suaminya ke reuni.
Sebenarnya, bukan hanya Liora saja yang membawa pasangan mereka, semua teman Dinda dan Davema membawa pasangan mereka, hanya Dinda dan Davema saja yang sendirian. Ah, tidak, bukankah Dinda masihlah milik Davema?
"Iya, maaf, saya agak sedikit sibuk" ujar Dinda kalem dengan suara lembutnya.
Sudah berapa lama ia tidak mendengar suara itu? Davema sangat merindukannya.
Rio menyikut lengan Davema, "lo nggak ada niatan mau nyapa gitu kek, basa basi, nanyain kabar atau apa gitu, ck".
Tentu saja Davema ingin, tapi, bukan saatnya.
"Lo mau minum apa Din?" Tanya Faruk, yang dulunya menjabat koordinator kelas.
"Apa ya, jus coklat boleh deh" sahut Dinda dengan senyum tipisnya.
"Coklat hangat saja, cuaca lagi dingin, nanti kamu flu" Davema bersuara, membuat seluruh atensi menatapnya, lalu diakhiri suara gaduh cie cie yang membuatnya salah tingkah namun berusaha terlihat biasa saja.
Faruk terkekeh geli, "jadi gimana Din,?"
"Boleh deh, coklat hangat aja"
Faruk melirik Davema, sementara Davema hanya tersenyum kalem.
Tapi, itu tidak lama, karena setelahnya, ia melihat Dinda mengangkat panggilan telfhone, lalu 3 menit kemudian, Dinda kembali mengambil tas miliknya dan "Teman-teman, maaf, aku harus pulang, ada hal urgent di rumahku, sekali lagi maaf ya".
Liora membelalak kaget, "Din, yang bener aja, kamu baru duduk loh, minum aja belum".
Dinda menggigit bibir bawahnya, merasa tidak enak, "Maaf, tapi saya buru-buru, sekali lagi maaf ya, aku pergi duluan, permisi".
Dan, saat itu pula, Davema melihat Dinda pergi dengan langkah terburu-buru, dengan gerakan cepat, ia ikut berdiri, mengejar Dinda yang menuju ke parkiran.
Davema menghentikan gerakan Dinda yang hendak membuka mobil miliknya, "Mas Dav, boleh minggir dulu? Saya lagi buru-buru mas"
"Terjadi sesuatu? Kamu nggak papa kan??" Davema tidak mampu menyembunyikan kekhawatirannya.
Dinda menghela nafas, "itu bukan urusan kamu mas. Maaf mas, mas minggir dulu, saya harus pulang".
"Saya antar".
"Nggak perlu mas, saya bisa sendiri".
"Dinda, ini sudah malam, saya antar".
Bunyi handfhone Dinda kembali terdengar, Davema bisa melihat kepanikan dan kekhawatiran kembali terlihat di wajah cantik wanitanya. Tapi, sebelum itu, ia merasa mendengar suara tangisan anak kecil yang memanggil 'mama' saat itu juga, tubuh Davema menegang kaku.
"Maaf mas, kamu nggak perlu mengantar saya, saya bisa sendiri, permisi".
Davema membiarkan Dinda memasuki mobilnya, dan mobil Dinda sudah pergi. Saat itu juga, ia bergerak cepat menuju mobil miliknya, mengejar Dinda!.
___________________
Jangan lupa vote dan komennya yawww.❤
KAMU SEDANG MEMBACA
Possesif Dema (Davema)
RomanceDavema memandangi wanita cantik yang selama dua tahun ini pergi darinya, tidak ada yang berubah, wanita itu tetap cantik ah malah semakin cantik, anggun dan semakin luar biasa dalam karirnya. Sungguh! ia tidak akan pernah melepaskan, Adinda-wanita...