🟢Bab 17

776 40 0
                                    

Yuhuu

Bahas apa ya enaknya sebelum masuk ke cerita?

Bahas yang ringan-ringan aja gimana?

Spill KTPnya angin dong😌

Ee, sama itu, apa pendapatmu tentang roasting berkedok debat?

Ringan sekali kan pembahasannya?

Oke, langsung saja

Cekidot

Thalita merasa mual mencium bau tak sedap dari bolu kukus yang diberikan Tari tadi siang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Thalita merasa mual mencium bau tak sedap dari bolu kukus yang diberikan Tari tadi siang. Dia segera ke kamar mandi. Berkali-kali berusaha, Thalita tak mengeluarkan apa pun dari tenggorokannya.

"Brengsek! Gini amat sih hamil? Gue capek mual terus," gerutu Thalita. Wajahnya pucat sekali.

Thalita kemudian terisak, menyesali hal terbesar dalam hidupnya. Dia masih tujuh belas tahun, belum siap jadi ibu. Dia masih ingin sekolah dan bersenang-senang seperti yang lain. Bukan terpenjara dalam rumah tersiksa oleh aroma makanan yang membuatnya mual.

"Gue benci lo!" Thalita mengumpat di sela-sela isakannya yang semakin menjadi. Bahunya gemetar, bersamaan dengan wajahnya yang menunduk dalam, menyembunyikan air matanya yang jatuh dengan deras.

Thalita memukul-mukul dadanya yang terasa sakit. Berharap bisa melampiaskan rasa sesalnya. Nyatanya, zero! Semua sama saja. Malah sakitnya semakin bertambah.

Thalita memandang cermin wastafel di hadapannya dengan nanar. Wajahnya yang berantakan dengan mata yang sembab, membuat Thalita sulit mengenali dirinya sendiri.

"Harusnya dari awal gue gugurin aja, harusnya mama gak cegah gue waktu itu."

Thalita memandang perutnya yang mulai tampak perubahan. Pikiran gila tiba-tiba muncul di kepalanya. Dia beralih melihat gunting di dekat sabun. Entah sejak kapan gunting itu ada di sana.

Perempuan itu mencoba meraihnya, tapi sulit karena terhalang wastafel. Dia terus berusaha, sedikit lagi tangannya mencapai gunting.

"Aarghhh!" Thalita merasakan sakit yang teramat di kepalanya. Pandangannya tiba-tiba kabur, apa pun yang ada di hadapannya seperti berputar.

Bruk!

Thalita ambruk di bawah wastafel dalam keadaan duduk bersandar. Namun, kesadarannya telah hilang.

"Tha!"

Erwin memanggil setelah lima belas menit Thalita pingsan di kamar mandi. Cowok itu terkejut melihat Thalita ketika dia membuka pintu kamar mandi.

"Tha! Lo kenapa?" Erwin panik. Dia segera menepuk-nepuk pipi istrinya yang tak ada respon. Wajah pucatnya membuat Erwin khawatir.

Cowok itu segera membopong tubuh Thalita dan membawanya pergi ke rumah sakit. Tari jauh lebih panik ketika ikut bersama mereka.

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang