40

13.7K 894 24
                                    

 





Chandra akhirnya turun tangan. Pria itu sudah tidak tahan ketika masalah putranya belum juga terselesaikan.

Beberapa hari lalu saat mendengar berita anaknya melakukan pelecehan seksual terhadap mahasiswinya sendiri, membuat pria itu murka.

Apalagi kasus itu tidak secepatnya diselesaikan kerena menghilangnya mahasiswi tersebut. Namun, Chandra hanya membantu dengan mencari keberadaan Angel.

Rizal, orang kepercayaan Chandra lah yang membawa Angel ke kampus. Sore ini mereka akan kembali bertemu dengan rektor dan menyelesaikan semua masalah ini. Saat di parkiran, Sultan bertemu dengan Rizal dan Angel. Wajah ketakutan gadis itu tidak dapat ditutup-tutupi.

“Mas, saya tunggu di parkiran. Nanti biar saya yang antar dia.” ujar Rizal dengan wajah datarnya.

“Thanks ya Mas.” Sultan memang dulu sangat dekat dengan Rizal, pria itu merupakan orang kepercayaan ayahnya yang sudah bersama dengan Chandra sejak Rizal remaja.

Memang bukan hal yang sulit untuk Rizal menemukan keberadaan Angel. Kemampuan pria itu dalam melacak orang sudah tidak diragukan lagi, oleh karena itu ia menjadi kesayangan ayahnya.

Sultan dan Angel masuk ke dalam ruangan. Mata pria itu dapat menangkap tangan Angel yang gemetar.


o0o

 


Sultan keluar dari ruangan itu dengan tangan mengepal. Urat urat diwajahnya terlihat menonjol karena menahan amarah. Mata pria itu melebar ketika menemukan istrinya yang tengah berdiri menantinya.

Wajah wanita itu diliputi oleh cemas. Setelah mendapat kabar bahwa si mahasiswi yang menyebarkan berita telah dilecehkan oleh Sultan sudah ditemukan, Isyana langsung menuju ke kampus.

Sultan langsung merengkuh tubuh istrinya, mengabaikan orang orang yang berlalu lalang di sana. Pelukan istrinya yang ia butuhkan sekarang.

“Mas Rizal bisa bantu saya urus gugatan pencemaran nama baik?”

Mendengar perkataan suaminya itu Isyana terkejut. Ia memang belum mendengar segara gamblang bagaimana kejadiaan sebenarnya. Isyana menatap tajam gadis di samping Rizal, wajah gadis itu berantakan. Matanya sembab dan merah, terlihat jelas habis menangis.

“Besok saya urus semuanya Mas. Sekarang saya pamit.”

Sepeninggal Rizal dan Angel, Sultan dan Isyana pun pulang. Sultan meninggalkan motornya di kampus, memilih untuk berkendara bersama istrinya.

“Jadi gimana?” tanya Isyana saat mereka sudah duduk berdua di sofa, Sultan mengusap wajahnya kasar.

“Tentu Mas engga pernah melecehkan Angel. Dia melakukan semua itu karena Pak Kun mengancam akan nyebarin video seks mereka.”

“Hah maksudnya? Pak Kun yang rekan dosen Mas itu?”

Sultan memang pernah menyinggung mengenai Pak Kun, teman yang satu kamar dengannya saat kunjungan ke Bali.

“Iyaa, dia ada hubungan sama Angel. Entah gimana awalnya, terus si Angel mau pisah karena udah engga tahan dengan hubungan perselingkuhannya mereka. Pak Kun sendiri udah punya istri dan anak, istrinya udah tau tentang perselingkuhan mereka.”

“Terus gimana? Emang apa hubungan mereka sama Mas?” Isyana belum menangkap alasan Angel melakukan semua ini.

“Pak Kun marah dan malah ngancem Angel akan nyebarin video seks mereka. Angel akhirnya takut, dan engga berani bantah. Puncaknya ketika Mas ditawari lanjut S3, dan sering ikutan project penelitian besar. Sebagai dosen baru malah Mas yang diajak, bukan dia. Pak Kun iri, apalagi dengan desas desus kalo Mas jadii dosen di sana karena orang dalam. Nah setelah Angel minta pisah, Pak Kun kayaknya udah engga tertarik lagi sama dia. Jadi diancamlah Angel buat menjelek-jelekkan Mas.”

“Kok jahat banget sihh,” Isyana sudah berkaca kaca.

“Ya gitu, Mas juga engga sadar kalo selama ini ternyata Pak Kun iri sampai sebegitunya, padahal di depan Mas dia baik dan seperti engga ada masalah apa pun.”

“Emang dia engga mikir, kalo semua ini bisa terbongkar dan malah berbalik menyerang dia?”

“Kadang orang yang udah terbutakan dengan iri bisa melakukan apa pun tanpa pikir panjang.”

“Maaf yaa…” ujar Isyana pelan, ia merasa sangat amat bersalah.

“Loh kenapa kamu yang minta maaf?”

“Maaf karena belum menjadi istri yang baik buat Mas. Harusnya aku dengerin penjelasan Mas dari awal, harusnya aku dampingin Mas buat menghadapi semua ini. Maaf yaa,” bibir Isyana mencebik menyadari dirinya yang terbawa emosi dan membiarkan suaminya menghadapi masalah ini sendirian.

“Engga papa sayang, jadi udah percaya kan kalo Mas engga main serong?”

Isyana mengangguk mantap.

“Sini peluk, kangen udah lama engga peluk kamu!” Sultan merentangkan tangannya meminta Isyana untuk membalas pelukannya.

Isyana pun totalitas, bukannya hanya memeluk wanita itu malah langsung naik ke pangkuan suaminya dan memeluk tubuh Sultan erat.

“Mas beneran mau ngelaporin pencemaran nama baik?”

“Iyaa,” jawab Sultan sembari menghirup dalam dalam aroma shampo istrinya.

Sultan merindukan aroma tubuh istrinya yang tidak disentuhnya beberapa hari ini. Isyana selalu menjauh saat Sultan akan mendekat. Bahkan Ia hanya bisa berdekatan dengan istrinya hanya saat wanita itu terlelap.

“Mas juga sudah membuat laporan mengenai orang yang mencoba nyopet dan ngikutin kamu dulu.”

“Loh kan aku engga papa, engga ada barang yang ilang juga.”

“Selama ini Mas udah ngumpulin bukti bukti semuanya. Awalnya Mas ngira dalang  dari pelaku yang nyopet dan pelaku yang nyebarin fitnah ini sama ternyata engga.”

“Mas udah tau dalangnya?”

“Kak Neena yang nyuruh orang untuk ngikutin kamu. Dia kayaknya tahu ayah beli rumah di sini, dan juga berencana memberikan beberapa asetnya ke kita.”

“Kok Mas bisa tau?”

“Dari awal Mas udah nebak, tapi baru jelas kemarin. Mas juga udah bilang ke ayah mengenai semua ini, dengan berat hati ayah setuju jika perbuatan Neena dilaporkan. Tapi ayah engga akan ikut campur.”

“Sayang Mas banyak banyak.” peluk Isyana erat, suaminya itu telah melalui hari hari yang berat.








Gimana gimanaa?





BETTER THAN WORDS (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang