AMaRo

1.5K 78 0
                                    

Salma meringis kesakitan saat akan melangkah turun dari ranjangnya. Perutnya berkontraksi. Usia kandungannya sudah memasuki bulan kesembilan. Mungkin ini hari yang ditunggu-tunggunya. Anaknya akan lahir ke dunia.

Dielusnya perut yang kini semakin membuncit. Udara dingin malam tidak membuat keringatnya berhenti. Salma menekan nomor telpon yang dia setting menjadi kontak darurat. Sesaat kemudian, telpon itu tersambung.

"Nab, gue mau lahiran", ujarnya lirih.

Nabila dan Paul berlarian di belakang brankar Salma yang di dorong ke ruang bersalin. Raut panik tak lepas dari wajah keduanya. Sedang Salma, sedari tadi dia hanya bisa menjerit kesakitan.

Seorang perawat menghalangi Paul dan Nabila untuk masuk.

"Harap tunggu diluar saja ya, mbak, mas"

Keduanya mengangguk. Lalu duduk berpelukan di depan ruang bersalin.

"Kuat Sal, lo janji sama gue", lirih Nabila.

"Tenang, sayang. Salma pasti bisa", ujar Paul menenangkan Nabila yang sejak tadi menangis.

"Tapi kalo Salma kenapa-nap..."

Ssttt. Paul meletakkan jarinya di bibir Nabila. Paul juga khawatir tapi dia berusaha untuk tetap tenang.

Suara tangisan bayi menggema sampai keluar ruangan. Paul dan Nabila bertatapan dan saling merangkul bahagia. Bayi itu sudah lahir dengan selamat. Salma sudah menepati janjinya.

Dokter keluar dari ruangan.

"Suami pasien?"

Paul dan Nabila terdiam. Bingung harus menjawab apa.

"Suaminya sedang di luar kota, Dok, kita saudaranya", sahut Paul.

"Kita perlu tanda tangan persetujuan operasi, pasien mengalami pendarahan"

"Segera!"

Tidak ada waktu lagi untuk Paul berpikir. Direbutnya berkas yang dibawa perawat di belakang dokter yang tadi berbicara dengannya. Dengan cepat dibubuhkannya tanda tangan di kolom persetujuan. Paul hanya peduli pada satu hal saat ini. Keselamatan Salma!
***

"Namanya Ron Amaro Parulian", ujar Salma sambil memandang sendu pada putranya yang sekarang dalam gendongan Nabila.

Operasi kemarin berhasil, dan kini Salma sedang berada di ruang perawatan. Hal ini membuat Paul dan Nabila tak henti-hentinya mengucap rasa syukur.

"Anak tampannya Tante Bila", gumam Nabila sambil memandangi wajah Ron. Sedang Paul menatap kedua perempuan itu dengan perasaan bahagia.

"Sal, setelah ini lo mau gimana?", tanya Paul.

"Gue mau kalian jaga rahasia ini, gue bakal menghilang dari hidup Rony", putus Salma.
***

Cinta Dalam AksaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang