59🐹

1.3K 57 26
                                    

SPAM VOTE AND KOMEN 😡💓🐹

Blar!

Blar!

Diluar hujan deras, petir menyambar disertai kilat yang mengagetkan pandangan akibat cahaya mengerikan yang menyala-nyala mati hidup. Jisung berhasil memarkirkan mobilnya di basement rumah sakit. Ia keluar dari mobil dan mengunci nya dengan remot. Setelah itu berjalan di tengah suasana yang sangat sepi dikarenakan ini sudah malam.

Penampilan Jisung masih lengkap dengan kemeja putihnya, dipadukan jas dan celana hitam panjang. Sepatu pantofelnya menapaki koridor rumah sakit yang sepi dan luas. Nuansa mencekam bukan menjadi tantangan baginya. Ia justru tak henti memikirkan wanitanya yang sendirian sedari tadi siang. Meeting dadakan dengan kolega bisnis tadi membuat Jisung benar-benar tidak bisa menolak kedatangan. Jadilah ia meninggalkan Rara sendirian di rumah sakit.

Langkahnya semakin dekat menuju deretan ruangan rawat inap yang sunyi dan tertutup. Jisung mendekat ke arah pintu berlabel angka 7 kemudian membukanya perlahan.

Wajahnya menunduk merasa bersalah. "Nuna, maaf ya. Jisung baru pulang, tadi ada pertemuan kolega bisnis dadakan jadinya Jisung tinggalin Nuna."

Tidak ada jawaban, Jisung menghela napas pelan. Ia mengangkat wajahnya, menatap ke arah ranjang. Bisa ia lihat Rara duduk bersandar di kepala ranjang.

"Park Jisung," panggil Rara. Senyum wanita itu perlahan tertarik, kedua tangannya terbuka lebar. Isyarat agar Jisung mendekat dan masuk ke pelukan wanita itu.

Telapak tangan Jisung menampar pelan kedua pipinya. Ini tidak salahkan? Bukannya Nuna marah padanya. Kenapa sekarang sudah normal seperti dulu? Jisung nge freeze sejenak.

"Maafin Nuna," ucap Rara menahan tangis.

Jisung mengangguk, ia berlari kecil mendekati Rara dan dengan senang hati menyambut pelukan itu. Keduanya saling menaruh dagu di pundak berlawanan. Bisa Jisung rasakan jika wanita itu semakin kurus, tidak seberisi dulu.

Diam-diam Rara menitikkan air matanya. Benar kata kedua orangtuanya di mimpi. Pelukan Jisung penuh kehangatan. Ia benar-benar nyaman. Benar juga kata Ningning kemarin kalau dia sangat bodoh. Benar-benar bodoh sampai menyakiti hati Jisung, juga melupakan space ternyamannya selama ini. Padahal nyatanya Rara selalu butuh Jisung di sisinya.

"Maafin Nuna ya Ji. Nuna terlalu bodoh karena mikirin hal yang seharusnya gak nuna pikirin." Tangan lemah Rara mengelus pelan pundak lebar Jisung. Pria itu melonggarkan pelukannya, ia tersenyum pada Rara.

"Jangan minta maaf, Nuna gak salah. Mungkin waktu itu Nuna syok dan kaget aja karena keadaan pasca koma." Tangan kanan Jisung mengangkat dagu Rara agar mereka saling bertatapan.

"Aku harus balas semua jasa kamu pake apa Ji?" lirih Rara ia berusaha menahan isakan tangisnya. Akhir-akhir ini cengeng sekali, tidak seperti Kim Rara yang dulu.

Kedua tangan Jisung kembali merengkuh Rara. "Jisung gak minta balesan apa-apa, Nuna. Kebersamaan kita sampai tua itu sih harapan Jisung. Dan Jisung juga gak bakalan capek bilang ke Nuna, kalau Jisung sayang banget sama Nuna."

"Kamu beneran mau nerima aku yang udah lumpuh gini?" tanya Rara lagi.

Jisung menggenggam kedua tangan Rara, dikecupnya perlahan punggung tangan bergantian.

"Nuna bisa sembuh, tapi dalam waktu yang cukup lama. Gak masalah, Nuna. Ayo semangat sembuh ya, Jisung dampingi. Mau kan?" Mata Jisung berkaca-kaca menatap mata Rara.

"Mau banget!" balas Rara dengan yakin. Jantung Jisung berdebar tujuh kali lipat. Ia langsung menarik lagi Rara kedalam pelukannya. Mengelus pelan punggung sempit itu.

My Darling || Park Jisung 🐹🔞✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang