"Galen, I will look for you."
***
8. WELCOME INDONESIA!
"Shit! Siapa, sih?" Dua hari berturut-turut Galen mendapatkan panggilan telepon dari nomor tak di kenal. Anehnya, nomor itu milik orang Jerman. Galen rasanya ingin mencurigai satu orang yang dia kenal, namun rasanya tak mungkin, mustahil jika dia bisa menghubunginya lagi. Lantas, siapa? Ia padahal sudah memblokir nomor asing dari Jerman waktu itu, entah kenapa selalu ada nomor lain yang menghubunginya. Galen menatap ponselnya, sebuah panggilan telepon lagi, tetapi lelaki itu enggan menjawabnya.
Galen menarik nafasnya. Oke, kali ini dia akan menjawabnya, meski ada rasa takut. Apa ada seseorang yang menerornya? Tapi siapa? Galen tak mempunyai musuh. "Ruf mich nicht noch einmal an!" Galen langsung mematikan panggilan teleponnya meski sang penelepon belum sama sekali menjawab.
( Translate : Jangan telepon aku lagi! )
"Kamu kenapa, Gal?" tanya seorang perempuan, dia duduk di samping Galen yang terlihat sangat kesal. Arasya melirik ke ponsel Galen, melihat sebuah panggilan masuk lagi. "Siapa, Gal?"
"I don't know."
Arasya mengambil ponsel milik Galen, lalu gadis itu segera memblokir nomor yang tadi menghubungi Galen. "Nih, udah aku blokir." Ia mengembalikan ponsel milik Galen, lelaki itu hanya melihatnya sekilas, lalu mulai memakan makanan yang ada di mejanya. "Ikut band Stevan, ya? Bareng gue. Acara kemarin di batalin, band itu sekarang buat perpisahan sekolah."
Galen lagi-lagi hanya melihat Arasya sekilas, dia menaikkan satu aslinya. "Kenapa nggak adik kelas aja? Kenapa harus kita?"
"Wih, bau-bau mau jadian, nih." Radhit menepuk pundak Galen, lalu duduk di depan lelaki itu.
"Pak, astaga! Rambut saya perasaan baru di gunting kemarin sama OSIS, kenapa bapak ngejar saya?" Terdengar Geo yang sedang berusaha menghindar dari kejaran Pak Salam-guru BK. "Nah, pak. Galen juga rambutnya pirang, pak. Kenapa nggak rambut dia aja yang di gunting?" Geo mendekat ke arah Galen lalu menunjuk ke arah rambut lelaki itu.
"Rambut Galen asli goblok! Makanya jangan cat-cat rambut!" kata Radhit sembari menjitak kepala Geo.
"Siapa suruh kamu cat rambut, udah jelas-jelas tertulis di aturan sekolah. Nggak boleh cat rambut," kata Pak Salam menjelaskan. "Sini, saya gundulin kamu."
"No!" Geo segera pergi dari kantin, dia berlari. Berharap rambutnya akan selamat kali ini. "Nanti saya cat hitam deh, pak! Atau saya cukur sendiri, pulang sekolah!" kata Geo berteriak seraya berlari menjauhi Pak Salam.
"Mana Geo?" Seseorang bertanya, lalu ikut duduk satu meja dengan Galen, Radhit dan Arasya.
"Lagi kejar-kejaran sama Pak Salim," jawab Radhit.
KAMU SEDANG MEMBACA
GALUNA [ON GOING, SLOW UPDATE]
Teen FictionEntah hal sial apa yang menimpa dirinya. Galen Ashraf Austin lelaki yang mempunyai darah Jerman, dia sangat benci ketika ada orang mengganggunya. Sekarang malah dia satu atap bersama dengan sang pengganggu. Dirinya yang tidak ingin mempunyai adik, m...