Part 46 Arum

11 2 0
                                    

Happy reading 🥰

Letak mentari kini sudah berada di atas kepala, siang ini seorang wanita bercadar tengah duduk di taman sembari menatap kosong kedepan.
"Umi!" panggil putranya.

Wanita itu hanya menoleh sekilas, lalu kembali melamun memikirkan kejadian yang menimpah nya tadi pagi.

"Kemana lagi aku harus mencari pekerjaan," gumamnya.

"Assalamualaikum," ucap seseorang dari belakang.

Wanita itu menoleh. "Umi Alum," sapa gadis kecil yang tengah di gendong wanita yang menyapanya.

"Ami, Ayra, apa yang kamu lakukan disini?" tanya Arum seolah bersemangat.

"Umi, Ila mau main cama Jaki," rengek Ayra saat ia melihat Zaki yang tengah bermain bola.

Ami langsung menurunkan Ayra. "Jangan lari-lari," pesan Ami.

"Kakak Abi pergi ke pondok sama Aras dan Ariz, jadinya aku mengajak Ayra keluar untuk jalan-jalan. Kamu sendiri ngapain disini? Kamu nggak kerja?"

Arum menghela nafas. "Keadaan toko lagi sepi, dan pegawainya di kurangi untuk sementara waktu."

"Innalilah," gumam Ami, ia berpikir sesaat, bagaiman Arum akan membiayai hidupnya jika ia tak bisa bekerja? Apa lagi penampilan Arum yang seperti itu membuat banyak dari lowongan kerja menolaknya karena dianggap sebagai t3r0r1s.

Terlihat Niqob yang dipakai Arum basah di bagian kantung matanya. 'Apa ini kesempatannya?' batin Ami.

"Arum, apa aku boleh menanyakan sesuatu?" tanya Ami serius.

"Ada apa?"

"Apa kamu ada niat untuk menikah?"

Arum terdiam, ada apa dengan sahabatnya itu? Kenapa dia tiba-tiba menanyakan masalah pernikahan kepadanya.

"Mi, aku lagi pusing begini kamu malah nanya masalah pernikahan," celetuk Arum.

"Aku serius Rum." Arum menatap wajah Ami, dari tatapannya ia tidak berbohong ataupun bercanda.

"Aku tidak tau, tapi jika memang ada yang meminang ku mungkin aku akan mempertimbangkannya, apa lagi Aku punya Zaki."

"Jika dia orang yang penyayang dan sangat menyayangi Zaki apa kamu akan menerimanya?"

Arum menyipit kan matanya tanda tersenyum kecrut. "Aku tidak tau," jawabnya.

Ami memegang kedua tangan Arum. "Pikirkan lah Rum, Shalat lah, jika hatimu sudah siap, tolong hubungi aku," ucap Ami.

"Memangnya kenapa? Apa ada seorang pria yang berniat melamar ku?" tanya Arum disertai kekehan bercanda.

"Nanti aku jawab jika hatimu sudah siap menerimanya."

Arum lagi dan lagi menatap Ami. "Apa kau serius?" tanya memastikan lagi.

"Rum, aku benar-benar serius. Mana mungkin aku bercanda dalam masalah ini."

Arum terdiam, ucapan Ami benar-benar membuat ia semakin down. Jika dipikir-pikir, saat ini ia membutuhkan seorang pendamping, itu karena Zaki yang sering menanyakannya yang membuat Arum sering membohongi putranya.

"Beri aku waktu untuk berpikir Mi, pertanyaan mu benar-benar membuat ku linglung."

"Iya, tenang saja, pilihan ku tidak perna salah."

"Umi! Sini, ada Momo," panggil Ayra yang membuat Ami berjalan ke arahnya.

Terdengar suara notifikasi dari ponsel Arum. [Mungkin ini bisa membantumu, aku tidak sengaja melihatnya saat berbelanja.] isi pesan tersebut disertai foto lowongan kerja di salah satu minimarket.

Istri Wibu Ustadz Abimanyu (Tamat + Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang