27. persaingan Arka dan Doni.
_____________________________________
brak!
"Lo semua bohong kan?!" Renaya bangun dari duduknya dengan amarahnya, ia juga menatap tajam kumpulan pemuda di depannya yang terdiam.
jujur, mereka sudah menduga jika Renaya mengetahui fakta sebenarnya, dia akan bereaksi seperti ini. apalagi kalau fakta mengejutkan ini menyangkut orang yang dia sayang.
"Renaya, duduk dulu ya? biar gue jelasin semuanya.." Kata Max membujuk renaya sembari menarik lembut tangan gadis itu untuk kembali duduk, namun ditepis kasar oleh renaya.
"Gue gak bakal percaya sama omongan lo semua!" sentak renaya, emosinya benar-benar membuncah sekarang ini.
"Cil, tenang dulu." kata jaeden lembut.
Renaya menoleh dengan tatapan tidak habis pikir. "Tenang kata lo?! Gimana gue bisa tenang waktu dengar tentang bokap gue sendiri hah?!" katanya.
Jaeden memijit pangkal hidungnya pusing, harus bagaimana untuk menyadarkan Renaya?
"Yang di jelasin Rega emang bener, Ren. Roy, Papa lo yang lo sayang itu biang kerok kematian mama lo." kata Arsen mencoba menjelaskan.
"Mulut lo di jaga, anjing!" kata Renaya mengumpat pada Arsen.
Renaya salah, harusnya dia tidak kesini untuk menemui mereka. Bagaimana bisa mereka mengatakan hal yang tidak-tidak mengenai papanya?
memang benar Roy bukan papa kandungnya, tapi Renaya sudah menyayangi pria itu selayaknya papa kandung, wajar kan kalau dia tidak percaya dengan omong kosong para inti ombanegra?
Anak mana yang percaya kalau Papanya sendiri yang membunuh Istrinya?
"RENAYA!"
"JAEDEN!"
Jaeden menatap tajam pada Renaya, gadis ini sudah mulai terpengaruhi oleh sikap lembut yang di berikan Roy. dia bahkan mengabaikan tatapan tajam dari Hans dan Rega saat membentak Renaya.
"Lo pikir, kami disini mau ngerjain lo?! Semua yang udah terjadi juga lo anggap candaan, hah?!" Kata Jaeden kehabisan kebaran.
Jaeden harus bisa menyadarkan Renaya, Terlalu larut dengan fikiran menjadi gadis transmigrasi membuat dia lupa kebenaran.
"Lo pikir nyawa kita yang terancam itu cuman bualan?! mikir ren, otak lo di pake!" sarkas jaeden lagi.
Renaya terdiam, dia bingung harus berkata apa. radanya lidahnya terasa kelu untuk sekedar menjawab.
"JAEDEN!"
Jaeden menatap Hans menantang. "Apa?! lo pada terlalu santai! udah lupa sama peringatan yang di kirim tua bangka tadi siang?!" katanya mengungkit anak panah yang mereka dapat pada siang tadi.
Jaeden kembali menatap Renaya. "Sadar ren, nyawa semua orang disini lagi dalam bahaya. Bahkan nyawa lo dan Elvin juga!" Ucap Jaeden melembut, ia juga mengelus surai renaya yang terdiam dengan mata memerah.
Renaya menggeleng pelan, lalu kembali menepis tangan Jaeden lalu mundur secara perlahan. "Ga, Papa ga mungkin begitu. Gue tau papa ga bakal setega itu. Gue tetap ga percaya sama omongan lo semua!"
Setelah mengatakan itu Renaya berlari keluar markas ombranegra dengan emosi di ujung kepala. saking emosinya terlihat dari wajah memerah karna marah.
"Ren"
"Renaya"
"RENAYA"
Rega berdiri ingin menyusul Renaya, tapi tangannya di cekal seseorang. Rega menoleh, mendapati Arsen yang menggeleng sembari tersenyum tipis.
KAMU SEDANG MEMBACA
Renaya Sang Tokoh Figuran (On Going)
Teen FictionTransmigrasi 3 Alur lambat. ----- Ini cerita tentang seorang gadis berusia 25 tahun bernama, Renaya Margaretha. Gadis yang hidup hanya bersama Ibunya tanpa tau siapa Ayahnya. Suatu ketika, lebih tepatnya saat Renaya gajihan. Gadis itu membeli sebu...