"Capek ya? istirahat aja gapapa, tapi janji ya besok bangkit lagi."
- Haikal Mahendra.
Dari semalam Ella belum keluar kamar sama sekali. Gadis itu terlihat begitu lemas pagi ini, bahkan kepalanya juga terasa mulai pusing dan badannya juga mengigil kedinginan.
"Dingin... dingin..." gumam Ella dengan mata terpejam.
Tok Tok Tok
"Non, ini bibi non, non Ella gapapa kan?" tanya bi Inah khawatir, pasalnya Ella belum keluar kamar sama sekali.
"Non,"
"Non,"
Wanita paruh baya itu mulai resah, akhirnya dia memutuskan untuk membuka pintu kamar Ella yang tak terkunci. Betapa terkejutnya dia saat melihat Ella yang berselimut tebal dengan badan menggigil di atas ranjang gadis itu.
"Astagfirullah non Ella," bi Inah menyentuh kening Ella mengunakan telapak tangannya. "ya Allah non, non Ella demam."
"Kak Haikal..." lirih Ella dengan mata terpejam.
Disisi lain ponsel Haikal terus berbunyi, padahal pemiliknya sedang mengerjakan soal-soal latihan untuk persiapan ujian akhirnya besok. Lelaki itu pikir yang menelponnya tanpa henti adalah sahabat-sahabat minus akhlaknya itu yang niat menganggu kegiatan belajarnya. Namun saat melihat nama yang tertera di layar ponselnya dengan cepat Haikal mengangkatnya.
"Assalamualaikum bi,"
"Waalaikumsallam, alhamdulillah akhirnya aden angkat juga. Den non Ella sakit, badannya panas banget."
"Astagfirullah, yaudah bi Haikal kesana sekarang Assalamu'alaikum." ucap Haikal sebelum memutuskan panggilannya sepihak dan beranjak dari duduknya.
Kaki jenjangnya berjalan menuju kamar dan menggambil jaket hitam miliknya tak lupa dia juga menyambar kunci motornya dengan cepat. Setelahnya dia berjalan keluar apartemen dengan tergesa-gesa. Tanpa mempedulikan panggilan dari Rey, hingga dia mendengar lelaki itu mengumpati dirinya.
"Anjing lo kal, tuli lo bangsat." umpat Rey sambil melempar salah satu sepatunya yang sayangnya salah sasaran.
Sepatu itu bukannya mengenai Haikal. Melainkan mengenai seorang pria berkepala botak dengan cahaya ilahinya.
Kedua bola mata Rey membulat sempurna, "mati gue."
"WOI SEPATU SIAPA INI?" teriak pria botak itu sambil membalikkan badan mencari pelaku pelempar sepatu itu.
Rey yang melihat itu pun segera berlari terbirit-birit memasuki apartemen nya dan mengunci apartemen itu rapat. Kesialan apa lagi ini Tuhan???
***
Lelaki berinisial CD itu menuruni tangga dengan pakaian santainya. Jangan lupakan kedua tangan yang memeluk buku tebal di dada bidangnya. Tujuannya saat ini adalah kolam renang di tengah-tengah bangunan mansion nya. Dia ingin berjalan ke kursi bersantai dekat kolam renang itu berada.
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah Tanpa Jendela [END]
JugendliteraturVERSI LEBIH LENGKAP ADA DI NOVELTOON, GRATIS!!! "Untukmu Haikal Mahendra, lelaki hebat yang tertawa tanpa harus merasa bahagia." - Rumah Tanpa Jendela. "Gue nggak boleh nyerah sebelum denger kata sayang dari mama papa." - Haikal Mahendra. [PEACEABLE...