Hari berganti hari, waktu tak terasa berlalu sangat cepat. Anzilla merasa dia sudah terlalu lama berada di sana. Meski dia sudah merasa nyaman hidup di istana, tetap saja cepat atau lambat dia harus kembali ke masa depan.
Belakangan ini Anzilla sering sekali menghabiskan waktunya untuk keliling istana, seperti hari ini contohnya. Apa lagi sejak khalifah pergi beberapa hari lalu untuk melaksanakan kunjungan ke beberapa wilayah yang tengah ada konflik. Terkadang dia gundah sendiri karena khawatir ada sesuatu yang terjadi dengan laki-laki itu.
Ditengah perjalanannya keliling istana, sebuah keributan terdengar dari arah pintu gerbang. Anzilla menautkan alis saat melihat seorang wanita paruh baya tengah berdebat dengan penjaga. Karena penasaran dia pun memilih mendekat.
"Ada apa ini?" tanya Anzilla.
Melihat kedatangan permaisuri yang tak terduga, semua orang di sana langsung menunduk hormat dan memberi jalan padanya.
"Wanita ini memaksa meminta bertemu dengan khalifah, Yang Mulia," terang salah satu penjaga.
"Saya hanya ingin mengucapakan terima kasih pada khalifah dan Anda, Yang Mulia," ujar wanita paruh baya yang kini ada di luar gerbang.
"Dia Habibah, Yang Mulia, wanita yang saya ceritakan pada Anda beberapa waktu lalu," Halima berbisik di telinga permaisuri.
Mendengar itu Anzilla pun mengangguk, lalu mengamati wanita itu sejenak. Halima memang pernah menceritakan wanita ini, bahwa dia tengah mengalami kesulitan keuangan karena usahanya mengalami kebangkrutan, sedang suaminya pun sakit-sakitan. Alhasil Anzilla menyuruh beberapa orang kepercayaannya agar mengirim bantuan makanan dan kebutuhan lain ke rumah Habibah.
"Izinkan dia masuk untuk bicara padaku di dalam," ujar Anzilla akhirnya.
Mendengar itu, senyum Habibah merekah, tak butuh waktu lama keduanya pun bicara di taman karena Anzilla memang ingin mencari udara segar.
"Saya Habibah, hanya ingin menyampaikan rasa terima kasih saya yang paling dalam pada Anda dan Khalifah. Terima kasih karena berkat bantuan Anda hidup kami mulai membaik. Saya tak menyangka pula karena khalifah bersedia mendatangi rumah kami yang kumuh itu, dan mengirim tabib istana terbaik untuk mengobati suami saya. Hingga sekarang dia bisa pulih kembali dan mencari nafkah. Saya tak tahu lagi harus dengan cara apa untuk membalas kebaikan Anda dan khalifah."
Anzilla terdiam mendengar cerita itu, dia pun tak menyangka khalifah begitu perhatian dengan rakyatnya. Apa mungkin yang dikatakan Ayesha benar, bahwa khalifah sering pergi di malam hari secara diam-diam untuk melihat keadaan rakyatnya? Membayangkan hal itu, senyum samar tersungging di bibir Anzilla. Lagi-lagi dia dibuat kagum dengan sifat rendah hati dan dermawan suaminya.
"Kau tak perlu membalas dengan apapun, aku hanya minta agar kau dan keluargamu selalu mendoakan keselamatan khalifah dengan tulus. Agar dia selalu dimudahkan dalam memimpin negeri ini," jawab Anzilla bijak.
Habibah pun mengangguk yakin dengan senyum di bibirnya. "Tentu saja, wahai Ratu, kami akan selalu mendokan yang terbaik untuk Anda dan khalifah. Kalau begitu saya pamit, terima kasih karena Anda sudah mau mendengarkan saya. Semoga keselamatan atasmu, Yang Mulia,"
Anzilla pun mengangguk dengan senyum saat mendengar ucapan itu. "Keselamatan atasmu pula, Habibah," ujarnya kemudian.
Anzilla hanya menatap kepergian wanita itu dengan rasa bahagia di hatinya, ucapan terima kasih yang tulus dari Habibah membuatnya semakin bersemangat untuk melakukan kebaikan. Apa lagi mengetahui bahwa khalifah juga diam-diam memikirkan rakyatnya, menjadi motifasi tersendiri bagi Anzilla untuk mencontoh perbuatan baik khalifah. Yaitu memberi tanpa mengharap imbalan, dan memberi tanpa diketahui orang-orang.

KAMU SEDANG MEMBACA
Anzilla dan Sang Khalifah
Ficción históricaBest rank : 15 dalam fiksi sejarah. Anzilla Jhonson, wanita Amerika keturunan Yahudi yang begitu benci dengan islam karena cerita turun-temurun di keluarganya. Dia sengaja berkuliah di University Of Bagdad untuk membuktikan kebenaran tentang sejarah...