05 - Dylan?

105 13 5
                                    

Aku memasuki gedung mewah tersebut dengan tangan Dylan melingkar di pinggangku. Dylan nampak memerhatikan segala hal yang terdapat di gedung tersebut, sebelum akhirnya dia menarik lenganku.

Kami berjalan melewati seorang wanita dan pria yang sepertinya merupakan bintang utama malam ini yakni pasangan yang tengah bertunangan. Aku merasa tidak asing lagi dengan wajah pria tersebut. Sepertinya aku sudah pernah melihatnya di suatu tempat namun aku tidak bisa mengingatnya.

"Itu Shailene dan Zayn" Suara Dylan tiba-tiba menusuk di salah satu telingaku.

"Mereka yang sedang berbahagia?" Tanyaku dengan makna tersirat.

Dylan tiba-tiba tertawa hambar. Sangat hambar.

Lalu hening.

Aku berbalik badan dan Dylan sudah menghilang. Aku melihat keseliling namun aku tidak menemukan pria tersebut. Aku menghela napas lalu berjalan mantap ke arah pasangan yang bertunangan tersebut.

Ya, ini melanggar aturan yang diberikannya. Namun Dylan telah memberitahuku bukan? Aku pikir itu semacam clue.

"Congratulatioonnnn!" Ujarku semangat.

Wanita bernama Shailene tersebut dengan cepat memelukku dan mengatakan terima kasih. Namun pria disampingnya menatapku dengan bingung, "Kau siapa?".

Itulah kalimat yang pertama diucapkannya.

Aku berdeham lalu teringat akan jawaban yang telah disiapkan Dylan, "Aku staff acara pertunangan kalian"

"Apa aku tak boleh menyelamati kalian?" Tanyaku pura-pura terkejut. Zayn nampak berpikir lagi namun setelah Shailene menepuk punggungnya beberapa kali akhirnya Zayn mengalah dengan pikirannya.

Zayn tersenyum lalu menjabat tanganku, "Ter..."

Tiba-tiba semuanya gelap diikuti dengan teriakan spontan gadis-gadis. Dalam sekejap Zayn dengan cepat berteriak berusaha menenangkan tamu-tamu yang hadir di pertunangan ini.

Seseorang menabrak badanku dari belakang. Aku nyaris berteriak saat aku melihat bentuk Dylan dalam kegelapan yang tengah menggopoh Shailene yang nampak tidak sadar tersebut.

"Dylan.." Gumamku.

Aku melepas higheelsku dan berjalan dengan sangat hati-hati mengikuti orang yang kutebak adalah Dylan tersebut. Ini tidak mungkin. Untuk apa Dylan melakukan ini semua?

Pria tersebut memasuki ruangan makeover dan menutup pintunya. Aku berpikir dengan sangat keras--apa aku harus masuk atau tidak. Tiba-tiba pintu terbuka, membuatku dengan cepat bersembunyi di balik dinding.

Saat pria tersebut yang sekarang aku yakini adalah Dylan pergi. Aku memasuki ruangan yang sekarang sepenuhnya dibiarkan terbuka tersebut. Aku melihat Shailene yang diikat dan didudukkan di bangku yang didepannya ada cermin.

Di cermin tersebut terdapat tulisan menggunakan lipstick yang bertuliskan I AM WATCHING YOU.

Saat aku akan berbalik untuk membuka tali yang mengikat Shailene tersebut, seseorang dengan cepat menotokku dari belakang. Lalu semuanya gelap.

*

Aku terbangun dengan rasa sakit di tengkukku. Dylan dengan cepat membantuku untuk duduk. Perlu waktu beberapa menit hingga aku tersadar dengan apa yang baru saja terjadi denganku. Dylan mengambilkanku segelas air putih disampingku dan membantuku untuk meminumnya.

"You okay?" tanyanya sambil menatap cermin dihadapanku.

Aku mengangguk lalu melihat ke arah cermin. Tatapanku bertemu dengan tatapan matanya, aku memeluk diriku sendiri dengan spontan. Dylan tersenyum tipis lalu menjulurkan tangannya ke arahku, "Mau melihat-lihat?"

Aku memegang tangan Dylan yang terasa amat dingin tersebut. Aku kehilangan keseimbangan disaat pertama kali aku melangkah turun dari kasur, Dylan dengan cepat membantuku. Dia melingkarkan tangannya di pinggangku--membantuku untuk berjalan.

"Kita di rumahmu?" tanyaku berusaha menyimpulkan.

Dylan mengangguk.

Rumah ini terlihat sunyi seolah tidak ada kehidupan disini. Tidak ada foto yang tergantung maupun lukisan. Rumah ini terlalu mewah jika hanya untuk ditempati seorang mahasiswa biasa. Semuanya tertata rapi--aku bahkan ragu semut pernah ada disini.

"Aku tinggal sendiri" jawab Dylan seolah membaca pikiranku.

"Duduklah" ujar Dylan sambil mengarahkanku ke arah sofa. Lalu dia berbalik badan dan pergi ke satu ruangan, "Aku akan membuatkanmu teh hangat"

Aku mengikuti kalimatnya. Aku duduk sambil menghidupkan tv dihadapanku. Aku menggonta-ganti channel dengan cepat lalu menemukan channel berita yang menyatakan tentang kacaunya pertunangan seorang anggota band ternama.

Aku kaget saat Dylan tiba-tiba menepuk bahuku dari belakang, "Serius sekali"

Aku tertawa hambar lalu mengambil secangkir teh dari tangannya, "Tidak. Hanya saja itu nampak seperti pertunangan yang tadi malam kita datangi"

Dylan menatap tv tersebut dengan intens, "Ya memang itu pertunangan yang semalam kita datangi"

Aku mengangguk mengerti lalu hening beberapa saat. Aku masih ingat dengan sosok Dylan yang menyekap gadis yang bertunangan semalam tersebut. Aku berdeham, "Sepertinya aku harus pulang"

Dylan mengangguk setuju. Aku berdiri, "Dimana tasku?"

"Kau hanya mencari tasmu?" tanya Dylan balik.

Butuh sepersekian menit agar aku mengerti maksudnya. Aku dengan cepat berlari ke arah cermin yang tergantung disalah satu dinding--aku mematut diriku dari atas sampai bawah. Oh no...

"Kemana bajuku?" tanyaku panik. Aku mengenakan sweater dan boxer yang entah punya siapa ini.

Tiba-tiba aku merasa angin dingin menusuk tulangku,"Shit..."

Aku baru menyadari bahwa,

aku tidak mengenakan pakaian dalam sama sekali.

Haaaaaai, jadi gimana the new chapter?:)

Leave your feedback yea! Hope you enjoy it x

Hurricane (pending)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang