"Kak, Mami telepon lagi nih. Angkat?"
Pwita melirik sang kakak yang serius dibalik kemudi. Putri kedua Kim itu sedang perjalanan pulang menuju rumah bersama Ruka, Asa, dan juga Ramie selepas mengantar keberangkatan Jisoo ke Korea untuk proses pemulihannya.
"Iya. Tolong angkatin. Loudspeaker aja, Pwit." Sahut Ruka dengan tetap fokus menyetir.
"Hallo Mam----"
"Kak, dimana?"
Begitu tersambung, suara Jennie menyambar cepat dengan kesan nada begitu khawatir dan tergesa.
"Lagi jalan pulang, Mami."
"Bareng sama yang lain? Boleh Mami dengar suara mereka?"
Ruka melirik ke sisi kiri dan juga ke kaca spion secara bergantian melihat respon dari para adiknya. Sedikit heran dengan permintaan maminya.
"Pwita ada Mam."
"Asa ada."
"Ramie hadir, Mam."
Dan helaan panjang terdengar dari seberang sana begitu putri-putri Kim itu menyahut bergantian. Sepertinya Jennie begitu cemas mengetahui anak-anaknya masih di jalan pulang sementara jam sudah menunjukkan waktu tengah malam. Kejadian penyerangan yang menimpa Jisoo dan Yona menjadi peringatan yang tak boleh diabaikan. Jennie tidak lagi ingin ada yang celaka di keluarganya.
"Kenapa pulangnya malem-malem gini, Kak? Seharusnya sekalian nginep aja dulu di rumah sakit. Atau setidaknya bilang Mami biar Mami atau Pak Nuy yang jemput. Udah sampai mana? Masih jauh? Stop dulu, biar Mami susulin kalian ya." Omel Jennie tanpa jeda.
"Mami calm down." Ujar Ruka menenangkan. "Om Fel sama pengawal lainnya ngikutin dari belakang kok. Kakak juga bakal jagain adik-adik Kakak, Mam."
"Oh, syukurlah. Hati-hati nyetirnya, kalau ngantuk minta Om Feldy aja buat gantiin."
"Iya Mami."
Terjeda, sambungan itu kemudian tergantung oleh keheningan.
Ruka maupun Jennie sama-sama belum bersuara lagi. Lebih tepatnya, diseberang sana, Jennie sekuat tenaga menahan afeksi bermacam emosinya setelah melihat postingan juga komentar putri-putrinya di media sosial tadi. Tak tertahan sebenarnya, begitu banyak pertanyaan yang ingin Jennie lontarkan. Tapi kecanggungan, rasa bersalahnya, bahkan rasa tak pantas menanyakan keadaan Jisoo setelah apa yang dia perbuat, membuat Jennie tersiksa sendirian.
Seakan mengerti kondisi Jennie yang ada di rumah, Ruka mencoba menerka dan memberikan pengertiannya kepada sang mami.
"Mam." Ruka kembali membuka suara. Sementara Pwita, Asa, dan Ramie anteng menyimak. "Nanti Kakak jelasin kalau udah sampai di rumah ya. Tunggu kita pulang." Jelasnya. "Kita semua aman kok. Yona di rumah sakit juga aman. Masih ada Genma yang jagain Yona di sana. Kalau papi... Papi ditemenin sama oma, opa, genda. Ada Paman Lim juga ikut."
"... Iy-ya, Kak." Terdengar napas yang tertahan. "Mami tunggu di rumah. Jangan ngebut-ngebut."
Sambungan pun terputus. Ruka kembali fokus ke jalanan malam sepi yang mengantar malam panjang mereka.
Asa menatap diam langit gelap melalui jendela samping mobil. Hingga netra beningnya seketika mengerjap tatkala kerlipan tiba-tiba muncul beberapa kali. Entah itu bintang yang meledek hati yang sedang bersedih atau si Sirius itu membantu memberi kabar jika papi mereka akan baik-baik saja; Jisoo sudah terbang dengan aman menuju tanah kelahirannya.
•••
Mesin mobil dimatikan ketika sudah sampai tujuan. Begitu juga lamunan para Kim yang terputus akibat suara pintu mobil yang tiba-tiba terbuka keras dari luar. Jennie dengan bertelanjang kaki, tergesa menghampiri mereka.
YOU ARE READING
la famille | Babymonster ✓
Fanfic[Babymonster story #1] la.fam-i-lle la/ˈfam(ə)lē/ -a group of all the descendants of the common parents living together as a unit. *** Perihal sekisah riuh dan riangnya sebuah keluarga menyatukan berbagai isi kepala dan keras kepala mereka yang mele...