Jungkook's pov :
"Kook-ah! Bangunlah!"
Aku membuka mataku lebar-lebar dan hal pertama yang kulihat adalah wajah Youngjae yang duduk tepat di sebelah kananku. Detik berikutnya, aku segera menyadari bahwa aku baru saja tertidur di kelas. Aku mengedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Seluruh pasang mata kini menatapku.
Sejak aku menambah waktu latihan untuk persiapan lomba, durasi tidurku menjadi berkurang. Akibatnya, aku cukup sering ketiduran di kelas.
"Sepertinya seseorang baru saja bermimpi indah." Ucap Pak Dosen Lim sarkas.
"Maafkan saya, Pak." Ujarku yang sebenarnya masih menahan kantuk.
"Untuk apa minta maaf? Kau tidur di sini sampai malam pun tidak ada ruginya bagiku." Katanya sebelum kembali melanjutkan materi seolah tidak terjadi apa-apa.
Dan sesi kelas itu kembali berlanjut hingga selesai. Aku pun mulai membereskan barang-barangku dan bersiap untuk pergi meninggalkan kelas.
"Kau mau ikut kami pergi karaoke?" Tanya Youngjae padaku.
Aku menggeleng. "Aku harus mengikuti latihan sore hingga malam nanti. Kalian pergi tanpaku saja."
"Baiklah. Sepertinya lomba itu begitu penting bagimu, bukan?"
Aku mengangkat bahu. "Tidak juga."
"Semoga kau berhasil terpilih untuk pergi ke Perancis. Jangan lupa oleh-olehnya nanti!"
Aku mengangguk. "Tentu saja! Kau tidak perlu khawatir soal itu."
.
.
.
.
.
Bruk!
Aku menatap heran pada Paman Jimin yang kini bersimpuh di lantai. Dari raut wajahnya, ia terlihat seperti sedang menahan rasa sakit.
"Ada apa denganmu, Paman? Sepertinya ini bukan pertama kalinya kau mendadak kesakitan seperti ini."
Ia tersenyum tipis. "Ah, bukan apa-apa. Hanya sisa-sisa dari insiden sepuluh tahun lalu."
"Insiden apa itu?" Tanyaku penasaran.
"Aku tidak bisa memberitahumu. Tapi... sebenarnya dokter pernah mengatakan padaku bahwa sebaiknya aku tidak menari lagi setelah insiden itu."
Aku melebarkan mataku. "Mengapa Paman tidak mengatakannya dari awal?"
"Aku hanya ingin membantumu, Jungkook. Maaf pada akhirnya aku malah menjadi halangan bagimu."
"Tidak, seharusnya aku yang minta maaf padamu. Maaf karena telah memaksamu."
Hening.
"Kita akhiri saja latihan hari ini."
Aku mengangguk. Kuulurkan tanganku untuk membantunya bangkit berdiri dan berjalan menuju ke salah satu sisi ruangan tempat meletakkan barang bawaan. Aku mengeluarkan sebotol air minum dari tasku dan segera meneguk hampir tiga perempat dari total isinya. Sementara itu, Paman Jimin mengusap keringatnya sendiri menggunakan sehelai handuk di sebelahku.
"Kau pasti begitu ingin bertemu dengan ayah kandungmu." Ujarnya.
"Uh? Um... entahlah..."
"Akui saja. Aku bisa membaca hal itu dari bagaimana kerasnya kau berjuang untuk menemuinya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Golden Spoon | BTXT [Ongoing]
FanfictionSEQUEL OF "PARTNER" Ketika anak-anak pasangan 'Double Kim' telah beranjak remaja dan mulai menyembunyikan berbagai rahasia dari kedua orang tua mereka.