Bab 2

6 2 0
                                    

"Gue anterin, ayo," ajaknya.

"Ngga mau, gue mau naik angkot aja," sahut Lea.

"Oke, gue duluan,"

Pengendara motor tersebut pergi dari halte dekat sekolah. Lea hanya menatapnya hingga tak terlihat lagi, sebenarnya Lea ingin pulang bersama dengan lelaki tersebut, tapi ya sudah lah mungkin sudah menjadi nasib Lea pulang naik angkot.

Menunggu cukup lama hingga akhirnya angkot yang ditunggu oleh Lea datang dan segera mungkin menaikinya karena ini sudah mulai menjelang sore. Dia ingin segera pulang untuk bertemu dengan kekasih setianya yaitu kasur, pasti dia sudah sangat merindukan Lea.

Turun dari angkot Lea berjalan lesu menuju rumah yang jaraknya lumayan jauh. Jika kakinya sakit salahkan saja Arka yang tidak bisa mengantarkan Lea. Bagaimana jika nanti ketika sampai dirumah dia pingsan karena sangat cape, berlebihan sekali pikiran Lea.

Menempuh perjalanan yang menurut Lea sangat jauh dan melelahkan akhirnya dia sampai didepan rumah, "Assalamu'alaikum bu, Lea pulang," seraya mengetuk pintu.

"Wa'alaikumsallam, ya ampun ko lemes banget," ucap Disa.

Mereka masuk dan Lea yang akan ke kamar berbalik badan lalu menangis, "Cape jalan dari depan ke rumah, hiks pengin bawa motor sendiri aja buuuu hiks,"

"Lohhh nangis, udah sini duduk dulu jangan nangis cerita sama ibu kenapa?" tanya Disa. Tangannya mengelus kepala Lea menenangkan anaknya.

"Gapapa cuma lagi cape aja jalan kaki, pangin bawa motor biar ngga jalan jauh. Hiks Le-lea pengin kaya mas Arka bawa motor pergi kemana-mana dibolehin, main sama siapa aja kapan aja dibolehin. Sedangkan Lea? Banyak yang ngga dibolehin, Lea juga pengin bebas kaya mas Arka buuu, tapi kenapa Lea selalu dilarang ini dan itu," rengek Lea.

Disa tersenyum, "Lea dengarin ibu ya, kami melarang kamu banyak hal itu untuk kebaikan kamu, tau tidak jika dalam Islam wanita yang sering dirumah itu semakin baik nilainya, wanita itu bagaikan perhiasan Lea, jadi harus dijaga dengan benar. Maka dari itu ngga dibolehin bawa motor sendiri, supaya kamu bisa dipantau dan dijaga sama Arka. Sekarang paham kan kenapa banyak larangan." jelas Disa.

"Iya Lea sekarang paham, aku mau mandi dulu," ucap Lea dan masuk ke kamar untuk membersihkan diri.


~•~

"Lo suka sama adiknya Arka?" ucap seseorang yang tiba-tiba duduk di samping Alfin.

"Kenapa?" tanya Alfin.

"Jawab dulu pertanyaan gue, lagian juga gue heran aja adiknya Arka ngga cantik sedangkan gue tau lo sukanya cewe seperti apa," kata Zaki teman Alfin.

Terdiam beberapa saat tidak menjawab pertanyaan yang dilontarkan Zaki padanya. Jika dipikirkan yang dikatakan Zaki benar adanya, Lea tidaklah cantik hanya saja dia tertarik pada Lea entah tertarik dalam artian apa yang jelas dia penasaran dengan Lea.

"Gue cuma penasaran sama dia," kata Alfin.

"Mending lo jangan deh deketin adiknya Arka, pasti nanti Arka ngga akan terima adiknya dimanin sama cowo kaya lo," peringat Zaki, dia tau benar bagaimana perasaan seorang kakak jika ada orang yang menyakiti adiknya, terlebih jika itu wanita. Meskipun Zaki nakal tapi dia tidak mau mendekati wanita hanya untuk main-main. Kalau kata Zaki mau stay halal bro lebih menarik (pretttt).

Tak menghiraukan perkataan temannya, Alfin berdiri dan menyambar jaket miliknya, "Gue cabut dulu," pamit Alfin.

"Mau kemana? Yang lain belum pada dateng juga," kata Zaki.

NOT SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang