11. Rasa bersalah

12 5 13
                                    

11

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

11. Rasa bersalah


Menjadi ibu sambung untuk seorang gadis yang kehilangan peran ibu, tapi melupakan bahwa ada gadis lain yang menjadi korban.

•••

"Dulu Mama sesayang ini gak sama anak yang Mama tinggalin?"

Launa, gadis cantik yang sedang tidur di paha sang Mama sambung. Gadis itu tiba-tiba saja melontarkan pertanyaan yang membuat Mama sambungnya menghentikan aktifitasnya yaitu mengelus rambut Launa.

Mendengar pertanyaan tersebut, wanita paruh baya itu berdehem sejenak, ia membenarkan posisi duduknya dan berkata. "Sayang, sayang banget malah."

"Terus, Mama kenapa tinggalin dia?"

"Karena Mama udah gak sanggup sama suami Mama yang dulu."

"Why? Karena dia miskin?" Dari ucapan Launa barusan terdengar tawaan remeh yang keluar dari mulutnya.

"Terus kenapa Mama mau sama Papa? Karena dia banyak uangnya?" Tanya Launa lagi.

Wanita itu menggeleng. "Mama dulu nemenin Papa kamu dari nol. Dari Papa kamu yang belum punya apa-apa, sampai Papa kamu bisa sesukses sekarang."

Launa bangkit dari tidurnya, merubah posisinya menjadi duduk dan menghadap ke arah sang Mama.
"Terus kenapa Mama gak mau nemenin suami Mama yang dulu? Kalau di fikir-fikir, Papa dulu juga miskin kan? Tapi Mama kok mau."

"Entah lah nak, kalau membahas itu ada terbesit rasa bersalah yang masih hinggap di hati Mama."

"Dan Mama juga merindukan anak Mama. Udah belasan tahun dia Mama tinggal, Mama rasa dia seusia sama kamu. Pasti dia sudah tumbuh menjadi gadis yang sangat cantik."

Launa menganggukkan kepalanya. "Aku beruntung banget punya Mama kayak Mama." Setelah mengatakan itu, Launa langsung menghamburkan dirinya masuk ke dalam pelukan hangat milik sang Mama.

"Mama gak ada niatan buat cari anak Mama? Emang Mama gak kangen sama dia?"

"Mama takut." Wanita itu menjawab dengan suara yang lebih pelan.

"Takut?" Beo Launa, dan sang Mama hanya mengangguk. "Takut dia benci sama Mama."

"Tapi Mama kan belum coba. Kalau Mama mau cari dia, aku bisa bantu Mama. Aku pasti seneng banget kalau punya saudara cewek."

Wanita itu mengusap punggung Launa lembut, anak sambungnya itu masih berada dalam dekapan hangat miliknya. Seolah seperti anak dan ibu kandung yang sedang menumpahkan rasa kasih sayang yang mereka punya.

Rasanya status darah sudah bukan menjadi penghalang bagi Launa dan sang Mama. Mereka sudah bersama selama belasan tahun, sang Mama merawat dan membesarkan Launa sejak usianya masih 5 tahun, wanita paruh baya tersebut menemui gadis kecil itu saat dia baru saja kehilangan sosok seorang Ibu.

Thanisa melampaui nestapaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang