Di luar kamar, Olla sedang menunggu kedatangan teman-temannya. Harap harap cemas, semoga kakaknya bisa menenangkan Adel karena temannya juga tak kunjung datang. Tak lama kemudian bel berbunyi, ia bergegas untuk membuka pintu.
"Dimana Adel?"tanya Gian khawatir.
"Dikamar sama kak Sean,"balas Olla.
Gian tergesa-gesa ke kamar diikuti yang lain. Saat membuka pintu, mereka melihat Adel yang sudah tertidur pulas, diatas tubuh seorang laki-laki sambil mengemut jempolnya. Olla tersenyum lalu merogoh sakunya untuk mengambil HP, memotret keduanya dan akan ia kirimkan pada sang ayah.
"Ngapain sih di foto?"
"Laporan sama bokap, sepertinya mereka gak akan lama untuk mengenal satu sama lain,"ucap Olla yang masih menatap keduanya. Namun ucapannya membuat mereka bingung.
"Maksud lo?"
"Kita keluar aja, jangan ganggu mereka, nanti gue jelasin."Olla mendekat dan menyelimuti keduanya lalu keluar dan menutup pintunya serta menguncinya.
"Eh lo gila ya! Kenapa dikunci segala?"
"Biarin aja napa sih"
"Jadi..?"
"Mereka berdua dijodohkan,"ucap Olla.
"Hah! Yang bener aja?"
"Beneran, kalian kenapa sih?"
"Kaget aja, tapi gapapa asal adek gue bahagia,"ucap Ken.
"Ken kita dilangkahi si bontot,"ucap Gian terkekeh.
"Iya lagi. Kalian berdua mau pulang gak? Kalo iya kita anter,"ucap Ken pada Olla dan Flora dan diangguki yang lain.
"Tidur disini aja lah, udah pw banget ini mah,"sahut Flora yang udah tiduran di paha Lukas. Lukas sendiri tak henti-hentinya mengelus kepala Flora dan itu membuat si empu mengantuk.
"Dek pindah dulu ke kamar,"ucap Daniel tapi tak ada sahutan. Mereka melihat ke arah Flora yang ternyata sudah tertidur dengan sangat pulas.
"Gue pindahin dulu, ayo La,"seru Lukas sembari menggendong Flora ala bridal style ke kamar. Dibelakangnya diikuti Olla.
Setelah kembalinya Lukas ke ruang tamu, mereka masih ngobrol sampai larut malam. Tak terasa mereka juga sudah mengantuk dan memutuskan untuk tidur di kamar sebelah.
Malam telah berganti pagi, matahari telah menghangatkan udara malam yang sangat dingin. Kian membangunkan mereka yang masih tidur. Bersyukurlah karena Tuhan terus memberi kita hidup sekarang dan selamanya.
Di dapur sudah ada Zean yang sedang membuat sarapan untuk mereka semua. Chef nya Liondez nih. Zean sangat cekatan dalam urusan dapur. Sedangkan yang lain hanya melihat kegiatan Zean dan menunggu makanannya matang.
"La, lo gak mau bukain pintunya,"ucap Flora.
"Biarin aja lah, nanti kita taruh makanan yang banyak didalam. Sebelum pergi dengan aktifitas masing-masing. Semalam gue juga udah hubungi om Vernon buat izinin Adel dan bokap gue buat kosongin jadwal kak Sean. Gue harap ini awal yang bagus buat pendekatan mereka,"jelas Olla dan mereka hanya mengangguk sebagai respon.
"Makanan sudah siap!"ucap Zean sedikit berteriak.
"Nah ini dia, dari baunya wangi banget, pasti enak lah"
"Yoi dong, siapa dulu nih,"kata Zean menyombongkan diri.
"Oh ya bang, buat Adel sama kak Sean mana, gue anter duluan lah nanti keburu bangun, gagal deh kunciin mereka sekamar. Eh Flo bantuin yak bawa ini semua."
"Yaudah yok, kita juga harus sekolah kan!"seru Flora.
Olla dan Flora mengantarkan makanan ke kamar pasangan yang masih tidur saling berpelukan. Dari semalam, posisinya tidak berubah sedikit pun. Setelah sarapan, mereka bersiap untuk pergi ke sekolah dan kantor.
Sementara di dalam kamar.
"Sshhh..."desis Sean karena jempolnya sakit.
Dia terbangun sembari meraih HP nya dan melihat pukul berapa sekarang. Sean terkejut, karena sudah pukul 08.00 pagi. Saat ingin buru-buru bangun ia tersadar, saat melihat Adel yang masih tidur. Ia berusaha mengeluarkan jempolnya dari mulut gadis itu lalu mengangkat tubuhnya agar tidur di kasur.
Ia ingin pergi ke dapur untuk mengambil minum karena tenggorokannya terasa kering, tetapi pintunya tidak bisa dibuka, dan dahinya mengernyit bingung. Setelah beberapa saat berpikir, dia mulai menyadari bahwa ini pasti kerjaan adiknya. Setelah itu, dia pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhya.
Setelah Sean pergi mandi, Adel mulai terbangun dari tidurnya. Saat ia bangun dan melihat ke sekitar, dia merasa seperti ada orang lain di kamarnya. Ia memilih untuk bermain HP sambil bersandar di headboard untuk menghindari pusing. Mengetahui bahwa sudah jam segini, Adel agak terkejut. Namun, Adel tetaplah Adel, dia malah duduk dan santai di kasurnya.
Tak lama kemudian, Sean keluar dari kamar mandi, hanya mengenakan kolor dengan dada telanjang. Sedang menggosok rambutnya yang basah dengan handuk.
Ceklek!
Adel langsung menatap Sean yang tiba-tiba keluar dari kamar mandi. Kenapa ada dia di kamarnya, pertanyaan itulah yang bersarang dalam benaknya.
"Eh lo ngapain di kamar gue?"Sean hanya menaikkan sebelah alisnya.
"Kamu gak ingat semalam,"ucapnya.
"Emang semalem ngapain? Jangan bilang lo udah apa-apain gue ya,"ucap Adel dengan paniknya.
"Lucu,"batinnya sambil senyum smirk.
Bukannya menjawab, Sean malah merangkak ke kasur dan berjalan menuju Adel. Ia jadi bisa melihat wajah paniknya dari jarak sedekat ini dan itu sangat menggemaskan.
"Kamu lupa dengan semalam,"ucap Sean dengan lembut membelai pipi gadis itu.
"Padahal kamu agresif banget sampai membuatku kewalahan,"ucap Sean lagi, padahal dalam hatinya dia sudah tertawa puas.
"Eng-gak ja-jangan bo-bohong,"ucap Adel panik sekaligus gugup karena ditatap intens dengan jarak sedekat ini.
Adel mendorong Sean sampai terlentang di kasur. Ia memanfaatkan kesempatan ini untuk melarikan diri. Sayang seribu sayang tangannya lebih dulu dicekal dan ditarik sampai terjatuh menimpa tubuhnya. Mereka menatap satu sama lain dan jantung mereka berdetak lebih cepat dari biasanya.
"Jantungku kenapa ya, harus cek ke dokter,"batin Sean dan Adel.
"Le-lepasin," kata Adel gugup setengah mati saat Sean melingkarkan tangannya di pinggangnya yang ramping.
"Oke, tapi ada syaratnya," katanya dengan tersenyum sambil menunjukkan lesung pipinya. Senyuman manisnya membuat Adel terpana. Hanya sebentar, dan kemudian ia berusaha mengurangi kegugupannya.
"Buruan elah, gue udah laper nih," kata Adel, perutnya berbunyi.
Sean langsung melepaskannya. Adel bangun dan pergi ke kamar mandi untuk cuci muka dan gosok gigi, lalu keluar dan menuju pintu.
"Pintunya dikunci dari luar,"ucap Sean.
"Tapi gue laper,"ucap Adel tantrum di lantai.
Setelah itu, dia bangkit dari duduknya. Dia berjalan ke luar balkon setelah memikirkan ide gila. Ia melihat ke bawah dari sudut yang cukup tinggi. Dengan perutnya yang meronta-ronta, ia harus turun. Adel masuk lagi untuk mengambil tali. Setelah itu, keluar lagi dan mengikatnya di pembatas. Karena dia melihat itu, Sean langsung menghentikan Adel dari menaiki pembatas itu.
"Mau ngapain? Ini tuh tinggi, bahaya!"
"Gak ada cara lain, gue udah laper,"ucap Adel sambil melepaskan genggaman pada tangannya.
TBC.
Update lagi nih, otaknya lagi lancar banget.
Jangan lupa vote dan komen.°
°
°
°
°
See you next chapter guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
PERJODOHAN(DELSHAN) [TELAH TERBIT]
Teen Fiction[PART SUDAH TIDAK LENGKAP] (SEBAGIAN PART DIHAPUS UNTUK KEPENTINGAN PENERBITAN)!!! "Pah, aku masih SMA loh, kenapa udah dijodoh-jodohin aja sih" "Papah kan cuma minta ketemu dulu, kenalan terus dekat, nggak langsung nikah" "Tapi Pah, kalau misal ka...