His was a selfish love patching his soul with all of her pieces.
Atticus, 165
.
Suara pintu perpustakaan yang terbanting terbuka membuatku terkejut hingga hampir menyemburkan tehku. Mother tidak lebih baik, ia hampir menumpahkan sepoci teh yang sedang dipegangnya.
"Mr Potter, untuk apa aku berhutang kesenangan ini?" Ucap Mother yang meskipun tetap anggun dan tenang tapi tajam menusuk. Tak diragukan jika ia begitu geram dengan Albus yang melenggang masuk dengan tidak sopannya. Wajahnya sangat merah seolah ia tengah marah dan bajunya acak-acakan. Sementara rambutnya tidak perlu ditanya lagi, gen Harry Potter dan rambut sulit diatur terlalu kuat untuknya.
"What the fuck happend to you mate?"
"Scorpius, language!" Desis Mother padaku. Aku hanya memutar bola mata dan melambaikan tangan pada Albus.
Awalnya Mother begitu menentang persahabatanku dengan putra bungsu Hary Potter, tapi seiring berjalannya waktu meskipun ia tetap tidak suka tapi Mother terlalu lelah melarangku lagi sehingga ia terpaksa menoleransi sahabatku yang keluar masuk manor seolah rumahnya sendiri.
Albus menghempaskan pantatnya disebelahku "Maafkan aku Mrs. Malfoy, bisakah aku berbicara dengan Scorpius?" Ucapnya kurang ajar dan meskipun ia meminta maaf tapi tak ada penyesalan sama sekali di wajahnya.
Mother menipiskan bibirnya menahan amarah "Excuse me, apakah kau mengusirku dari perpustaanku sendiri Mr. Potter?"
Menahan tawa, aku selalu menyukai bagaimana Albus selalu menguji kesabaran Mother dan tak pernah kapok meskipun ia telah kena omel, semprot dan kemarahan yang tidak jarang.
"Oh ayolah Mother, berilah aku dan Albus waktu sebentar. Aku yakin Grandmother akan dengan senang menemanimu di konservatoriumnya"
Mother menatapku dengan pandangan tidak suka tapi ia berdiri, tepat ketika Winny—salah satu peri rumah dari keluarga Black milik Grandmother muncul di perpustakaan "Tuan Scorpius, Ms. Weasley mencari anda Tuan," Ucapnya sambil membungkuk, jantungku seolah berhenti berdetak dan otomatis aku menatap ke arah Mother yang tegang.
"Apa maksudmu adalah Rose Weasley?"
"Ya, dia,"
Meskipun aku sepenuhnya heran mengapa Rose tiba-tiba datang ke Malfoy Manor sedangkan dalam beberapa tahun terakhir ketika aku memutuskan mengajaknya ia selalu menolak mentah-mentah karena penolakan Mother, tanpa berpikir panjang aku mengangguk "Suruh dia masuk Winny,"
"TIDAK!" Suara itu tidak hanya diucapkan oleh Mother, melainkan Albus juga sedikit membentak. Ia menatapku dengan matanya yang nyalang.
Oke, sebenarnya apa yang terjadi disini?
Winny menatapku dan Mother dengan bergantian seolah tidak tahu harus menuruti perintah siapa. Sementara Albus dan Mother entah kenapa menjadi kompak, bahkan mereka sama-sama berdiri bersedekap dan memelototiku.
"Oh ayolah! Apa maksud kalian? Mate?" Ucapku garang pada Albus yang tak mau kalah sama sekali, ia mendecih "Jangan berani-berani membiarkannya masuk Scorp. Percayalah padaku!"
"Untuk sekali ini, aku benar-benar setuju dengan Mr. Potter." Tambah Mother dingin.
"Oh ayolah Al, dia adalah sepupumu!"
"Percayalah padaku Scorp. Setidaknya kita harus berbicara terlebih dahulu,"
"Apa maksudmu?"
"Scorpius, mengapa Miss Weasley berada di serambi depan dan tidak ada yang menyuruhnya masuk?" Suara Grandmother menggema dan memutus perdebatanku dengan Albus.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destiny (Dramione & Scorose Fanfiction)
Fiksi PenggemarRose Weasley mencintai Scorpius Malfoy tanpa pernah meragukannya sedikitpun. Di tengah paksaan Scorpius tentang menikah yang membuat Rose jengah dan kedekatannya dengan James Potter semakin meningkat, Rose tiba-tiba menemukan fakta bahwa Ibunya, Her...