(09)

974 90 21
                                    

Jaehyuk mengeratkan pelukan pada Jeongwoo saat dirasakanya hujaman laki-laki itu semakin cepat. Tubuhnya terayun di pangkuan kekasihnya dengan perasaan luar biasa. Panas akibat kulit bertemu kulit dan napas yang berat terengah sesekali tersendat. Bersama Jeongwoo, setiap detik yang Jaehyuk lalui membawanya pada kubangan kepayang.

Entah karena laki-laki itu yang terlalu pandai membuat enak atau memang tubuh keduanya yang sudah memahami satu sama lain untuk membentuk ritme dalam mencapai kenikmatan duniawi itu. Memiliki Jeongwoo di dalam dirinya seperti ini memupuk keinginan Jaehyuk untuk abadi dalam selamanya bersama laki-laki itu bertambah besar. Rasa cinta Jaehyuk terus tumbuh tanpa bisa ditahan.

Sapuan lidah basah pada pundak Jaehyuk diberikan Jeongwoo untuk mendistraksi Jaehyuk dari kacaunya pergerakan di bawah sana. Disusul kecupan-kecupan kecil penuh sayang. Mungkin barang sebentar lagi Jeongwoo akan sampai menyusul Jaehyuk yang sudah lebih dulu mendapatkan putihnya. Untuk itu, dia menggunakan seluruh tenaganya.

Seharusnya kegiatan mereka itu bisa berakhir dengan kepuasan kalau saja mata Jaehyuk yang sedari tadi terpejam tidak terbuka secara tiba-tiba dan mendapati seseorang berdiri di ambang pintu apartemen Jeongwoo dengan ekspresi terkejut. Butuh waktu sepersekian detik untuk memastikan penglihatannya tidak keliru. Sosok itu masih disana setelah Jaehyuk mengerjapkan matanya. Hal itu membuat Jaehyuk kelabakan. Dia menepuk kuat punggung Jeongwoo untuk memberitahunya.

"J—jeonghwo-oh, uuh, berhenti!"

"Sebentar lagi, Sayangh." Tapi Jeongwoo memilih abai dengan kepanikan yang kini tampak dari wajah Jaehyuk. Tanggung sekali, pikirnya.

Jaehyuk memberontak lebih keras. Tidak peduli dengan penis Jeongwoo yang masih tegang di dalam lubangnya dan efek pening yang akan laki-laki itu rasakan. Seseorang sedang menonton mereka dan Jaehyuk merasakan jantungnya merosot ke lantai. Sekali lagi dia memberontak di tengah gempuran penuh napsu Jeongwoo.

"Jeongwooo, ada seseorang di depan pintuu-uh."

Belum genap kalimat Jaehyuk selesai diucapkan, Jeongwoo menolehkan kepalanya. Matanya membola.

"Oh, Tuhan!"

Dengan cepat dia menarik selimut yang meringkuk di sudut kasur untuk membungkus tubuh telanjang Jaehyuk yang kini menenggelamkan wajah di dadanya. Semuanya berlangsung dengan cepat. Jaehyuk yang mengibrit berlari ke kamar mandi dengan tubuh dibalut selimut sambil menenteng pakaian yang diambilnya sembarang dari lantai. Tidak peduli itu miliknya atau Jeongwoo.

Jeongwoo sendiri berusaha lebih tenang menarik celana pendek dan kaos dari lemari—mengabaikan lengket dan kejantanannya yang masih tegang.

Sementara laki-laki berumur belasan yang dilihat Jaehyuk itu masih terpaku di tempatnya dengan ransel besar teonggok loyo menyender di kakinya—tidak percaya dengan apa yang ada di depannya saat ini. Dia masih memproses kejadian itu sehingga tidak bergerak dari posisinya. Bahkan napasnya pun terhenti.

"Junghwan," tegur Jeongwoo pelan mulai membawa ruhnya kembali.

Di saat itulah dia membalikkan tubuhnya dan menutup mata. "Hyung, maaf," cicitnya.

Sudah terlambat.

Jeongwoo tersenyum tak enak hati. Dia menggaruk pelipisnya yang tak gatal. "Kenapa tidak bilang akan datang?"

"Hyung tidak punya ponsel untuk dikabari," jawab Junghwan yang membuat Jeongwoo tersadar. Benar juga.

"Masuklah kemari," ajak Jeongwoo. "Sudah tidak apa-apa."

Maka Junghwan berbalik dengan kaku dan mendapati Jeongwoo berdiri tak jauh darinya. Ragu, dia mengangkat ranselnya dan meletakkannya di sofa. Setelah itu dia jatuh terduduk.

A Lucky Find | a Jeongjae FanficTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang