Calon Sebelas

1.6K 84 9
                                    

Rumah Sakit Bapraga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah Sakit Bapraga.

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

"Dokter!" seru Leon saat sampai di rumah sakit. Mendengar seruan Leon beberapa suster langsung datang menghampiri dengan membawa brankar. Leon dengan lembut menaruh tubuh lemah Resha di atas brankar yang kemudian di dorong menuju UGD. Sesampainya di depan ruang UGD Leon di larang masuk oleh suster, sempat memberontak dan memaksa untuk ikut masuk karena ingin menemani Resha tetapi, pada akhirnya suster tersebut berhasil memberikan wejangan yang dapat di pahami oleh Leon hingga ia pun menurut lalu berucap, "Berikan penanganan yang terbaik untuk calon istri saya, sus!"

Suster tersebut pun mengangguk, "Pasti pak! Silahkan tunggu di luar selama kami menangani calon istri bapak," katanya sebelum menghilang di balik pintu ruang UGD.

Leon menunggu di depan ruang UGD dengan harap-harap cemas, rasa khawatir hinggap di hatinya. Memang lukanya tak terlalu parah namun, tetap saja Leon khawatir.

Tidak berselang lama Bian datang menghampiri Leon. Ralat, menghampiri ruang UGD untuk mengetahui keadaan Resha, sebab mau bagaimanapun Resha masihlah pacarnya dan ia masuk rumah sakit juga karena dirinya. Menyadari datangnya Bian membuat Leon kembali emosi, secepat mungkin ia menghampiri pelaku yang melukai Resha lalu menarik kerah bajunya. Matanya menatap tajam pada Bian lantas dengan geram ia berucap, "Mau apa anda ke sini?!" tanyanya.

"Menurut lo? Ini rumah sakit. Tempat umum jadi, siapapun boleh datang dan menginjakkan kaki di sini," jawab Bian tanpa rasa takut. Masih ingatkah kalian dengan ucapan Winata yang mengatakan bahwa Bian adalah berandalan? Ya, mungkin itu benar.

Leon menghempaskan cengkramannya dengan kasar. Jika tidak mengingat dirinya saat ini berada di rumah sakit, sudah di pastikan ia akan kembali menghajar Bian.

Bertepatan saat dirinya membalikkan tubuh pintu ruang UGD pun terbuka dan memperlihatkan seorang dokter yang menangani Resha. Leon berdiri di hadapan dokter tersebut tanpa berkata apapun namun, tatapannya menunjukkan bahwa ia meminta sebuah penjelasan. Dokter perempuan itu mengangguk, "Pasien baik-baik saja, lukanya tidak terlalu parah," kata dokter.

Dokter itu memberikan secarik kertas pada Leon. "Ini ada beberapa obat luka yang perlu kamu beli," ucapnya. "Ada yang perlu di tanyakan? Jika tidak saya izin permisi," lanjutnya. Leon menggeleng sebagai respon pertanda tak ada yang mau di tanyakan. Dokter itu pun berlalu setelah mendapatkan izin.

୧⍤⃝🍮୧⍤⃝🍮୧⍤⃝🍮

Kediaman Winata.

Seperti kesepakatan Leon dan Resha, maka saat ini mereka berdua sedang membicarakannya pada orang tua Resha, Winata dan Diana.

Kedua orang tua itu serentak menghembuskan napas panjang yang terdengar lelah.

"Sudah papa katakan sejak lama kan? Putuskan pacar berandalan kamu itu! Kenapa kamu tidak mendengarkan ucapan papa?!" ujar Winata gusar. "Dan lihat sekarang, imbasnya ke acara pernikahan kamu, Resha."

Resha menundukkan kepalanya bukan sebab tak berani melawan, Resha berani sekalipun pada papanya. Hanya saja untuk sekarang dirinya tak minat berdebat, di tambah lagi kepalanya yang terbentur meja restauran masih terasa pusing. Ia mendongakkan kepalanya sekilas untuk melihat ekspresi Winata lalu setelah itu ia kembali menunduk dan memijat pelan pangkal hidungnya. "Cinta gak bisa di paksain, Resha cinta Bian jadi, percuma kalau papa nyuruh Resha untuk putusin Bian. Karena mau sampai kapanpun Resha gak akan mau putusin atau di putusin Bian," ucapnya.

Mendengar ucapan Resha, tak hanya Winata saja yang sepertinya panas. Ada manusia lain yang juga sudah terbakar bahkan mungkin telah gosong.

Leon berdeham untuk mencairkan suasana di dalam ruang tamu yang mana atmosfer panas begitu menguar. "Pa, tolong biarkan Resha istirahat," ucap Leon.

Winata menghela napas panjang lalu berkata, "Pergilah," ucapnya.

Resha pun melangkahkan kakinya untuk naik ke lantai atas, tepatnya kamar miliknya.

Bruk! Pintu kamar di tutup dengan kasar oleh Resha kemudian ia berjalan masuk dan berhenti di depan cermin. "Sialan! Wajah cantik gue jadi jelek karena luka ini," ucapnya. Wajah yang biasanya mulus kini terlihat sedikit bercorak dengan warna kebiruan akibat terhantam siku Bian, serta perban yang menempel di pelipisnya karena terantuk ujung meja.

Lantaran asik mengamati lukanya, Resha sampai tak sadar bahwa handphonenya tak ada pada dirinya. Sebab saat ia tidak sadarkan diri dan di bawa ke rumah sakit, barang-barang miliknya Leon lah yang bawa termasuk benda pipih itu.

Leon yang sedang di dalam perjalanan menuju ke kantor di buat terkejut dengan suara nada dering handphone yang sungguh nyaring. Itu pasti bukan suara handphonenya, saat di cari-cari ternyata suara itu berasal dari gawai yang ada di saku celananya. Melihat nama My Darling😍💘 tertera di layar handphone milik Resha. Ia mengerutkan dahinya beberapa detik hingga Leon teringat akan Bian.

"Oh, cowok itu yang nelepon?" monolog Leon sembari tersenyum licik. Ia mengangkat panggilan tersebut dan terdengarlah suara Bian dari seberang telepon.

"Halo sayang, kamu baik-baik aja kan? Aku tadi jenguk kamu ke rumah sakit, cuma di usir sama cowok brengsek itu jadi, aku gak bisa jumpai kamu," kata Bian.

"Iya sayang, aku baik-baik aja kok. Gak usah khawatir ya, kan aku kayak gini juga karena ulah kamu," balas Leon memakai suara yang di buat-buat sekaligus menekankan kalimat-ulah kamu.

Bian mencerna suara Resha yang terdengar berbeda. "Kamu beneran baik-baik aja? Kok kayaknya suara kamu beda? Lukanya parah? Aku jenguk kamu ke rumah sekarang."

"Eh, gak usah sat-emm sayang, aku baik-baik aja kok," ucap Leon lagi dengan sedikit meringis begitu tanpa sadar ia mengumpat.

"Beneran?"

"Iya nj*ng, banyak tanya anda!" pungkas Leon sebelum mematikan sambungan teleponnya.

"Brengsek!" umpat Bian begitu sadar bahwa yang menjawab segala perkataannya adalah Leon bukan Resha, pacarnya. "Najis, pakai sayang-sayangan lagi."

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

૮₍ ˶ᵔ ᵕ ᵔ˶ ₎ა

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Calon (Pasutri) [PRE ORDER]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang