Ketika membuka mata di pagi hari, yang pertama dilihat sesosok tangan dengan tato monyet mendekapnya dari belakang, Patricia tersentak kaget. Berbalik ke belakang, mendapati kekasihnya masih tertidur pulas berbalut selimut yang menutupi tubuh telanjangnya. Patricia menggigit bibir bawahnya sambil tersipu, mengingat hal gila yang telah mereka lakukan semalam.
Jari-jari mungil nan lentik, menyentuh rahang tegas Josh Bastian. Senyum lembut terukir di bibirnya, mengagumi parasnya yang menawan.
"Ngghh...." Josh menggeliat, mendorong kedua tangannya di atas kepala. Patricia reflek menarik tangannya dari pipi Josh.
Pura-pura tidur.
Pagi yang cerah disambut dengan paras cantik sang pujaan hati, mata Josh begitu diberkati.
"Pagi, cantik...." Suara berat sedikit serak, menyapa merdu.
Patricia belum membuka mata, masih dengan kepura-puraannya. Tapi, Josh tak semudah itu tertipu, ia tahu kalau Patricia hanya sandiwara, karena kelopak matanya yang dipaksakan tertutup, terlihat bergetar.
Sebelah alis Josh terangkat, sinkron dengan smirk di bibirnya. "Hmm, baiklah, kalau tidak mau bangun juga, rasakan ini!"
Josh menghujani wajah Patricia dengan kecupan; kening, pipi, bibir, hidung, dagu, telinga, tak ada yang terlewat.
"Ahh...." Akhirnya Patricia tak bisa menahan desahannya, setelah menahan geli selama Josh mengecupi wajahnya. Belakang telinga dan tengkuk menjadi bagian paling sensitif yang membuat Patricia menyerah kembali membuka mata.
"Mau lebih geli lagi?" Josh menyeringai jahil.
"Ngga! Aku mau mandi," tolak Patricia, sudah bisa membaca apa yang akan terjadi selanjutnya.
Josh menahan pundak Patricia yang hendak bangkit, kemudian mengungkung tubuhnya dengan menumpu kedua lengannya di kedua sisi. Dengan terkunci seperti itu, mustahil bisa meloloskan diri.
"Josh!" Patricia sedikit memberi ancaman dengan tatapan tajam, tapi Josh sama sekali tidak menggubris.
Josh membenamkan wajahnya di leher jenjang Patricia, menghirup dalam-dalam aroma alami tubuhnya, aroma khas yang mengandung feromon, kembali membangkitkan libidonya. Tak afdol bila bercumbu tidak meninggalkan tanda penaklukan di kulit mulus kekasihnya. Josh menghisap kuat leher Patricia.
"Aaakh, hentikan!"
Rintihan kesakitan Patricia tidak Josh hiraukan. Josh semakin gemas, meremas dan memilin tombol mungil kemerahan di puncak dadanya.
Josh mengangkat kembali wajahnya setelah berhasil mencetak beberapa kissmark di leher Patricia. Dadanya pun memerah akibat bekas remasan gemas tangan nakal Josh.
Josh tersenyum puas, menatap wajah dongkol Patricia. "Kenapa kamu tidak mendengarkanku?"
"Kamu terlalu menggemaskan untuk kulepaskan cepat-cepat, Sayang." Josh kembali menundukkan wajahnya ingin menghisap dua bukit kembarnya, tapi Patricia menahan dada Josh.
"Josh, aku bilang sudah. Apa semalam ga cukup?"
Josh menggeleng cepat. "Engga!"
Patricia kembali menunjukkan senyumannya, membuat Josh mengernyit heran. "Josh, sebenarnya ... aku mau...."
"Mau? Mau berapa ronde? Tiga? Enam? Sembilan?" tanya Josh bertubi-tubi penuh semangat.
Patricia memukul kesal dada Josh. "Kalau orang bicara itu didengarkan dulu sampai selesai."
Josh terkekeh tanpa dosa. "Oke. Mau apa? Hm?"
"Aku ... mau dimasakin."
"Dimasukin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Time After Time (TAMAT)
Fiksi PenggemarBagaimana jadinya jika memenangkan hadiah undian berlibur ke luar negeri dari program Variety Show bersama penyanyi terkenal? Ini yang terjadi pada Patricia Verona, mahasiswi jurusan Interior Design. Akan tetapi, liburannya berakhir dengan mala peta...