[Elena PoV]
Setelah membicarakan perjodohan, aku memberitahu ayah mengenai Brian yang berhasil membangkitkan Codex of Pendragon, yang mana membuatnya menjadi Sang Terpilih sebagai pahlawan. Akan tetapi, ayah mengatakan lebih baik hal ini menjadi rahasia terlebih dahulu.
Dia juga akan mendiskusikan mengenai pengamanan dan langkah apa yang akan diambil mengenai hal ini. Itu karena Brian sama sekali belum dapat memanggil pedang legendaris Excalibur.
Hanya pahlawan sejatilah yang dapat memanggil pedang tersebut dan pahlawan sejati itu adalah Sang Terpilih.
Malam harinya, pesta perayaan ulang tahun Sang Kaisar telah dimulai. Akan tetapi, aku sama sekali tidak memiliki mood untuk menikmatinya.
"Putri Elena, maukah kau berdansa denganku."
Saat ini aku sedang berada di aula utama. Para tamu mulai berdansa saat alunan musik mulai dimainkan di dalam tempat ini. Beberapa anak bangsawan menawariku untuk berdansa dengan mereka, terlihat sebuah antrian pria di depanku untuk mengajakku berdansa.
"Maaf, aku sedang tidak mood."
Meninggalkan aula utama, aku berjalan disekitaran luar area Istana.
Sepertinya aku ingin menyendiri untuk menenangkan pikiranku karena perjodohan itu dan aku tahu dimana tempat yang cocok agar tidak diganggu oleh orang lain.
Beberapa bangsawan dan Ksatria yang sedang berjaga menyapa saat kami berpapasan. Melihat hal ini, mau tidak mau aku memikirkan apa yang akan terjadi jika aku menjadi Kaisar nanti.
Kebebasanku akan berkurang, hari-hariku akan disibukkan oleh urusan negara dan aku sama sekali tidak akan bisa memilih apa yang kuinginkan mengenai ke arah mana negeri ini akan berkembang. Pasti akan banyak suara-suara yang akan mempengaruhiku seperti yang terjadi pada Ayah.
Bahkan sebagai seorang Putri Kekaisaran saja aku harus mengorbankan banyak kebebasanku. Salah satunya untuk memilih pasangan hidup.
Sebelumnya, aku tidak terpikirkan sama sekali akan hal ini. Yang kutahu melaksanakan kewajibanku sebagai Tuan Putri adalah hanya dengan menegakan kebenaran dan keadilan di negeri ini. Tidak kusangka melakukannya akan serumit ini dan tidak sesimpel itu.
Tidak lama kemudian, aku sampai di tempat yang kutuju.
Terlihat dua orang Ksatria yang menjaga tempat ini.
"Selamat malam, Putri Elena," sapa Ksatria itu memberiku hormat. "Ada yang bisa kami bantu?"
"Ya ... Bukakan gerbang tempat ini."
Mereka berdua mengangguk lalu membuka gerbang besar yang tertutup.
Memasuki gerbang, terlihat lampu-lampu yang menyinari tempat sepi ini. Tidak mungkin ada yang berkunjung malam-malam seperti ini bukan?
Tempat yang kukunjungi adalah tempat makam para pahlawan Kekaisaran.
Aku kesini ingin melakukan introspeksi diri dengan melihat pahlawan-pahlawan yang sebelumnya gugur untuk mempertahankan negeri ini.
Mereka adalah orang-orang yang mengorbankan seluruh hidupnya untuk keberlangsungan hidup negeri ini, mengorbankan kebebasan mereka demi rasa cintanya pada negeri ini dan selalu mementingkan tugas mereka pada negeri ini daripada hal lain.
"Apakah aku dapat melakukannya secara sukarela seperti mereka?"
Ngomong-ngomong, dimana pria itu? Di saat aku butuh nasehatnya sebagai pendukung seperti ini, dia sulit sekali untuk ditemui.
Akan tetapi, saat aku sedang berjalan menikmati suasana sepi di pemakaman ini, aku melihat seorang pria berambut hitam sedang berdiri di sebuah makam.
Raul? Di sini kau rupanya? Apa yang sedang ia lakukan di tempat seperti ini?
KAMU SEDANG MEMBACA
I'm a Villain In My Own Game?
FantasyGenre : Isekai, Action, Adventure, Romance Tag : Isekai, Academy, Knight, Magic, Saint, Anti-Hero, Hated-Protaginost, Empire, Noble, Politic * Bukan Novel terjemah, ini Karya Orisinilku Asli Kalian bisa Support aku di link ini ya .... https://saweri...