Mata Ronan masih sembab saat tiba di rumah Widi. Saat itu ia disambut oleh Louisa. Perempuan itu mengajaknya minum teh di ruang makan. Ronan setuju. Secangkir teh hangat disajikan. Ronan menambahkan sedikit madu ke dalam cangkirnya. Louisa memerhatikan wajah sedih pria itu.
“Apa yang terjadi, Nak?” tanya Louisa dengan lembut.
“Ah, tidak apa-apa. Hanya pertengkaran dengan Nando. Biasa.” Ronan menyesap tehnya perlahan. “Oh, ya. Widi ke mana?”
“Pergi mengantar kucing yang tersesat bersama William.” Louisa meletakkan stoples kukis kering di atas meja. “Kukis?”
“Terima kasih.”
Terdengar suara Widi dan William yang sedang bercanda dan tertawa, keduanya masuk ke ruang makan. William melepaskan Noel dari gendongannya. Kucing itu langsung berlari menuju halaman belakang. Widi menaruh butter cake dalam kemasan mika ke atas meja.
“Tukang kue beli kue,” kata Louisa.
“Seseorang memberikannya padaku,” jawab Widi sambil tersenyum. “Ini enak dan harum sekali. Sepertinya pakai Wisjman. Aku ambilkan piring dan garpu agar kalian bisa mencicipinya.”
Widi bergegas mengambil alat makan yang dibutuhkan. Ia memotong kue yang lembut itu dan menyajikan untuk Ronan dan Louisa. Ronan langsung mencicipi kue itu, ia mengangguk setuju kalau rasanya memang enak.
“Siapa yang memberikan ini padamu?” tanya Ronan sambil memotong kuenya lagi.
“Ernest John Irving!” jawab Widi riang. Mata Ronan langsung melotot. Widi melanjutkan, “Ternyata ia pemilik kucing bernama Cat De Luna!”
William menarik satu kursi untuk diduduki. “Ayah kenal dengan pria itu. Katanya ia juga kenal dengan Nando dan Ronan.”
Tentu saja. — Ronan
Widi langsung bercerita dengan gembira. Ronan ingin sekali menangis melihat kebahagiaan itu. Rasanya tak tega untuk menghancurkan kebahagiaan Widi dengan berkata kalau Ernest tak sebaik yang Widi dikira. Mungkin hari ini bukan hari yang bagus untuk menghancurkan hati Widi.
Lain kali saja. — Ronan
“Kau kenapa diam saja?” tanya Widi sambil menatap Ronan.
“Sedang tidak enak badan,” jawab Ronan. Ia bangkit dari duduknya. “Terima kasih kuenya. Aku pulang, ya.”
“Mau ke mana? Bukankah kau tadi ingin bicara dengan Widi?” Louisa terkejut dengan Ronan yang berpamitan. Widi menatap Louisa, ia baru tahu Ronan datang ke sini untuk bertemu dengannya.
“Nanti saja,” sahut Ronan tanpa menoleh. Ia melanjutkan langkahnya pergi keluar dari sana.
*
Teman-teman Nando adalah para pebisnis pria dengan berbagai latar belakang. Mereka tidak selalu bersenang-senang bersama karena kesibukan masing-masing. Untuk acara mendatang, akan ada lima belas orang yang hadir. Acara itu sudah dipersiapkan oleh Nando sebagai pemandunya bulan ini. Nando memberikan tugas pada asistennya untuk mempersiapkan semuanya.
Hari ini, Nando mengundang beberapa temannya untuk makan malam di salah satu rumah rahasianya. Timothy Dahl, Darius Marlon, Michael Chavez, dan Martin Schaefer ada di sana. Ia juga mengundang Ernest John Irving, tapi pria itu bilang akan datang terlambat. Mungkin setelah santap malam usai.
“Ernest memanggang kue hari ini,” ucap Timothy sambil memberi tanda hati merah pada gambar kue buatan Ernest yang diunggah ke media sosial.
“Aku harap dia datang ke sini membawa hasil karyanya,” canda Martin sambil memegang gelas berisi anggur merah.
KAMU SEDANG MEMBACA
His Love 3 🌈
RomanceApakah kau akan terus mencintai seseorang yang punya masa lalu sangat buruk?