15|| Cemburu
Bolehkah aku cemburu, pada seseorang yang bahkan hanya menganggap ku teman?
Bolehkah aku cemburu, padahal sudah jelas, aku tidak memiliki hak atas hal itu?~Reynata Hera~
.
.
.Sampai saat ini, aku belum pernah memperkenalkan Vio pada Raka. Begitu juga sebaliknya. Yang pertama, tidak semua temanku harus tahu dan berteman dengannya, yang kedua, sikap dan tingkah Raka tidak akan pernah nyambung, dan yang terakhir, aku hanya merasa, semua itu tidak perlu. Tapi, meski begitu, Raka selalu penasaran pada sosok lelaki yang mengantarku saat ku sakit kala itu.
Raka memang tidak pernah bicara secara langsung, dan memilih bertanya melalui Putri. Dan tentu saja, Putri akan selalu menceritakannya kembali kepadaku.
Hari-demi hari, bisa dibilang, aku dan Vio menjadi semakin dekat. Seiring berjalannya waktu, sikap Vio juga sudah banyak berubah. Ia menjadi lebih sering tersenyum, komunikasi diantara kita juga semakin baik. Bahkan, Vio dan Putri sudah mulai mengobrol. Ya meskipun sangat jarang. Dan ya, Vio juga menjadi semakin terbuka akhir-akhir ini. Dan entah kenapa, aku sangat senang akan hal itu.
Hari ini, seperti biasa aku pergi ke sekolah. Dengan Pak Toha tentunya. Tapi tidak dengan pulang sekolah nanti. Karena aku sudah berjanji untuk pulang bersama Vio.
Beberapa menit lagi, istirahat akan segera tiba. Aku dan Putri yang sudah selesai mengerjakan tugas sedari tadi, lumayan cukup kesal ketika mendapati bel yang tak kunjung berbunyi.
"Lama banget sih bunyinya. Gak tahu orang dah pada laper apa?" protes Putri
"Iya ya, kok perasaan lama banget," aku pun ikut protes. Karna memang, hari ini bel sekolah lebih lambat dari biasanya.
"Tau deh. Apa jangan-jangan ketiduran kali ya operatornya?"
"Ya gak sampe ketiduran juga sih kayaknya"
"Mungkin aja lah Reyn," jawab Putri ketus. Kemudian bangun dari duduknya.
"Mau kemana?" tanya ku
"Mau ngecek"
Aku mengerutkan keningku, "Serius?"
Putri mengangguk, kemudian pergi begitu saja. Memang bukan Putri namanya jika tidak nekat.
Aku menunggu, namun tidak lama. Hingga akhirnya Putri kembali tiba, dengan nafas yang terengah.
"Beneran tidur?" tanyaku penasaran
"Enggak!! Mau tau gak kenapa?"
"Kenapa?" tanyaku penasaran
"Liat tuh, tuh, tuh!" Putri menunjuk ke arah ace, juga lampu yang ada di ruang kelas.
Aku yang masih tidak mengerti maksudnya, hanya bisa mengedikkan bahu sambil menggeleng-geleng kan kepala.
"Mati lampu Reyn! Ih sumpah ya, kok gak kepikiran," kesal putri.
Ya cukup kesal memang, apalagi setelah menyadari seberapa bodohnya kita yang mengatakan kalau kelas kita panas, karena Ac mati, namun tidak terpikir kalau itu semua karena mati lampu.
....
"Kak Reynata kan?" Seorang perempuan tiba-tiba menghampiriku dan juga Puri di kantin
"Iya?"
"Aku boleh nitip ini gak?" Perempuan itu memberiku sebuah coklat yang sudah diikat rapi oleh pita berwarna merah, dan ada surat juga di atasnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NATAVIO {SEGERA TERBIT}
Novela Juvenil"Dunia Saya sempat hampir hancur jika saja kamu tidak menolong saya kala itu" " Nata, apa kabar? Saya datang kembali menemui kamu. Saya rindu, boleh saya peluk kamu? "