16.|| Cinta Pertama

88 37 24
                                    

16|| Cinta Pertama

Remaja saja sudah cukup.
Jangan membuatku tambah gila, dengan memaksaku untuk menjadi dewasa

~Reynata Hera~

______________________________________________

"SIAPA DI SANA?!"

suara teriakan dari bawah berhasil membuatku terkejut juga ketakutan. Aku hafal betul dengan suara itu. Itu adalah suara Pak Sahri. Penjaga sekolah.

Cahaya yang tadi mengarah kepadaku dan Vio, itu pasti berasal dari senter milik Pak Sahri yang sedang berkeliling.

Vio segera menarik lenganku. Membawaku bersembunyi di balik tumpukan meja dan kursi yang ada di sana. Napasku sedikit tak beraturan karena cemas akan ketahuan.

Vio bergerak perlahan lebih maju ke arahku, mempersempit jarak di antara kita. Aku bahkan bisa merasakan hangatnya hembusan nafas Vio.

Dari jarak sedekat ini, aku bisa melihat dada nya yang naik turun karena nafas yang tak beraturan, juga buliran keringat yang ada di sekitar wajahnya.

Aku menjadi semakin panik ketika seseorang mulai membuka pintu rooftop. Apalagi, suara langkah kaki itu terasa semakin dekat.

Vio menatapku, memberiku isyarat agar aku tetap tenang. Matanya seperti berkata, kalau semua ini akan baik-baik saja. Awalnya aku percaya, aku mencoba untuk lebih tenang, dan mulai menutup mata. Namun semua itu sirna bersamaan dengan suara langkah kaki yang mulai mendekat, lalu berhenti tepat dibelakang Vio.

"Kalian lagi ternyata"

....


"Saya gak akan bilang sama wali kelas kalian. Tapi ini harus jadi yang terakhir saya lihat kalian malam-malam masih di sekolah." ujar Pak Sahri

"Iya Pak. Terimakasih"

"Tapi Pak, maaf. Saya mau tanya, maksud Bapak bilang 'kalian lagi ternyata' itu, maksudnya apa ya Pak? Bapak pernah liat kita sebelumnya?" tanyaku penasaran.

"Iya. Ini udah ketiga kalinya saya lihat kalian. Cuma saya diam saja. Karena saya percaya sama kalian. Kalian gak akan berbuat aneh-aneh. Lagian saya tahu betul kamu kayak gimana Reyn." jelas Pak Sahri

"Tapi waktu tadi, pas senter saya gak sengaja ngenalin kalian, kalian malah sembunyi. Siapa coba yang gak curiga. Makanya tadi saya naik ke rooftop. Lagian kalian, malam-malam kayak gini ngapain coba masi di sekolah?" lanjut Pak Sahri

"Lihat senja," jawab Vio dengan tenangnya

"Senja?"

"Iya Pak. Senja di sini sangat indah"

"beneran? Ya sudah kalau gitu. Tapi tetap ya, besok-besok gak boleh lagi lewat dari jam 6 masih di sekolah." ujar pak Sahri memperingati.

"Iya Pak. Maaf ya Pak. Makasih juga gak laporin kita"

"Iya. Yasudah, pulang sekarang" pinta Pak Sahri.

Aku sangat-sangat berterimakasih karena Pak Sahri tidak melaporkan aku dan juga Vio pada wali kelas kami. Karena kalau sampai hal itu terjadi, ceritanya pasti akan panjang.

NATAVIO {SEGERA TERBIT}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang