Keenam

1.7K 178 2
                                    


Setelah pertemuannya dengan sang ayah, Gema menjadi sangat pendiam. meski sebelumnya dirinya memang sangat pendiam kini Gema bahkan menghabiskan waktunya hanya untuk melamun. dirinya bahkan berhenti dari pekerjaannya, kini dirinya tidak terlalu banyak mendapat perhatian. Bahkan seminggu setelah pertemuannya dengan sang ayah, dirinya pun tidak menemukan keberadaan Sastra di sekolah. dirinya khawatir jika terjadi sesuatu kepada Sastra tapi apa boleh buat dirinya pun tidak berani bertanya kepada siapapun. Kini Gema mencoba untuk berjualan di pinggir jalan setiap pulang sekolah, ya meski pendapatannya tidak sebanyak saat dirinya bekerja di restoran tapi apa boleh buat. dirinya merasa tidak memiliki semangat untuk bertahan hidup, dan hari ini entah hari ke berapa Gema tidak makan. perutnya yang sejak kemarin terasa sakit ia abaikan dan tidak ia isi sama sekali, mungkin dirinya hanya mengisinya dengan air mineral tidak dengan makanan berat. Gema setiap sepulang sekolah selalu berjualan donat buatannya, meski tidak seberapa penghasilan yang ia dapatkan dari berjualan itu. Gema berjualan pagi sebelum berangkat sekolah, terkadang donat buatannya di titipkan kepada ibu kantin di sekolahnya, meski pada awalnya tidak di ijinkan oleh pihak sekolah, tetapi dirinya berusaha untuk menjelaskan secara perlahan kepada kepala sekolah.

Seperti sore ini, dirinya berniat untuk menghampiri sebuah mobil yang sebelumnya memanggil dirinya untuk membeli donat buatannya. "Mas saya beli sepuluh ya."

Gema tersenyum. "Boleh pak, ditunggu sebentar ya." Gema mengeluarkan kantung plastik untuk menyimpan donat pesanan bapak-bapak yang ada di dalam mobil tersebut.

Tidak membutuhkan waktu lama, Gema kembali menghampiri mobil tersebut dan memberikan kantung yang berisikan donat tersebut. "Ini pak, selamat menikmati."

Bapak tua itu tersenyum dan memberikan uang selembar sepuluh ribu. "Terima kasih nak."

Gema menghela nafasnya lelah, sungguh hari ini sangatlah melelahkan. di sekolah tadi dirinya harus menelan kekecewaan karena hampir semua donat dagangannya yang akan dititipkan di kantin sekolah berakhir mengenaskan di dalam tempat sampah dan Gema tidak dapat marah kepada siapapun. Ingin menangis pun percuma karena tidak akan ada yang mengerti dirinya. Belum lagi tadi siang pemilik kontrakan meminta uang bayaran yang memang Gema sudah telat membayar selama satu bulan.

Dan bulan ini Gema harus membayar dua kali lipat dan Gema bersyukur karena hari ini uangnya sudah terkumpul dan dirinya berniat untuk membayar uang tersebut hari ini. Gema selesai berjualan pukul delapan malam dan kini dirinya baru saja tiba di kontrakannya setelah sebelumnya dirinya mampir ke rumah pemilik kontrakan untuk membayar kontrakan. dan kini uang yang dimilikinya hanya tersisa dua puluh ribu, perutnya sangat sakit dan ini mungkin hari ke tiga dirinya tidak mengisi perutnya.

"Uangnya sisa dua puluh ribu, kalo aku belikan nasi nanti aku tidak  ada pegangan. sepertinya malam ini jika tidak makan, tidak apa-apa. besok saja."

Gema memilih untuk mengabaikan rasa laparnya dan memilih untuk menutup kedua matanya, berharap rasa laparnya akan teralihkan dengan tertidur. Keesokan harinya, Gema bangun sangat pagi untuk membuat adonan kue lagi dan setelah itu dirinya bersiap memakai seragam dan berangkat ke sekolah.

Pukul setengah tujuh Gema baru saja tiba di kelas, sebelumnya dirinya pergi menuju kantin untuk menitipkan donat buatannya.

BYUR

Tubuh Gema basah oleh air yang Gema yakini itu adalah air pel yang terdapat di kelasnya. Gema menutup kedua matanya ketika mendengar suara tawa yang cukup membuat telinganya sakit. dirinya kesal dan lelah karena selalu di perlakukan seperti ini.

"Sorry Gem, lo ulang tahun kan hari ini? happy birthday ya.." Kata Safira, salah satu siswi yang berada di kelasnya.

Gema melirik dengan sinis Safira. "Maaf tapi ulang tahunku bukan hari ini."

Little Star [✔️]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang