Phugun mengurungkan niatnya untuk masuk ke kamar itu saat menatap wajah Kakek yang terlihat tidak suka melihatnya.
"Ini untukmu."
Tapi kemudian, Win datang dari belakang dengan nampan berisi bubur panas.
"Ini bubur." Ucapnya setelah Phugun menerima nampan itu.
"Bibi bilang, Presdir tidak makan banyak hari ini, dia juga tidak makan siang dengan benar. Jadi bagaimana jika kamu memberikan ini padanya Phu?"
"Dia mungkin juga tidak ingin memakannya jika melihatku." Jawab Phugun dengan wajah yang sudah berkeringat. Memikirkan kembali wajah kakek barusan.
"Phi tidak lihat bagaimana wajahnya baru saja saat melihatku?" Tambahnya membuat Win mengangguk paham.
"Kamu sangat takut rupanya."
Phugun mengangguk dengan wajah sedih.
"Kalau begitu aku yang akan memberikan makan malam ini, kamu bisa berjalan di sebelahku saja."
"Baiklah."
Phugun benar-benar merasa terbantu, mereka segera mengetuk pintu kembali dan masuk segera. Kakek sedang menutup matanya lagi sekarang.
"Presdir, aku membawakan makan malammu."
"Aku tidak lapar." Dia langsung menjawabnya meskipun matanya masih menutup.
"Bukankah aku sudah bilang pada bocah itu untuk pergi tadi?" Ucapnya kembali saat matanya terbuka dan melihat Phugun mengekor dibelakang Win.
"Dia harus tinggal disini untuk menjagamu, Presdir harus segera sembuh jadi anda bisa segera bertengkar dengan Hia. Jadi pastikan untuk memakannya." Win berkata dengan nada bersahabat sambil mengangkat meja kayu dan menaruhnya diatas selimut kakek.
Barusan dia bilang Hia? Batin Phugun merasa aneh, selama ini Win selalu memanggil Cirrus dengan sebutan Direktur.
Win juga membantu kakek untuk duduk, menempatkan buburnya dan menyerahkan sendoknya.
"Baiklah Uhuk, aku tahu Uhuk. Aku bisa makan sendiri, jadi kalian berdua pergilah."
Kakek bicara sambil terbatuk. Dia kembali menatap tajam ke arah Phugun.
"Pergilah atau kau akan merusak mood makanku."
Phugun semakin menciut ditempatnya, keringat dingin semakin bercucuran.
Jika kakek terus seperti ini, lupakan saja soal point positif, aku bahkan tidak bisa mengatakan satu katapun..
Mereka berdua segera menurut dan melangkah keluar, meninggalkan Kakek yang sedang memakan habis buburnya.
Win dan Phugun duduk di meja makan sambil meminum teh, ketika akhirnya Win memberikan tugas lain padanya.
"Dalam 30 menit, kamu bisa membawakan Obat untuk Presdir."
"Oh emh.. baiklah.." Phugun mengepalkan tangan untuk menambah semangatnya sebelum memasuki kandang harimau tua itu.
"Tapi ngomong-ngomong, tadi saat kita dikamar kakek, Phi Memanggil Phi Cir dengan sebutan Hia. Kalian berdua pasti sangat dekat." Ujar Phugun membuat Win menatapnya.
"Ah, Apa aku memanggil Direktur dengan sebutan itu? Mungkin karena aku didepan Presdir jadi tidak sengaja mengatakannya." Dia tersenyum menatap Phugun, mungkin ini waktunya sedikit bercerita.
"Itu karena kami sudah kenal sejak kecil. Aku tumbuh dirumah ini, Kakek mengadopsi ku agar Direktur memiliki teman untuk diajak bermain saat presdir bekerja."
KAMU SEDANG MEMBACA
MARRY ME [END]
RomanceCirrus seorang cucu dari pengusaha terkaya di Thailand terpaksa menikah dengan sahabat kecilnya Chanya. Tapi ketika hari H pernikahan Chanya justru kabur bersama kekasihnya, memaksa Cir untuk menemukan pengantin lain sesegera mungkin. Phugun adalah...