🟢Bab 19

739 38 0
                                    

Hai guys

Makasih yang udah mau baca dan vote, setitik dukungan kalian sangat berarti bagi saya🥲

Lagi gak pengen ngerandom sekarang.

Kalau kalian punya bahan lawak, bisa komen di sini. Siapa tahu saya ketularan ngelawak.

Asal jangan politik aja sih, cari aman🥲

Orang tua Erwin dan Thalita akhirnya kembali, di saat suasana kamar sedang dingin-dinginnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Orang tua Erwin dan Thalita akhirnya kembali, di saat suasana kamar sedang dingin-dinginnya.

"Memang begitu sistem kerjanya, tidak ada yang instan." Candra bercerita tentang pekerjaannya di luar kota pada besannya ketika masuk ke ruang rawat. Sama halnya dengan Tari juga Ratih, mereka seperti sedang merencanakan sesuatu.

Secepat kilat, Thalita mengubah ekspresi tegangnya menjadi senyum ceria.

"Hai," sapa Thalita.

"Gimana, Sayang? Kamu udah baikan?" tanya Ratih ketika berjalan mendekati putrinya.

"Baik dong, Ma," jawab Thalita. Sebisa mungkin menunjukkan senyum di bibir pucatnya.

"Eh, Thalita dapat bunga?" Tari bertanya ketika melihat buket besar di atas nakas.

Tiba-tiba dada Thalita sakit ketika bunga itu dibahas lagi. Namun, dia berusaha menyembunyikan kegelisahannya.

"Iya, Ma," jawab Thalita. Dia masih mempertahankan senyumnya.

Erwin yang melihat sikap Thalita pun tampak heran. 'Bagaimana dia bisa memasang topeng setebal itu di saat situasi yang genting?' pikir Erwin.

"Dari siapa?" tanya Tari.

"Dari Erwin." Thalita berbohong.

Semua orang tampak kaget memandang Erwin. Seolah baru saja mendengar berita keajaiban dunia.

"Erwin? Ngasih bunga? Gak mungkin, pasti ada yang salah," celetuk Candra yang paham betul sifat putra bungsunya. Romantis itu bukan sifat Erwin.

"Eh, gini-gini Erwin juga bisa romantis," kata Tari membela dengan bangga.

Para orang tua berdebat mengenai sikap Erwin yang berbeda. Sedangkan orangnya mulai sebal, cowok itu beranjak pergi.

Thalita memandang punggung Erwin yang menjauh dengan perasaan gelisah.

Thalita berkata dalam hati, 'Gue gak tahu apa yang lo pikirkan, tapi gue harap, lo masih bisa berpikir jernih.'

ISTRI RAHASIA ERWINTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang