5

7.2K 647 45
                                    

"Vea" lirih Xavier sambil meletakkan kepala Vea di pahanya, dan tangannya yang selalu mengelus wajah Vea lembut.

"Kamu udah janji, tidak akan tinggalin Vier!! Jadi ayo bangun, kamu harus menepati janjimu itu" seru Xavier sambil menepuk pelan pipi Vea.

Tapi saat menyentuh nadi Vea, membuat Xavier terkejut saat tidak merasakan nadi Vea yang berdetak. Dengan mata berkaca-kaca, Xavier menatap Vea tidak percaya.

"Kamu pasti bohongin aku kan? Ayo bangun Vea, Vier mau dengar suara Vea lagi" sedih Xavier dengan air mata yang bercucuran, tidak percaya kalau Vea meninggalkannya untuk selama-lamanya.

"Mereka jahat! Mereka udah hancurin hidupku" ucap putus asa Xavier sambil mendekap tubuh Vea erat, tidak peduli dengan darah yang mengotori bajunya.

"Mereka-" gantung Xavier, dengan mata yang menyorot tajam, dan penuh dendam, bahkan dia semakin mengeratkan dekapannya terhadap tubuh Vea.

"AKU BERSUMPAH, AKU AKAN MEMBALAS MEREKA DENGAN SANGAT KEJAM!! AKU AKAN MEMBUAT MEREKA MERASAKAN NERAKA DI DUNIA INI!! AKU AKAN MENGHANCURKAN SEMUA ORANG YANG MEREKA SAYANGI!!" teriak penuh amarah Xavier, bahkan awan yang semulanya cerah menjadi mendung, dengan petir dan guntur yang saling bersautan.

"Aku akan membalas mereka Vea!! Aku bersumpah, karena mereka telah merebut kamu dariku!! Kamu adalah segalanya bagiku, tapi mereka merebutnya dariku" gunam Xavier di telinga Vea, dan mengecup kening Vea lama.

"Mereka harus menderita sama sepertiku" tekad Xavier dengan penuh kemarahan.

"Apa kamu tahu Vea? Kalau dulu saat aku menjadi budak, aku hampir di perkosa oleh seorang pria" ujar Xavier dengan berjalan sambil menggendong Vea, dan menceritakan kehidupannya dulu, walau sama sekali tidak ada jawaban apapun dari Vea yang sekarang sudah meninggal.

"Tapi aku bisa kabur darinya, namun saat aku pulang, aku malah mendapat siksaan yang sangat kejam untuk anak di bawah umur sepertiku" lanjutnya dengan penuh kemarahan, saat mengingat kembali masa kelamnya dulu.

"Saat itu aku hanya bisa diam saja, tapi sekarang aku tidak akan diam saja, karena mereka telah membuatmu seperti ini" ujarnya sambil menatap sendu wajah Vea yang sudah memucat, bahkan air matanya tiba-tiba turun begitu saja, tapi dengan cepat dia menghapusnya kembali, karena dia tidak mau kelihatan lemah untuk sekarang.

"Ini desa tempat mereka tinggal Vea" ucap Xavier sambil melihat sekeliling yang penuh dengan orang yang sedang berbahagia entah karena apa itu.

"Berbahagialah sekarang, karena aku akan merampas kebahagiaan itu" geram Xavier saat mereka sedang bahagia, tapi dirinya merasa sedih karena Vea meninggalkannya.

Saat melihat mereka tertawa bahagia saat menyiksa budak, tapi Xavier tidak peduli, karena tujuannya adalah menghancurkan mereka semua. Apalagi saat Xavier melihat dua pria yang dia yakini membuat Vea meninggalkannya, sedang tertawa tanpa beban, dan itu membuat Xavier bertambah murka, bahkan aura gelap sekarang sudah menyelimuti tubuhnya, dan dengan mata yang sudah sepenuhnya bewarna hitam.

Wush

Xavier berjalan dengan sangat cepat seperti kilat, dan menebas kaki mereka semua yang ada di desa itu dengan pedang yang terbuat dari elemen kegelapannya, bahkan para budak juga tidak lepas dari kemarahannya.

Srek

Arghh

Tolonggg

Sakitt

Suara teriakan kesakitan yang saling bersahutan di sana, membuat Xavier yang sedang bersembunyi di bawah pohon tersenyum bahagia.

"Lihat Vea, itu hanya permulaan saja, karena sebentar lagi mereka akan merasakan rasa sakit yang sangat luar biasa, karena pedang tadi bukan pedang biasa, itu pedang dari elemen kegelapan dan pedang itu juga mempunyai racun yang sangat mematikan jika sudah menggores seseorang" ujar Xavier bahagia sambil menatap lembut Vea, tapi tidak lama tatapannya berubah menjadi penuh dengan kesedihan.

"Aku berharap kamu hidup kembali Vea" sedih Xavier.

Xavier mulai melihat semua orang yang teriakannya semakin kencang, dan itu membuat Xavier berbinar, dan semakin ingin membunuh orang lebih banyak lagi karena dia sangat suka dengan teriakan kesakitan para korbannya.

Berpikir untuk membunuh banyak orang lagi, membuat Xavier menjilat bibir bawahnya, tidak sabar untuk mewujudkan pikirannya itu, tapi tiba-tiba terdengar suara yang membuat Xavier terkejut, dan langsung waspada dengan orang di depannya.

"Siapa kau?" bentak Xavier tanpa rasa takut sama sekali.

"Mau kah kamu menjadi muridku?" tanya pria yang berada di depan Xavier sambil memakai jubah hitam, dan topeng yang menutupi wajahnya.

"Aku tidak mau" tolak Xavier dan kembali melihat orang-orang yang berteriak kesakitan, melihat itu senyum Xavier kembali terukir di wajahnya.

"APA YANG KAU LAKUKAN??" bentak Xavier saat semua orang tiba-tiba jatuh ke tanah, dan dia yakin kalau pria di sampingnya yang menyebabkan semua ini.

"Aku membunuh mereka semua!! Dan apakah kau mau menjadi muridku?" tanyanya kembali.

"Kenapa harus aku? Cari saja orang lain" kesal Xavier saat dia tidak melihat orang-orang berteriak kesakitan lagi.

"Kendalikan nafsu membunuhmu itu!! Dan aku memilihmu untuk menjadi muridku, karena kau mempunyai elemen kegelapan, bahkan mana di dalam dirimu juga banyak, berbeda dengan yang lain" jelasnya, tapi masih mendapat pertolakan dari Xavier.

"Kalau begitu-" saat pria itu akan pergi, dia menyadari kalau sedari tadi Xavier menggendong tubuh mungil Vea, dengan wajah Vea yang di sembunyikan di dadanya.

"Gadis ini" saat akan menyentuh Vea, Xavier dengan cepat menjauh darinya.

"Jangan sentuh Vea" peringat Xavier.

"Kenapa tidak boleh? Bukankah itu hanya mayat, dia juga sudah matikan?" ujar pria itu santai, yang membuat Xavier kembali diselimuti kemarahannya.

"Hehehe apa kau ingin gadis kecil di gendonganmu hidup kembali?" lanjutnya yang membuat Xavier menatapnya tidak percaya.

"Apakah bisa?" tanya Xavier ragu sambil menatap wajah Vea.

"Tentu saja bisa!! Berikan rubuhnya kepadaku" ujarnya, yang langsung di turuti Xavier tanpa ragu, karena sekarang pikirannya hanya ingin Vea kembali kepadanya lagi.

Saat pria itu melihat wajah Vea, entah kenapa wajahnya menjadi tegang, dan menghilang begitu saja sambil membawa tubuh Vea, dan meninggalkan Xavier yang marah karena tindakannya.

"KEMBALIKAN VEA KEPADAKU BAJINGAN" teriak Xavier seperti orang kesetanan, bahkan pohon di sekitarnyapun menjadi samsak baginya, bahkan sampai pohon itu terjatuh karena kuatnya pukulan Xavier yang tangannya di lapisi elemen kegelapan.

"ARGGHH SEMUA ORANG SAMA SAJA!! MEREKA TIDAK BISA DI PERCAYA" marah Xavier sambil menghancurkan sekitarnya, sampai membuat amarahnya mereda, walau dia juga masih marah dengan dirinya sendiri yang dengan mudahnya memberi tubuh Vea kepada pria dewasa tadi.

"Bodoh! Kenapa aku sangat bodoh dnegan mempercayai orang lain, seharusnya aku hanya mempercayai Vea saja" rutuk Xavier sambil menarik rambutnya kasar.

"Vea tunggu aku, aku pasti akan merebutmu dari pria itu, meskipun kamu sudah mati, tapi aku akan berusaha menghidupkan kamu lagi apapun caranya, walaupun aku harus mengorbankan nyawa orang yang tidak bersalah sekalipun" tekad Xavier sambil mengepalkan kedua tangannya.

Sedangkan pria tadi yang di temui Xavier sekarang berada di istana yang sangat sunyi dan gelap, bahkan tidak ada cahaya matahari yang menyinari istana itu, padahal hari belum menunjukkan tanda-tanda akan bergantinya malam.

"Putriku" lirih pria itu sambil menatap sendu wajah Vea yang sudah pucat.

"Kamu harus hidup kembali! Putri ayah harus hidup kembali demi ayah" ujar pria itu sambil mencium kening Vea penuh kasih sayang, sebelum membaringkan tubuh Vea ke atas kasur.

"Seharusnya aku tidak melenyapkan mereka dengan mudah!! Seharusnya aku memberi siksaan kepada mereka yang berani membuat putriku tiada" geram pria itu yang membuat suasana istana itu semakin menakutkan, bahkan aura yang di keluarkannya lebih pekat daripada Xavier.

Vea~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang