❝ Happy Reading ❞
Arkie semakin mengikis jarak diantara keduanya. Lalu menoleh kearah tangga rumah Eksha, untuk memastikan tidak ada orang yang tiba-tiba datang. Kemudian digenggamnya salah satu tangan putih milik Eksha.
"Soal kerja yang kakak lu bilang tadi?"
Jantung Eksha berdegup kencang, dan tidak ingin menatap manik legam Arkie. Padahal cuma digenggam doang, tubuhnya sudah merasa merinding dan pipinya kembali demam.
"Iyalah, maksudnya apa coba?"
"Oke, oke. Jadi sebelumnya gue minta maaf baru bilang hal ini ke elu. Soalnya gue juga kaget ternyata bos gue itu kakak lu" papar Arkie sambil menatap wajah pemuda blonde dihadapannya ini.
Eksha menoleh, dan memberanikan diri untuk menatap mata sang kekasih. Hanya untuk memastikan tidak ada kebohongan yang tersirat.
"Waktu itu gue lagi bener-bener bingung, ya karena masalah spp itu. Pas gue ngelewatin restoran milik kakak lu, gue gak sengaja ngeliat lowongan pekerjaan jadi buruh cuci. Awalnya gue mikir itu pasti gajinya kecil dan belum tentu bisa lunasin spp gue. Tapi karena keadaan, gue akhirnya mutusin buat lamar kerja disana. Dan untungnya ketemu kakak lu yang baik banget, dan kalo bukan kakak lu yang bantu. Gatau lagi gue harus gimana" ungkap Arkie.
Sedangkan Eksha dengan seksama menyimak penjelasan yang keluar dari mulut pacarnya. Perasaannya tiba-tiba menjadi tidak enak. Selama ini dia sering mengeluh, tapi ketika melihat Arkie yang tiada henti untuk mendapatkan sepeser uang, hatinya merasa bersalah.
Dipandanginya dalam diam wajah Arkie. Wajah yang seharusnya merasakan kebebasan diusianya, malah harus bekerja demi menghidupi dirinya. Eksha tertegun sesaat.
"Terus lu kerja dari jam berapa?" tanya Eksha.
"Em... jam 8-10 kadang sampe jam 11 malem. Soalnya sore gue harus kerja juga di bengkel kan" tutur Arkie sambil meletakkan kepalanya dibahu Eksha.
Arkie hanya ingin bersandar untuk membubarkan penat yang dia rasa hari itu. Sebelumnya, dia bahkan tidak punya tempat untuk 'pulang', apalagi untuk bersandar. Sekarang, Arkie merasa sangat beruntung dalam hidupnya. Dia tau kemana harus 'pulang' dan tau kemana kepalanya harus diletakkan.
Eksha menghembuskan napas dan menatap TV dengan kosong. Namun, dia tidak keberatan saat Arkie bersandar kepadanya.
"Capek ya?" tanya Eksha dengan pelan.
"Em.. tapi sekarang ngga, apalagi kalo lu maafin gue"
"Kan gue udah maafin lu"
"Belum, karena gue belum ngasih penjelasan yang terakhir"
Eksha menegakkan tubuhnya, sehingga Arkie ikut menjadi duduk dengan tegak. Eksha menoleh ke samping. Dia tau, itu perihal Merlinda. Jujur dia ingin mengetahui siapa Merlinda itu, sampai-sampai Arkie sebegitunya kepada tuh cewek.
"Yaudah jelasin"
"Merlinda itu temen gue waktu SMP di Pekalongan"
"Terus?"
"Yaudah itu aja, maaf perihal gak balas chat waktu itu. Merlinda maksa gue buat bantuin dia pindahan ke kost. Sampe malem, dan gue kecapean. Sampe kost langsung tepar deh" jelas Arkie.
Eksha hanya mengangguk-angguk kepalanya. Nah kalo udah jelas seperti ini, dia jadi lega. Cuma masih kesel dikit, dikit doang. Tapi syukur lah Arkie ada kemauan untuk meluruskan hal tersebut. Jika tidak, Eksha akan semakin uring-uringan.
"Jelas kan?"
"Em" Eksha mengangguk dan tersenyum.
Arkie yang melihat senyuman yang sudah menjadi favoritnya. Dia menggeser tubuhnya mendekat kearah Eksha. Di letakkan kepalanya lagi ke bahu kecil tersebut. Satu kata yang menggambarkan perasaan Arkie saat itu, nyaman.
"Oh ya lu kesini naik apaan? Gak mungkin dong lu ngayuh sepeda lu sampe sini?"
Arkie yang sebelumnya memejamkan matanya, kembali membuka matanya. Dia tadi meminjam motor salah satu kawannya. Betapa paniknya waktu Eksha memblokir nomernya, dan jangan tanya bagaimana Arkie mengetahui alamat rumah Eksha. Itu hanya rahasianya.
"Oh pinjem punya temen"
"Gak dicariin?"
"Lu ngusir gue?"
"Ih nggaaa, kan cuma bilang doang. Emang gak dicariin?" panik Eksha.
"Kalo emang dicariin ya biarin.. Yang penting sekarang gue sama lu."
Eksha terkekeh dan menyenggol lengan Arkie. Bisa aja nih Arkie, padahal lagi serius juga. Tapi Eksha suka, suka ketika Arkie berkata-kata manis seperti itu. Bilang aja Eksha alay, maklum baru pertama kali pacaran. Dan baru pertama kali juga diberi kata-kata manis seperti itu.
"Nyenyak tidurnya?" Arkie semakin menggeser kepalanya hingga surai legamnya mengenai leher Eksha. Hal tersebut membuat Eksha sedikit kegelian.
"Nyenyak bangettt" seru Eksha.
"Pantesan dua jam gak bangun-bangun"
"Hah?? lu udah dari tadi disini?"
Arkie mengangguk pelan sambil memejamkan matanya lagi.
"Ya kan bisa minta tolong uti gue atau kakak buat bangunin."
"Gapapa untung-untung cari muka di keluarga lu"
"Dih! Jadi ini ngapelin gue?"
"Niatnya sih sekalian minta restu, cuma kata nenek lu, mama sama papa lu lagi pergi. Jadi ditunda dulu" enteng Arkie.
Jangan tanya bagaimana rupa Eksha sekarang. Dia hanya bisa menggigit bibir bawahnya untuk menahan perasaan aneh yang bergemuruh didadanya.
"Lu kalo kayak gitu kayak mau ngelamar gue anjir"
"Mau?" Arkie membuka matanya dan mendongak untuk menatap mata coklat khas seorang Eksha.
"Ngaco banget dah!" Eksha mendorong tubuh Arkie menjauh, sedangkan Arkie hanya tertawa kecil. Cara gampang mengetahui bagaimana Eksha salting. Pasti dia akan bermain dengan fisik. Arkie tidak apa-apa, malah menurutnya Eksha itu lucu ketika salting.
"Mau pulang." Arkie berdiri dan meregangkan tubuhnya. Eksha ikut berdiri dan menatap sang kekasih dengan tatapan seakan-akan menyuruh Arkie untuk disini lebih lama.
"Masih jam 9 lebih..." lirih Eksha.
"Kenapa, mau gue disini terus?" Arkie tersenyum tipis, sambil tangannya terangkat untuk menepuk-nepuk kepala dengan surai blonde itu.
Eksha hanya diam namun bibirnya bergerak-gerak, seakan membenarkan tawaran Arkie tersebut.
"Udah malem, gak enak juga tuh sama nenek lu." tutur Arkie dengan gemas ketika melihat raut muka Eksha yang kembali cemberut.
"Yaudah"
"Jangan cemberut gitu, iya kapan-kapan kesini lagi kok."
"Hmm.."
"Besok juga ketemu kan."
"IYAAA IYAA, DAH SONO PULANG!!"
tbc... voment + follow
✎ nv -16/01/24
KAMU SEDANG MEMBACA
Enchanted ✔️
Novela Juvenil⚠️ BL "Gue miskin, Sha." -Arkie Wibowo. "Gue bisa ngasih lu apapun." -Eksha Maliksya. "Gue gak punya hal yang bisa dibanggain." -Arkie Wibowo. "Gue selalu bangga sama lu." Eksha Maliksya. Kisah anak pemilik sekolah yang selalu bergelimang harta dan...