23. Rencana Akan Gagal

655 53 12
                                    

"Tadi adek minta main kerumah ayah gak dibolehin sama papa, papa meluk adek erat, adek minta lepas jika gak dilepasin pelukannya adek mau ikut ayah dan tinggal bersama ayah selamanya, dari situ papa udah mulai nangis histeris," jelas mama awal mula trauma papa kambuh

Gio, Dafin, Erlan, Gilang dibuat semakin takut atas kejadian yang menimpa ini, mereka takut kejadian ini terulang lagi nanti, senang ketika papanya udah sembuh dari trauma, dan tiba-tiba trauma itu kembali lagi.

"Gio, Dafin, Erlan, Gilang mama minta maaf ya gara-gara tadi trauma papa..." ucap mama meminta maaf belum selesai tapi udah dipotong duluan oleh Dafin

"Ma it's okey gak perlu minta maaf terus, ini bukan kesalahan mama maupun adek, mungkin papa aja yang belum bisa lupain masa lalunya dan berakhir traumanya muncul kembali, papa dulu memang sangat menginginkan seorang anak perempuan, dan ketika mendengar mama hamil perempuan papa senang banget, setelah kejadian itu papa sangat terpukul, dan ketika adek minta tinggal sama ayah papa mungkin takut banget untuk kehilangan kedua kalinya ma, papa takut gak bisa ketemu adek lagi," potong Dafin cepat agar mamanya tidak merasa bersalah terus menerus

"Ma, Gio mau ke kamar dulu buat ganti baju dan juga istirahat sebentar, jika nanti papa sudah bangun dan mencari adek Gio mohon jangan bawa adek dulu ke hadapan papa nanti yang ada adek tambah drop," ucap Gio diangguki mama

"Ma kami juga mau ke kamar dulu ya," ucap Dafin, Erlan, Gilang secara bersamaan dan lagi-lagi mendapat anggukan dari mama

Suasana ruang keluarga kini menjadi sunyi hanya tersisa Mama, Radit sama Rio itu pun pada sibuk sendiri-sendiri, Mama sibuk melamun memikirkan trauma suaminya, Radit sibuk dengan HP yang ada digenggamannya, sedangkan Rio juga sama sibuk dengan HPnya, hening setengah tiba-tiba dikejutkan dengan bunyi ayam yang berkokok seperti dipagi hari, tapi itu bukanlah ayam asli melainkan suara ayam yang berasal dari HP Rio. Seketika Rio merasa bersalah membuat Mama terkejut dan hanya bisa minta maaf dan menggaruk pipinya yang sebenarnya tidak gatal sama sekali.

Rio menatap layar HPnya siapa yang menelfon dirinya disaat suasana yang penuh ketegangan ini, baru saja Rio melihat nama yang tertera langsung melotot terkejut, bisa habis setelah ini Rio kena amukan dari kedua orang tuanya. Rio melihat jam yang menempel didinding lagi-lagi melotot terkejut, jam sudah menunjukkan pukul 10.30 yang mengharuskan Rio segera pulang cepat, setelah pulang sekolah cepat kemarin Rio belum sempat memberi kabar orang tuanya, bagaimana mau memberi kabar Rio sendiri disini sangat panik dan juga takut mendapat hukuman yang tidak main-main alhasil sampai lupa kan memberi kabarnya.

"Ma, Rio pulang dulu ya Daddy neror terus suruh pulang cepat," pamit Rio gugup karena takut nanti gimana nasibnya ketika sudah sampai rumah

"Iya hati-hati dijalan, kalau Daddy kamu marah jawab aja habis nginap dari rumahnya Papa Winarto, kalau tetap gak percaya langsung telfon Mama ya biar Mama yang jelasin nanti," ucap Mama yang diangguki oleh Rio

"Ya udah Ma, Rio pamit pulang ya, Radit ayo pulang," pamit Rio langsung menarik tangan Radit tidak sabaran


"Gak gak gue gak mau ikut lo, gue mau tetap disini,'' tolak Radit berusaha melepas tangannya yang ditarik paksa Rio

Rio yang sangat kesal mendapat tolakan langsung menatap Radit tajam dan berbisik tepat ditelinga  Radit. ''Berani nolak detik ini juga nama lo masuk di Kartu Keluarga gue.'' Radit terkejut mendengar ancaman itu, jangan sampai itu terjadi bisa-bisa kebebasannya terenggut nanti. Radit gak mau seperti Diyah yang harus terkekang disangkar  emas yang keluarganya buat, Rio saja kadang yang sebagai putra bungsu menolak jika keluarganya memperlakukannya seperti anak kecil, apalagi dirinya yang sudah hidup bebas sejak 4 tahun lalu tiba-tiba kebebasannya berubah jadi sangkar emas.

Fatimatussa'diyah (ON-GOING)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang