Bab 3

2 2 0
                                    

Berlari dari teras menuju dapur untuk menghadap kepada Ibunda ratu. Sebenarnya Arka sudah feeling akan ada sesuatu yang tidak terduga pada dirinya, tidak biasanya Disa memanggil dia sampai teriak begini.

"Iya bu, ada apa?" tanya Arka.

"Kamu hapus nomor Aidan, benar?" tanya Disa.

"Iya bu benar, tapi aku hapus nomor Aidan supaya Lea ngga main terus sama dia bu," jawab Arka.

"Kamu kan bisa bicara ke Ayah supaya menyuruh Lea tidak pergi main terus dengan Aidan. Ibu menyuruh kamu untuk menjaga Lea bukan melarang Lea melakukan semua hal. Kamu tahu kan jika Aidan sahabat Lea, jadi tidak mungkin Aidan akan berbuat hal yang ngga baik pada Lea, terlebih tante Fika sahabat mamah sekaligus tetangga kita," jelas Disa.

Menarik nafas, "Biarkan Lea berteman dengan Aidan. Ibu percaya kepada mereka berdua tidak akan melakukan hal yang ngga baik," lanjut Disa

Lea yang mendengar hal tersebut tersenyum senang, dia lega karena bisa pergi keluar selain dengan Arka. Jika dengan kakaknya selalu saja Arka akan melarang banyak hal.

"Tapi jangan senang dulu Naifa Azalea, kamu boleh saja berkomunikasi lewat handphone dan dibolehkan main bersama Aidan jika Arka ikut dan kamu izin ke Ayah dan Arka. Mengerti?" ucap Disa.

"Eh hah,,,emm iya bu," jawab Lea.

Arka merasa lega karena adiknya masih bisa dia pantau tidak dibiarkan bebas seperti yang dia takutkan. Bagaimanapun juga yang namanya cowo itu tidak bisa dipercaya, meskipun dia juga laki-laki, dia juga sadar kalau dirinya sering kali pernah membuat wanita kecewa.

Beberapa jam kemudian ibu-ibu mulai berdatangan memasuki rumah Disa dan yang ditunggu oleh Lea pun akhirnya datang juga. Tante Fika yang datang di antar oleh Aidan, seperti tiap bulannya.

Seperti melihat hadiah saat melihat Aidan datang, dengan senang hati Lea keluar rumah lewat pintu samping untuk menemui Aidan. Arka yang memantau adiknya berlari untuk menemui Aidan hanya tersenyum. Dia sangat takut adiknya yang ceria dan banyak omong disakiti oleh laki-laki.

"Aidan," panggil Lea dengan senyum mengembang.

"Eh, hai Zalea," sapa Aidan.

"Lo mau nangkring terus dimotor?" tanya Lea.

"Ya mau duduk dimana lagi coba, niatnya juga gua mau pergi ini," jawab Aidan.

"Kemana? Sama siapa terus ngapain? Baru aja lo dateng ke rumah gue, emang lo ngga seneng ketemu gue? Apa lo udang ngelupain gue sebagai sahabat lo, karena gue kemarin nolak pulang bareng sama lo?" cerocos Lea.

"Busettt mikirnya itu loh, gua mau beli sepatu. Gua juga ngga marah karena kemarin pokoknya ngga seperti apa yang lu takutin. Gua mau pergi nih, ikut ngga?" ucap Aidan.

"Pengin ikut, tapii... " Lea berbalik ke belakang melihat Arka.

Aidan pun langsung paham, "Ya udah gua yang bilang ke Arka," dia berjalan ke Arka untuk meminta izin. Walaupun dia tau Arka pasti tidak akan membolehkan adiknya pergi denganya.

"Arka gua mau pergi beli sepatu, Zalea boleh ikut ngga?" tanya Aidan.

"Boleh, asalkan handphone kalian aktif, jangan kelamaan, jangan macem-macem sama adik gue.Kalau sampai adik gue lecet lo bakal dapet hukuman dari gue," kata Arka.

"Siap ka, gua bakal jaga Zalea," jawab Aidan.

Arka mengangguk lalu menepuk pundak Aidan sebagai arti dia percaya padanya. Melihat dari ekspresi Arka menatap ke arah Lea, dia tau jika kakaknya mengizinkan dia pergi bersama Aidan, seperti yang dia duga setelah mendapat peringatan dari Disa tadi.

NOT SENSETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang