اَللّـٰـهُمَّ صَلِّ عَلٰى سَـيَّدِنَا مُحَمَّدٍ♡
Selamat hari Sabtu untuk kalian yang selalu menunggu update-an ceritaku. Yuhuuuu😋
Jangan lupa vote dan komentarnya ya guys! Gak akan bikin kalian rugi kok. Justru itu yang bikin aku semangat buat update demi kalian jugaa.
Oke, vote nya woyy jangan lupa😭
Happy reading!
***
Setelah sepakat dengan anggota OSIS, aku dan lima rekanku sebagai mahasiswa magang, akan membantu persiapan untuk HUT RI yang akan diadakan beberapa hari lagi. Kami akan menghias area sekolah agar terlihat cantik. Minggu pagi ini, aku akan pergi ke pasar untuk membeli keperluan yang akan dipakai untuk menghias sekolah.
Aku akan berangkat bersama Indah, Nadia dan Farhan. Hilda mengatakan tidak bisa ikut karena ada urusan yang tak bisa ditinggal. Sementara Huda tidak bisa dihubungi sejak malam. Mereka berdua memang si paling sibuk, makanya hadir di sekolah pun saat jadwal mengajar saja.
Pukul 6 pagi, aku sudah siap untuk berangkat. Aku akan nebeng pada Farhan karena Indah sudah pasti akan membonceng Nadia. Tapi aku meminta saat menjemputku, Nadia dibonceng Farhan. Karena jika Bapak melihatku diboceng laki-laki di depan rumah, bisa-bisa aku kena ceramah. Dan akhirnya akan sulit bagiku untuk keluar rumah.
Sebelum pergi, aku menghampiri Ibu yang sedang mencuci baju. "Bu, aku mau ke pasar sama temen-temen. Mau beli keperluan buat ngehias sekolah. Ibu mau nitip beli sesuatu?"
Ibu yang sedang membilas pakaian di mesin cuci itu menoleh. Kemudian ia membersihkan tangannya yang dipenuhi sabun. "Tunggu sebentar Ibu catat dulu apa yang perlu dibeli."
"Oke, Bu. Aku tunggu di ruang tamu." Aku bergegas menuju ke ruang tamu. Aku mengirim pesan pada Nadia jika aku sudah siap. Gadis itu membalas, dia sedang otw dengan Farhan dan Indah.
Selang beberapa menit, Ibu memberikan secarik kertas yang berisi daftar belanjaan dan sejumlah uang. "Kamu nanti nebeng siapa?"
"Nebeng ke Indah,"
"Oh, iya. Kalau misal nebeng ke laki-laki pokoknya kamu hati-hati. Harus jaga diri!" kata Ibu tegas.
"Iya, Bu. Tenang aja,"
Tin! Tin!
Suara klakson motor terdengar dari depan rumah. Aku langsung menyalami Ibu dan pamit pergi. Ternyata tak hanya Nadia, Indah dan Farhan yang ikut ke pasar. Ada Ajun yang membonceng Ravi, juga Asep yang membonceng Farid.
"Ini mau ke pasar atau apa? Kok rame-rame gini?" tanyaku dengan tawa rendah.
"Aku sekalian belanja buat isi koperasi pesantren, Kak. Tapi nanti Zaidan juga bakal nyusul. Mungkin sama Harun," ucap Ajun.
"Harun?"
"Iya, Andre semalem sakit jadi gak bisa belanja hari ini. Kan dia yang biasa belanja buat koperasi sama minimarket pesantren. Hilman gak bisa keluar karena ada urusan lain,"
Hatiku tiba-tiba merasa senang, entah kenapa aku yakin jika nanti pasti akan bertemu Harun. Lalu dia akan membantuku membawa belanjaan. Duh, kok jadi halu yaa.
"Nah kan, langsung senyam-senyum tuh si Senja," cibir Farhan.
"Yee, berisik lo, Bambang!" kataku ketus.
Aku segera naik ke motor Indah dan kami pun langsung melaju membelah jalanan yang cukup ramai pagi ini. Kalau hari minggu bukan ramai karena kendaraan. Melainkan banyaknya orang yang sedang lari pagi. Aku juga biasa lari pagi dengan Tiwi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Senja Bersamamu
Novela Juvenil⚠️Wajib follow sebelum baca ⚠️ Jangan lupa tinggalkan jejak, minimal vote *** "Senja selalu membuatku terus menyukainya. Karena dia selalu memberiku kehangatan dan ketenangan di saat dunia memberiku banyak masalah." -Harun. "Jika aku bukan senja yan...