Chenle berjalan sendirian menuju sebuah minimarket yang tak jauh dari asrama, sekarang sudah menunjuk pukul sembilan malam dan ia baru ingat memiliki tugas prakarya untuk di kumpulkan besok, ia terpaksa keluar di malam hari untuk membeli bahannya. Sebenarnya Jisung menawarkan diri untuk menemaninya namun ia dengan lembut menolaknya, ia tidak perlu untuk di temani karena tempatnya memang dekat.
Saat keluar dari halaman Asrama ia melihat sebuah mobil Van yang terparkir di depan gerbang Asrama. Tanpa menaruh curiga Chenle berjalan mendekat, berfikir disana mungkin ada seseorang yang sedang menunggu seseorang keluar dari Asrama.
"Permisi, kau menunggu seseorang?" Tanyanya pada dua pria yang berdiri di sisi kanan mobil
Ketika kedua orang itu berbalik menatapnya, Chenle membulatkan matanya kaget melihat siapa kedua orang tersebut. Ia berniat untuk kabur namun salah satu dari mereka menarik tangan Chenle kuat hingga pemuda itu hampir terjatuh.
"Tolong-" pria itu segera membekap mulutnya dan mendorong pemuda itu kedalam mobil lalu membawanya pergi entah kemana. Pemuda itu terus memberontak hingga tenaganya habis dan pingsan.
Pemuda itu membuka matanya pelan, membuka lalu menutupnya lagi sampai ia terbiasa dengan cahaya lampu yang menerangi ruangan yang penuh dengan barang bekas. Pemuda itu menengok ke sekeliling ruangan untuk memastikan ia saat ini berada dimana sampai ia teringat kejadian terakhir kali yang di alaminya sebelum berada di ruangan yang seperti gudang.
"Sial," gumamnya lalu berusaha melepaskan tali yang mengikat kedua tangannya di belakang. Pemuda itu terus berusaha namun tidak membuahkan hasil karena ikatannya sangat kuat.
"Sudah sadar ternyata," ucap seseorang yang baru saja membuka pintu. Wanita paru baya itu berjalan mendekati Chenle yang terduduk di lantai dingin dengan tangan terikat, "sudahkan bersenang-senangnya?," tanya wanita itu tersenyum menyebalkan
"Apa mau mu?" Tanya Chenle marah
"Hey, apa kau tidak rindu dengan ibumu ini?"
"Kau bukan ibuku dan selamanya akan tetap seperti itu,"
"Dasar anak tidak tahu diri, sia-sia aku membesarkanmu selama ini, ternyata kau adalah duri dalam rumah tangga ku," sarkas wanita yang merupakan ibu tiri Chenle.
"Apa maksudmu?,"
"Setelah seenaknya kau kabur dari rumah dan tinggal di asrama jelek itu ayahmu juga tidak pernah kembali ke rumah dan menyalahkanku atas kepergianmu, dan sekarang ayahmu ingin lima puluh persen hartanya jatuh padamu dan aku tidak akan pernah membiarkan itu, seluruh harta keluargaku harus jatuh pada tangan anak kandungku, bukan anak tiri sepertimu," ujar wanita itu penuh amarah.
Memang benar selama ini Chenle kabur dari rumah dan memilih tinggal di asrama karena tidak tahan dengan sikap ibu tirinya yang memperlakukan dia seperti pembantu. Chenle tahu ayahnya menyayanginya namun pria itu terlalu sibuk hingga tidak pernah ada waktu untuk mengurus anaknya. Ia tidak tahu apa saja yang di alami sang anak ketika berada di rumah maupun di sekolah.
"Kau menculikku hanya untuk mengatakan itu?"
"Tentu tidak, aku ingin kau mati, kau hanya menjadi beban dalam keluargaku, dengan tiadanya kau di dunia ini mungkin suami ku akan kembali ke rumah Kami," ucap wanita itu dengan senyuman iblisnya. Ia melangkah mendekati Chenle yang masih terduduk di lantai.
"Dan ku harap itu tidak akan pernah terjadi, ayah justru akan membecimu dan menceraikanmu,"
"Jaga mulutmu bocah sialan," wanita itu menampar Chenle dengan keras sampai sudut bibir pemuda itu robek dan berdarah
"Kau wanita iblis, kau yang salah sehingga suamimu berselingkuh, dan sekarang kau bertindak seolah kau adalah korban sendirian,"
"Tau apa kau sialan?"
Chenle menatap wanita itu sambil tersenyum sinis, "Aku mengetahui segalanya, aku tau mengapa Ayah sampai berselingkuh dan itu karena ulahmu sendiri, kau mengkhianati ayah dengan pergi bersama laki-laki yang merupakan rekan bisnis ayah, kau yang lebih dulu berselingkuh bahkan kau juga mengangkang untuk lelaki sialan,"
"Diam sialan,"
"Kenapa?, apa aku benar?, ayah berselingkuh karena kau tidak pernah lagi melayaninya dan malah melayani lelaki lain, ayah tidak meninggalkanmu karena dia tidak ingin anaknya menjadi sosok yang tidak mendapatkan kasih sayang seorang ayah, dan sialnya aku dan ibuku yang harus menjadi korban untuk dosa yang kalian perbuat,"
"Jangan mengarang cerita, kau bahkan belum lahir saat itu,"
"Kau tahu kan aku di asuh oleh pembantu yang kau pecat beberapa bulan yang lalu?, dia adalah saksi atas semua yang terjadi dan kau pasti tau siapa yang mengatakannya padaku?, dia yang menceritakan semuanya padaku."
"Hentikan omong kosong mu, aku tidak akan membiarkanmu tetap hidup, kau harus lenyap dari muka bumi ini,"
Wanita itu mengeluarkan sebuah pisau lipat dari saku celananya dan perlahan menyayat wajah pemuda yang sekarang berteriak kesakitan. Wanita itu membekap mulut Chenle agar tidak ada yang mendengar suaranya karena saat ini mereka berada di gudang penyimpanan barang bekas yang tidak kedap suara. Bisa saja ada salah satu pembantu yang mendengar suaranya.
"Diam sialan," pekik wanita tua itu
Chenle menggigit tangan yang membekap mulutnya dengan keras sampai wanita itu melepas tangannya dan mengadu kesakitan. Chenle menjadikan itu kesempatan untuk mengambil pisau yang terjatuh ke lantai dengan tangan yang masih terikat. Dan dengan susah payah ia mengiris tali dengan tangan terikat sampai tali itu putus lalu membuka tali yang juga mengikat kakinya.
Setelah berhasil lepas dari ikatannya, Chenle mengganti posisinya dengan wanita itu, dia mengikat kedua tangan serta kaki wanita itu, terakhir ia menyumpal mulut wanita itu dengan kain.
"Maaf karena melakukan ini padamu, semoga ada yang menolongmu secepatnya," ucap Chenle kemudian keluar dari ruangan itu mengabaikan sang ibu tiri yang memberontak ingin di lepaskan.
Chenle menutup pintu dan menguncinya setelah keluar. Kunci gudang ia lepas dan membawanya pergi. Mungkin ia harus pergi ke apotik terlebih dahulu untuk mengobati luka di wajahnya yang terasa perih.
*****
Bantu vote ya guys biar authornya semangat nulis lagi😉
KAMU SEDANG MEMBACA
Best Friend Ever
De TodoKisah tujuh anak remaja yang meninggalkan rumah dan tinggal di asrama. Mereka adalah siswa populer di sekolah dan terkenal sebagai tujuh siswa yang berasal dari keluarga kaya raya. Namun siapa sangka mereka memiliki kehidupan yang tak sebahagia yang...